Hujjatul Islam wal Muslimin Abdul Husain Khusrupanah memberikan gambaran menarik tentang bagaimana para urafa (orang-orang arif) menggapai Tuhannya.
Manusia yang sempurna adalah manusia yang bisa memancarkan kesempurnaan-kesempurnaan Tuhan melalui dirinya. Ibarat kaca cermin, cermin tidak menampilkan apapun kepada kita melainkan memantulkan apa yang ada di hadapannya kepada kita. Saat kita bercermin, kita tidak melihat cermin itu sendiri melainkan melihat pantulan cermin tersebut.
Begitu juga manusia yang sempurna, adalah manusia yang gerak geriknya memantulkan kesempurnaan asma dan sifat-sifat suci-Nya. Yakni manusia sempurna itu tidak lagi dilihat sebagai seorang individu melainkan sebagai cermin, yang jika orang lain melihatnya serasa melihat Tuhan. Namun, na'udzubillah, bukan berarti manusia itu bisa disebut dengan tuhan yang akhirnya menimbulkan kesyirikan, melainkan sebagai pemantul sinar Tuhan.
Seorang arif saat mendekati Tuhan-nya, bagai orang yang melihat sebuha lilin dari kejauhan. Ia yakin dengan keberadaan lilin tersebut dan juga cahayanya. Sebelum ia benar-benar mendekat dengan-Nya, ia masih belum bisa disebut orang yang mencapai derajat tertinggi. Namun ketika ia sudah semakin dekat dan terus mendekat hingga terbakar api lilin itu, ia tidak hanya melihat cahaya lilin tapi juga merasakannya, berpadu dengannya sehingga derajat "yakin" yang ia miliki menjadi derajat yakin yang paling tinggi.
Mamusia sempurna adalah seorang arif yang tidak hanya meyakini Tuhannya karena berlogika dan melihat tanda-tanda-Nya, namun meyakininya karena benar-benar merasakan Tuhannya dalam wujud dirinya, bersatu dengan sang Tuhan yang Maha Esa.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar