KARPET MERAH MENUJU THE GREAT ISRAEL / ISRAEL RAYA
Tahukah anda makna gambar diatas ? Ya, benar itu adalah peta wilayah israel beserta negara-negara di kawasan timur tengah. Lalu batas garis merah itulah rencana israel untuk membentuk israel raya nantinya dengan cara mencaplok sejumlah negara Arab. Batas-batas “Negara Yahudi” tersebut—sesuatu yang berkali-kali ditekankan PM Ehud Olmert dalam Konferensi Annapolis di Maryland-AS 26-27 November 2007—adalah disimbolkan dengan seekor ular yang melingkari wilayah Israel Raya, di mana ujung ekornya bermula dari wilayah Ankara di Turki, lalu memanjang ke selatan melewati pesisir pantai barat Syiria, Lebanon, dan Palestina, terus menjulur ke utara Mesir hingga Alexandria, lalu ke selatan melewati Giza dan Luxor, ke arah timur menuju Saudi Arabia, melewati daerah antara Mekkah dan Madinah, mencaplok seluruh wilayah Kuwait, lalu dari kota kecil Abadan menyusuri perbatasan antara Irak dan Iran, terus hingga Syiria seluruhnya dicaplok dan barulah sampai pada kepala ular di mana lidahnya menjulur menuju Yerusalem. Ini berarti, kota-kota besar seperti Beirut, Yerusalem, Kairo, Madinah, Amman, Kuwait City, Bagdad, dan Damaskus, semuanya akan dicaplok oleh Israel.
Sebagian besar wilayah Turki, Mesir, dan Saudi Arabia akan diduduki Israel. Dan negara-negara Syiria, Irak, Kuwait, dan Palestina akan dihapuskan. Bagi kalangan propagandis pro-Zionis, peta The Great Israel ini dinyatakan suatu kebohongan, sama seperti mereka menampik keberadaan dokumen rahasia The Protocol of Zions. Namun bantahan mereka sesungguhnya tidak berguna, lantaran peta The Great Israel itu sendiri menempel dengan apik di dinding belakang Gedung Knesset (Parlemen Zionis Israel). Ini dinyatakan oleh Dr. Muqqodam dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) yang begitu giat menelusuri bukti-bukti yang tak terbantahkan soal makar kaum Zionis-Israel.
Israel Raya merupakan impian kelompok Zionis (Yahudi dan Non-Yahudi) yang begitu yakin bahwa Raja Israel akan bertahta kembali (Dajjal), memimpin dunia dari singgasananya yang megah dan indah di dalam Haikal Sulaiman yang dibangun kembali di atas reruntuhan Masjidil Aqsha.
Bagi sejumlah kalangan, Maranatha atau ‘datangnya kembali Yesus Kristus untuk kedua kalinya dalam wujud Tuhan yang sesungguhnya’ merupakan pengejawantahan dari kehadiran Raja Israel. Mereka percaya bahwa Yesus adalah Raja Israel, karena Yesus adalah orang Yahudi (padahal Petrus Sang Pengkhianat juga merupakan orang Yahudi). Kepercayaan ini, yang menganggap Yesus Kristus merupakan Raja Israel, banyak dianut oleh Gereja-Gereja Judeo Christian (Kristen Zionis) yang berpusat di AS.
Agar Raja Israel yang akan bertahta di dalam Haikal Sulaiman bisa hadir kembali, hal ini memerlukan sejumlah persyaratan khusus yang salah satunya adalah diruntuhkannya kompleks Masjidil Aqsha agar di atas reruntuhannya kelak bisa didirikan Haikal Sulaiman sebagai SInagog Suci Kaum Yahudi. Sebelum hal ini benar-benar terealisasikan, maka Zionis Internasional bersungguh-sungguh bekerja secara rapi dan cepat agar dunia bisa menerima keadaan ini jika waktunya tiba.
Beberapa pekerjaan penting yang mereka kerjakan secara bersamaan waktunya, antara lain adalah:
Membuat pemahaman keliru bagi umat Islam dunia tentang Masjidil Aqsha. Mereka menyebarkan gambar Kubah Masjid Umar yang berwarna keemasan (Qubatul Sakhra atau Dome of the Rock) ke seluruh dunia dan menyebutnya sebagai kubah Masjidil Aqsha. Padahal antara keduanya sungguhs-sungguh berbeda walau dalam kompleks yang sama.
Sehingga bila suatu waktu Masjidil Aqsha benar-benar dihancurkan seluruhnya oleh kaum Zionis, maka umat Islam tidak akan marah atau setidaknya kemarahan umat Islam akan bisa diredam karena mereka pecah secara internal, antara pihak yang mengira Qubatul Sakhra adalah Masjid Al-Aqsha dan yang mengetahui kebohongan kaum Zionis. Dengan penguasaan nyaris seluruh media massa besar dunia, maka kaum Zionis dengan mudah akan menciptakan opini yang menguntungkan posisinya.
Menghancurkan Masjidil Aqsha dengan cara yang tidak menyolok dan perlahan- lahan. Sejak beberapa tahun lalu telah diketahui bahwa kaum Zionis telah banyak membuat terowongan-terowongan yang berada tepat di bawah lokasi berdirinya Masjidil Aqsha. Kian lama terowongan-terowongan ini kian banyak dan kian besar. Bahkan sudah ada sinagoga dan museum di dalam tanah.
Bahkan menurut kesaksian Dr. Ir. Sukamta, MSe, yang kini memimpin The Institute of Empowerment for Community yang berpusat di Yogyakarta, terowongan utama di bawah pondasi Masjidil Aqsha memiliki ukuran yang sangat lebar sehingga diperkirakan 12 truk tambang besar-besar seperti yang beroperasi di Freeport bisa sekaligus masuk secara bersamaan di dalam terowongan tersebut. “Menurut logika, seharusnya Masjidil Aqsha sudah runtuh, namun entah mengapa hal itu belum terjadi juga. Bisa memang karena kehendak Allah, atau bisa pula orang-orang Yahudi itu berupaya menahanya karena dianggap waktunya belum kondusif,” ujar Dr. Sukamta.
Mencetak batu-batu khusus berbentuk batangan berukuran besar, yang akan dipergunakan sebagai batu-batu pembangun Haikal Sulaiman kelak. Batu-batu ini sudah diproduksi secara masal di wilayah pendudukan Israel dan sudah diberi nomor urut.
Diduga kuat, Israel telah membuat maket Haikal Sulaiman secara sangat detil sehingga jumlah batu-batu dan susunannya pun sudah diidentifikasi dan diberi nomor. Sehingga setelah Masjidil Aqsha runtuh, seketika bisa dibangun Haikal Sulaiman yang bisa selesai dalam tempo singkat.
Mengkondisikan negara-negara Arab agar bisa dipimpin oleh seseorang yang mau melayani kepentingan Zionis, dengan kekuasaan yang absolut atau bahkan diktator, serta memusuhi gerakan Islam. Dan bagi pemimpin yang tidak mau tunduk pada kepentingan Zionis, maka akan diganti dengan cara pergantian kekuasaan atau operasi rahasia yang biasanya berakhir pada pembunuhan.
Peran Amerika
Untuk mengkondisikan segalanya demi hadirnya kembali Raja Israel dan terciptanya Israel Raya, sebagai pemimpin Tata Dunia Baru (The New World Order), maka semuanya itu menjadi tugas dan tanggung jawab Amerika Serikat. Sejak awal pendiriannya, negara ini memang dinisbahkan sebagai pelayan bagi kepentingan kaum Kabbalis yang berabad silam mencita-citakan satu dunia di bawah kekuasaan mereka.
Tidak sulit untuk membuktikan hal di atas karena sudah menjadi rahasia umum jika Amerika Serikat sejak awal memang didirikan untuk satu tujuan: mengantar kaum Kabbalah agar menjadi penguasa dunia. Terlebih di bawah kepemimpinan seorang radikal Yahudi bernama George Walker Bush, di mana Bush junior ini telah meninggalkan semua doktrin pertahanan Amerika Serikat di masa-masa pendahulunya dan menggantikannya dengan ‘Bush Doctrine’ yang amat fasis, anarkis, dan egois. Dengan doktrin yang baru ini, Amerika akan menjadi Imperium Dunia yang akan melebihi segala imperium besar yang pernah ada. Lebih besar dari Imperium Spanyol, Imperium Inggris, Parsi, bahkan Imperium Romawi sekali pun. Ada tiga doktrin Bush, seperti yang disampaikannya di depan Kongres dan juga dikenal sebagai NSS Document 2002, yakni:
Pertama, Hanya ada satu model untuk kesuksesan nasional Amerika yang sifatnya berkelanjutan, yakni kebebasan, demokrasi, dan kebebasan dalam mendirikan suatu usaha, Menciptakan suatu era baru bagi Pertumbuhan Ekonomi Global (Global Economic Growth) melalui Pasar Bebas (Free Markets) dan Perdagangan Bebas (Free Trade) sebagai langkah pertama internasionalisasi Amerika.
Kedua, Amerika Serikat memiliki hak untuk melakukan aksi pendahuluan (preemptive actions) untuk mengcounter adanya ancaman bagi keamanan nasional Amerika, langkah ini akan mencegah aksi-aksi yang berisi permusuhan dari lawan-lawan Amerika, maka jika dianggap perlu Amerika akan menempuh jalan menyerang terlebih dahulu.
Ketiga, Amerika akan terus mengembangkan kekuatan militernya, teknologi modern, termasuk melakukan pengembangan terhadap sistem pertahanan rudal secara efektif. Ini semua dilakukan demi kepentingan Amerika tanpa boleh dibatasi oleh siapa pun termasuk hukum internasional, bahkan Piagam PBB sekali pun.
Inilah Amerika Serikat. Pelayan dan Pengawal Sejati kaum Kabbalah yang kini bermetamorfosis dalam sebutan kaum Zionis, yang menghantar kaum ini agar dapat menjadi penguasa dunia di dalam tatanan yang dikenal dengan sebutan The New Wolrd Order.
Sumber : muslim digest edisi koleksi VI
(Copasiana-55/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Tahukah anda makna gambar diatas ? Ya, benar itu adalah peta wilayah israel beserta negara-negara di kawasan timur tengah. Lalu batas garis merah itulah rencana israel untuk membentuk israel raya nantinya dengan cara mencaplok sejumlah negara Arab. Batas-batas “Negara Yahudi” tersebut—sesuatu yang berkali-kali ditekankan PM Ehud Olmert dalam Konferensi Annapolis di Maryland-AS 26-27 November 2007—adalah disimbolkan dengan seekor ular yang melingkari wilayah Israel Raya, di mana ujung ekornya bermula dari wilayah Ankara di Turki, lalu memanjang ke selatan melewati pesisir pantai barat Syiria, Lebanon, dan Palestina, terus menjulur ke utara Mesir hingga Alexandria, lalu ke selatan melewati Giza dan Luxor, ke arah timur menuju Saudi Arabia, melewati daerah antara Mekkah dan Madinah, mencaplok seluruh wilayah Kuwait, lalu dari kota kecil Abadan menyusuri perbatasan antara Irak dan Iran, terus hingga Syiria seluruhnya dicaplok dan barulah sampai pada kepala ular di mana lidahnya menjulur menuju Yerusalem. Ini berarti, kota-kota besar seperti Beirut, Yerusalem, Kairo, Madinah, Amman, Kuwait City, Bagdad, dan Damaskus, semuanya akan dicaplok oleh Israel.
Sebagian besar wilayah Turki, Mesir, dan Saudi Arabia akan diduduki Israel. Dan negara-negara Syiria, Irak, Kuwait, dan Palestina akan dihapuskan. Bagi kalangan propagandis pro-Zionis, peta The Great Israel ini dinyatakan suatu kebohongan, sama seperti mereka menampik keberadaan dokumen rahasia The Protocol of Zions. Namun bantahan mereka sesungguhnya tidak berguna, lantaran peta The Great Israel itu sendiri menempel dengan apik di dinding belakang Gedung Knesset (Parlemen Zionis Israel). Ini dinyatakan oleh Dr. Muqqodam dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) yang begitu giat menelusuri bukti-bukti yang tak terbantahkan soal makar kaum Zionis-Israel.
Israel Raya merupakan impian kelompok Zionis (Yahudi dan Non-Yahudi) yang begitu yakin bahwa Raja Israel akan bertahta kembali (Dajjal), memimpin dunia dari singgasananya yang megah dan indah di dalam Haikal Sulaiman yang dibangun kembali di atas reruntuhan Masjidil Aqsha.
Bagi sejumlah kalangan, Maranatha atau ‘datangnya kembali Yesus Kristus untuk kedua kalinya dalam wujud Tuhan yang sesungguhnya’ merupakan pengejawantahan dari kehadiran Raja Israel. Mereka percaya bahwa Yesus adalah Raja Israel, karena Yesus adalah orang Yahudi (padahal Petrus Sang Pengkhianat juga merupakan orang Yahudi). Kepercayaan ini, yang menganggap Yesus Kristus merupakan Raja Israel, banyak dianut oleh Gereja-Gereja Judeo Christian (Kristen Zionis) yang berpusat di AS.
Agar Raja Israel yang akan bertahta di dalam Haikal Sulaiman bisa hadir kembali, hal ini memerlukan sejumlah persyaratan khusus yang salah satunya adalah diruntuhkannya kompleks Masjidil Aqsha agar di atas reruntuhannya kelak bisa didirikan Haikal Sulaiman sebagai SInagog Suci Kaum Yahudi. Sebelum hal ini benar-benar terealisasikan, maka Zionis Internasional bersungguh-sungguh bekerja secara rapi dan cepat agar dunia bisa menerima keadaan ini jika waktunya tiba.
Beberapa pekerjaan penting yang mereka kerjakan secara bersamaan waktunya, antara lain adalah:
Membuat pemahaman keliru bagi umat Islam dunia tentang Masjidil Aqsha. Mereka menyebarkan gambar Kubah Masjid Umar yang berwarna keemasan (Qubatul Sakhra atau Dome of the Rock) ke seluruh dunia dan menyebutnya sebagai kubah Masjidil Aqsha. Padahal antara keduanya sungguhs-sungguh berbeda walau dalam kompleks yang sama.
Inilah Sebenarnya Masjid Al-Aqsa
Sehingga bila suatu waktu Masjidil Aqsha benar-benar dihancurkan seluruhnya oleh kaum Zionis, maka umat Islam tidak akan marah atau setidaknya kemarahan umat Islam akan bisa diredam karena mereka pecah secara internal, antara pihak yang mengira Qubatul Sakhra adalah Masjid Al-Aqsha dan yang mengetahui kebohongan kaum Zionis. Dengan penguasaan nyaris seluruh media massa besar dunia, maka kaum Zionis dengan mudah akan menciptakan opini yang menguntungkan posisinya.
Menghancurkan Masjidil Aqsha dengan cara yang tidak menyolok dan perlahan- lahan. Sejak beberapa tahun lalu telah diketahui bahwa kaum Zionis telah banyak membuat terowongan-terowongan yang berada tepat di bawah lokasi berdirinya Masjidil Aqsha. Kian lama terowongan-terowongan ini kian banyak dan kian besar. Bahkan sudah ada sinagoga dan museum di dalam tanah.
Bahkan menurut kesaksian Dr. Ir. Sukamta, MSe, yang kini memimpin The Institute of Empowerment for Community yang berpusat di Yogyakarta, terowongan utama di bawah pondasi Masjidil Aqsha memiliki ukuran yang sangat lebar sehingga diperkirakan 12 truk tambang besar-besar seperti yang beroperasi di Freeport bisa sekaligus masuk secara bersamaan di dalam terowongan tersebut. “Menurut logika, seharusnya Masjidil Aqsha sudah runtuh, namun entah mengapa hal itu belum terjadi juga. Bisa memang karena kehendak Allah, atau bisa pula orang-orang Yahudi itu berupaya menahanya karena dianggap waktunya belum kondusif,” ujar Dr. Sukamta.
Mencetak batu-batu khusus berbentuk batangan berukuran besar, yang akan dipergunakan sebagai batu-batu pembangun Haikal Sulaiman kelak. Batu-batu ini sudah diproduksi secara masal di wilayah pendudukan Israel dan sudah diberi nomor urut.
Diduga kuat, Israel telah membuat maket Haikal Sulaiman secara sangat detil sehingga jumlah batu-batu dan susunannya pun sudah diidentifikasi dan diberi nomor. Sehingga setelah Masjidil Aqsha runtuh, seketika bisa dibangun Haikal Sulaiman yang bisa selesai dalam tempo singkat.
Mengkondisikan negara-negara Arab agar bisa dipimpin oleh seseorang yang mau melayani kepentingan Zionis, dengan kekuasaan yang absolut atau bahkan diktator, serta memusuhi gerakan Islam. Dan bagi pemimpin yang tidak mau tunduk pada kepentingan Zionis, maka akan diganti dengan cara pergantian kekuasaan atau operasi rahasia yang biasanya berakhir pada pembunuhan.
Peran Amerika
Untuk mengkondisikan segalanya demi hadirnya kembali Raja Israel dan terciptanya Israel Raya, sebagai pemimpin Tata Dunia Baru (The New World Order), maka semuanya itu menjadi tugas dan tanggung jawab Amerika Serikat. Sejak awal pendiriannya, negara ini memang dinisbahkan sebagai pelayan bagi kepentingan kaum Kabbalis yang berabad silam mencita-citakan satu dunia di bawah kekuasaan mereka.
Tidak sulit untuk membuktikan hal di atas karena sudah menjadi rahasia umum jika Amerika Serikat sejak awal memang didirikan untuk satu tujuan: mengantar kaum Kabbalah agar menjadi penguasa dunia. Terlebih di bawah kepemimpinan seorang radikal Yahudi bernama George Walker Bush, di mana Bush junior ini telah meninggalkan semua doktrin pertahanan Amerika Serikat di masa-masa pendahulunya dan menggantikannya dengan ‘Bush Doctrine’ yang amat fasis, anarkis, dan egois. Dengan doktrin yang baru ini, Amerika akan menjadi Imperium Dunia yang akan melebihi segala imperium besar yang pernah ada. Lebih besar dari Imperium Spanyol, Imperium Inggris, Parsi, bahkan Imperium Romawi sekali pun. Ada tiga doktrin Bush, seperti yang disampaikannya di depan Kongres dan juga dikenal sebagai NSS Document 2002, yakni:
Pertama, Hanya ada satu model untuk kesuksesan nasional Amerika yang sifatnya berkelanjutan, yakni kebebasan, demokrasi, dan kebebasan dalam mendirikan suatu usaha, Menciptakan suatu era baru bagi Pertumbuhan Ekonomi Global (Global Economic Growth) melalui Pasar Bebas (Free Markets) dan Perdagangan Bebas (Free Trade) sebagai langkah pertama internasionalisasi Amerika.
Kedua, Amerika Serikat memiliki hak untuk melakukan aksi pendahuluan (preemptive actions) untuk mengcounter adanya ancaman bagi keamanan nasional Amerika, langkah ini akan mencegah aksi-aksi yang berisi permusuhan dari lawan-lawan Amerika, maka jika dianggap perlu Amerika akan menempuh jalan menyerang terlebih dahulu.
Ketiga, Amerika akan terus mengembangkan kekuatan militernya, teknologi modern, termasuk melakukan pengembangan terhadap sistem pertahanan rudal secara efektif. Ini semua dilakukan demi kepentingan Amerika tanpa boleh dibatasi oleh siapa pun termasuk hukum internasional, bahkan Piagam PBB sekali pun.
Inilah Amerika Serikat. Pelayan dan Pengawal Sejati kaum Kabbalah yang kini bermetamorfosis dalam sebutan kaum Zionis, yang menghantar kaum ini agar dapat menjadi penguasa dunia di dalam tatanan yang dikenal dengan sebutan The New Wolrd Order.
Sumber : muslim digest edisi koleksi VI
(Copasiana-55/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar