Menjelang pelaksanaan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir menekankan kekhawatiran Riyadh atas pencabutan sanksi terhadap Iran dan pelaksanaan JCPOA.
Ketika perwakilan Iran dan Kelompok 5+1 di Wina bersiap-siap melaksanakan JCPOA, Adel al-Jubeir tanpa mengindahkan upaya dua tahun Iran dan masyarakat internasional untuk menyelesaikan isu nuklir Tehran, mengklaim bahwa jika JCPOA dilaksanakan dan sanksi atas Iran dicabut, maka kekhawatiran regional akan meningkat.
Menlu Arab Saudi usai berdialog dengan sejawatnya dari Amerika Serikat dan Inggris di London saat diwawancarai televisi Sky News mengungkapkan kekhawatirannya atas pengumuman pelaksanaan JCPOA dalam waktu dekat di Wina. Ia mengatakan, pelolosan aset miliar dolar Iran pasca JCPOA akan membuat khawatir siapa pun, khususnya negara-negara kawasan.
Al-Jubeir mengklaim bahwa negaranya berhak untuk melakukan intervensi,bahkan militer di sebagain wilayah Timur Tengah, termasuk Suriah dan Yaman. Berlanjutnya strategi Iranphobia yang dilancarkan rezim Al Saud dan sabotase rezim ini di isu nuklir Iran, khususnya ketidakpuasan menlu Arab Saudi atas pelaksanaan JCPOA dan pencabutan sanksi atas Iran, apalagi menjelang pengumuman resmi pelaksanaan kesepakatan ini, terjadi di saat rezim Al Saud selama beberapa tahun terakhir khususnya satu tahun lalu dengan dukungan dollar minyaknya mengobarkan api peperangan di Suriah, Irak dan Yaman.
Sebaliknya Iran berbeda dengan rezim Al Saudi, Tehran seraya menekankan solusi diplomatik krisis Suriah, Irak dan Yaman, mengungkapkan dukungannya atas upaya Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yuntuk menyelesaikan krisis regional. Sikap Iran ini mendapat sambutan dari PBB. Di sisi lain, Arab Saudi dengan dukungan transparan kepada teroris yang aktif di Suriah dan Irak berupa dukungan finansial serta militer dan militeralisasi ke Yaman untuk mengembalikan pemerintahan dukungan Riyadh ke tampuk kekuasaan, telah membahayakan keamanan dan stabilitas kawasan.
Rezim Al Saud melalui pelanggarannya ini masih tetap congkak menentang prakarsa internasional untuk menyelesaikan krisis regional.
Oleh karena itu, Republik Islam Iran yakin bahwa kubu anti JCPOA seperti Arab Saudi dan rezim Zionis Israel pasca laporan dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait program nuklir Iran dan setelah kehilangan harapan mereka, kini berusaha menyesatkan opini publik dari kebijakan ekspansif dan arogannya di kawasan dengan menebar Iranphobia.
Berdasarkan pandangan ini, pelaksanaan JCPOA merupakan akhir bulan madu Arab Saudi di kawasan dan proyek Iranphobia serta trik pasif pemerintah Riyadh dalam memutus hubungan politik dengan Iran dengan dalih serangan pendemo yang memprotes eksekusi mati Sheikh Nimir Baqir Nimr, ulam pejuang Arab Saudi ke kantor diplomatik Riyadh di Iran tidak mampu mengubah realita atau merusak citra damai Iran di kawasan serta dunia.
(IRIB-Indonesia/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar