Mengkritisi Atase Agama Kedubes Arab Saudi Soal NU dan Wahabi


Oleh: Muhammad Taufiq, Kader NU dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pamekasan.

Pada Senin 2 Mei 2016, saya mendapat undangan untuk menghadiri Seminar Internasional atas kerja sama Atase Agama Kedubes Saudi Arabia dan STAIN Pamekasan yang menghadirkan tiga nara sumber. Pertama, Dr. Ibrahim Sulaiman An Nughemsyi (Atase Agama Kedubes Saudi Arabia). Kedua, Prof. Dr. KH Ahsin Sakho Muahammad (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Ketiga, KH. Syukran Makmun (Pengasuh Pesantren Darur Rahman Jakarta).

Seminar ini dibuka oleh Ketua STAIN Pamekasan Dr. Taufiqurrahman, M.Pd. sebagai Open Speaker. Kemudian dilanjutkan pemateri pertama, Prof. Dr. Akhsin Sakha yang menjelaskan tentang pemikiran Hadratus Syekh Hasyim Asyari dalam mempertahankan NKRI yang dikenal dengan Resolusi Jihad.

Kemudian, pemateri kedua, KH. Syukran Makmun yang mencoba menyinggungg konflik di Timur Tengah akibat kesalahpahaman umat antara berbagai kelompok (firqah islamiyah). Beliau juga menekankan agar konflik di Timur Tengah jangan sampai terjadi di Indonesia. Oleh karena itu toleransi inter dan antar umat beragama harus lebih ditingkatkan.

Pemateri ketiga adalah Dr. Ibrahim Sulaiman, beliau menyampaikan beberapa poin penting bahwa wahabi dan NU tidak ada perbedaan. Menurut klaim Dr. Ibrahim, bahwa beliau adalah orang yang pertama kalinya mengkaji Hadratus Syekh Hasyim Asyari pada tahun kemarin di salah satu Universitas Islam di Malang. Bahkan beliau berpendapat Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asyari adalah paling Wahabinya wahabi. Karena menurut beliau, Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asyari menolak Syiah Zaidiyah, sedangkan Wahabi masih mentolerir Syiah Zaidiyah.

Pada sesi tanya jawab, sebenarnya penulis ingin bertanya dan memberi tanggapan terhadap para nara sumber. Namun, karena penulis tidak diberi kesempatan oleh moderator dengan alasan waktu terbatas, maka penulis menyampaikannya melalui catatan-catatan sebagai berikut:

Pertama, penulis sangat setuju dengan pernyataan Prof. Dr. Ahsin Sakho bahwa Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asyari memandang NKRI dari segi Maqashid Syariah dengan Resolusi Jihadnya.

Kedua, Konflik di Timur Tengah bukan disebabkan terpecahnya Umat Islam karena faktor kelompok agama (firqah Islamiyah), akan tetapi perpecahan di Timur Tengah yang disebut Revolusi Timur Tengah disebabkan Al-Harakah Al-Siyasiyah (Pergerakan Politik). Berdasarkan fakta yang terjadi di Syiria, Sunni-Syiah selama bertahun-tahun hidup damai berdampingan. Begitu juga di Yaman, Tunisia, Lebanon, dan lainnya. Sehingga yang harus diwaspadai di Indonesia adalah Al-Harakah Al-Siyasiyah (Pergerakan Politik) yang akan memecah belah NKRI.

Ketiga, Klaim Dr. Ibrahim Sulaiman An Nughemsyi (Atase Agama Kedubes Saudi Arabia) bahwa beliau adalah yang pertama kali mengkaji pemikiran Hadratus Syekh adalah tidak benar. Karena para kader NU sejak sekitar 2007-an sudah intens mengkaji pemikiran beliau, sehingga lahirlah beberapa buku spektakuler dan film Sang Kiai.

Keempat, penulis sangat tidak setuju dengan pernyataan Dr. Ibrahim bahwa Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asyari adalah paling wahabinya wahabi. Karena ada perbedaan mendasar antara Wahabi dan pemikiran Hadratus Syekh, yaitu Wahabi adalah firqah mujassimah merupakan kelompok yang menganggap Tuhan memimiliki jism/jasad.

Wahabi adalah pergerakan politik, sedangkan Pemikiran Hadratus Syekh dengan NU-nya adalah murni pergerakan sosial keagamaan. Wahabi sering membawa masalah furu’iyah kepada aqidah, sedangkan Hadratus Syekh tidak demikian. Bahkan dalam kitabnya Hadratus Syekh “Risalah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (hal 9)” beliau menyatakan dengan tegas bahwa beliau menolak pemikiran Syekh Muhammad ibn Abdul Wahab sebagai pendiri Wahabi. Sehingga tuduhan bahwa Hadratus Syekh Hasyim Asyari adalah paling wahabinya wahabi adalah tidak benar.

Kelima, Dr. Ibrahim telah melakukan tahrif terhadap kitab Irsyadu al-Syari (Kumpulan Kitab Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asyari) dalam Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Hal. 10. Menurut Dr. Ibrahim Hadratus Syekh menolak Syiah Zaidiyah, padahal dalam kitabnya Hadratus Syekh menolak Syiah Rafidah, karena Syiah Rafidah jelas telah mencela sahabat.

Ala Kulli Hal, semoga catatan ini bisa memberi pencerahan untuk masyarakat Pamekasan pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.


(NU-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Senin, 04 Juli 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Mengkritisi Atase Agama Kedubes Arab Saudi Soal NU dan Wahabi. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/07/mengkritisi-atase-agama-kedubes-arab.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS