Tanpa Akal, Takfiri Wahabi Mencapai Tuhan


Manusia sebagai mahluk multi entitas, memiliki banyak elemen diri yang dibenahi oleh salah satu entitas paling berpengaruh yaitu elemen Akal sehat. Akal sehat dititipkan melalui kesadaran wujud melalui berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan.

Manusia menghadapi problema dengan kacamata inderawi dan non inderawi, akal mampu menyelesaikan permasalahan yang hanya bersifat inderawi. Inderawi memiliki beberapa pemahaman, ada yang memahami inderawi adalah suatu hal yang mampu dicapai dengan panca indera dan bersifat terlihat, terasa maupun terdengar. Ada juga yang memahami inderawi bukan hanya itu, segala sesuatu yang menjadi efek atau makna dibalik sebuah peristiwa (seperti makna lampu merah yang mengharuskan pengendara untuk berhenti) juga merupakan pencapaian inderawi.

Pembaca tidak perlu bersusah payah menentukan arah penggunaan indera dan capaiannya, karna hal ini merupakan naturalisasi sistem kerja akal sehat yang terbangun berdasarkan kesadaran wujud serta kualitas intelegensi seseorang.

Mengkerdilkan akal sehat berarti memahaminya sebatas alat perangsang warna tanpa makna, membaca teks tanpa mencerna makna dibaliknya, hanya manpu menerima hal-hal yang bersifat tekstual.

Intelegensi pertama: menangkap warna, gambar, bentuk, tulisan dan simbol.

Intelegensi kedua: memahami makna dibalik warna, gambar, bentuk, tulisan dan simbol. Tanpa terkecoh oleh apa yang dicapai dengan panca indera.

Golongan takfiri sebagai puncak tertinggi dalam parameter kebobrokan paradigma, mereka sangat sulit mencerna makna dibalik teks maupun simbol. Karna pendidikan awal mereka dimulai dengan menutup mata terhadap realitas dan penyerahan jiwa kepada ‘Kebenaran’ dalam versi mereka, bagi mereka menverifikasi ‘Kebenaran’ merupakan pembangkangan kepada Tuhan dan itu penuhanan kepada Akal. Alias musyrik.

Adapun dari sisi ini sebenernya sudah jelas bahwa mereka memiliki Tuhan yang berbeda dengan Tuhan kebanyakan orang, entah Tuhan itu lahir sejak lama atau lahir berbarengan dengan rangkaian kebodohan yang terorganisir dalam kepala mereka. Tuhan yang menciptakan akal tanpa fungsi, Tuhan yang menciptakan makna tanpa fungsi, Tuhan yang menciptakan indera sebagai pembangkang akal sehat. Bisa dibayangkan ketika indera yang cakupannya lebih kecil dari akal mampu menyingkirkan fungsi akal, hal ini adalah fenomena dengan kadar humor cukup kental dalam sejarah peradaban.

Golongan takfiri tidak akan pernah sadar dengan kekonyolannya, karna sadar adalah puncak tertinggi pada struktur ilmu sedangkan ilmu adalah kembangan maksimal dari perpaduan seluruh elemen diri(indera, akal dan jiwa)

Andai takfiri adalah benar bagian dari Islam tentunya mereka adalah anak Haram agama ini yang lahir tanpa aqad yang sah, dan bertentangan dengan kaidah syar’i yang termaktub dalam Kitab suci.
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“Allah menganugerahkan Alhikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang ber-AKAL-lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.
Surah Al-Baqarah (2:269)

(Manhaj-Salafi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Rabu, 12 Oktober 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Tanpa Akal, Takfiri Wahabi Mencapai Tuhan. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/10/tanpa-akal-takfiri-wahabi-mencapai-tuhan.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS