Perwalian Haram Suci Razavi dalam pertemuan dengan perwakilan tempat-tempat suci Iran, menekankan urgensi penggunaan kapasitas-kapasitas maknawiah tempat suci untuk memperkuat pondasi dan hukum Islam di tengah masyarakat.
Astan News melaporkan, anggota Staf Ketua, Dewan Ahli Kepemimpinan Iran dalam pertemuan hari Kamis (20/10) di Aula Velayat, Haram Suci Razavi menyebut salah satu tugas lembaga-lembaga kebudayaan Iran seperti Lembaga Penyiaran (IRIB), Lembaga Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Pengajaran dan Kementerian Keudayaan dan Bimbingan Islam Iran adalah menyebarluaskan pola hidup suci.
Terkait kapasitas besar tempat-tempat suci dalam membangun budaya Islam, Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi menuturkan, tempat-tempat suci berbeda dengan seluruh lembaga-lembaga budaya yang ada dan perbedaan itu terletak pada tersedianya peluang penerimaan nama tempat-tempat suci di tengah masyarakat.
Ayatullah Raisi menambahkan, di dunia ini pembentukan komunitas besar semacam ini adalah perkara yang sulit, akan tetapi dengan nama suci Imam Maksum as dan keturunan mulia mereka, komunitas masyarakat semacam ini, setiap malam dan siang terbentuk di tempat-tempat suci. Selain suasana spiritual yang ada di tempat-tempat itu, hati-hati setiap peziarah juga siap menerima kata-kata kebenaran.
Anggota Dewan Tinggi Hauzah Ilmiah Khorasan itu menegaskan bahwa kapasitas-kapasitas besar dan bernilai tersebut harus digunakan untuk memperkuat pondasi dan hukum Islam di dalam diri masyarakat.
Ia menerangkan, penggunaan secara benar dan tepat kapasitas-kapasitas maknawi ini adalah kewajiban besar yang ada di pundak para petugas tempat-tempat suci Dunia Islam.
Hijab, Panji Keberagamaan
Sayid Ebrahim Raisi di bagian lain pidatonya menyinggung kedudukan dan urgensi hijab dan menjelaskan, hijab adalah simbol penjaga agama dan nilai-nilai Ilahi, dan secara umum sistem ketakwaan yang berlandaskan pada kesucian dan hijab, merupakan masalah yang sangat mendasar dalam masyarakat Islam dan Ilahi.
Menurut Raisi, hijab adalah manifestasi kesucian Tuhan dan menuturkan, salah satu bagian penting dalam kehidupan Islami untuk setiap pria dan perempuan Muslim serta para penempuh jalan Tuhan (salik ilallah) adalah memperhatikan kesucian.
Perwalian Haram Suci Razavi selanjutnya menyinggung masalah malu dan mengatakan bahwa rasa malu merupakan salah satu landasan dan pondasi akhlak Islam.
“Malu, merupakan salah satu bagian dari landasan akhlak yang karenanya, seluruh pembahasan terkait kesucian dan hijab dapat didefinisikan dan sebagai salah satu keutamaan akhlak, ia memiliki urgensitas dan kedudukan khusus dalam Islam,” ujar Raisi.
Raisi menilai rasa malu sebagai salah satu prinsip akhlak Islam dan menuturkan, malu adalah asas dan pondasi dari keutamaan-keutamaan akhlak, dan merupakan bentuk waradan takwa, oleh karena itu dalam kerangka membangun budaya, landasan-landasan akhlak yang salah satunya adalah malu, harus diupayakan.
Anggota Dewan Ahli Kepemimpinan Iran juga menyatakan bahwa masalah kesucian tidak hanya terbatas pada kaum perempuan, namun merupakan masalah komprehensif dan terkait dengan seluruh perempuan juga laki-laki mukmin yang berusaha menjalankan hidup suci.
“Jika pola hidup suci di tengah masyarkat Islam kita dapat disebarluaskan sebagai sebuah sifat yang melekat dalam diri manusia di semua level masyarakat dan keluarga, maka hasilnya adalah keterjagaan masyarakat dari segala bentuk penyimpangan dan kesia-siaan yang berusaha diterapkan oleh musuh-musuh Islam,” imbuhnya.
Perwalian Haram Suci Razavi menerangkan bahwa Dunia Barat terus berupaya untuk menyerang konsep hijab dan malu di tengah masyarakat Islam.
Ia menjelaskan, hari ini parlemen Turki, Jerman dan Perancis, yang merupakan lembaga penting penyusun undang-undang negara, membuat undang-undang untuk melawan hijab. Hal ini bukan hal biasa dan sederhana yang dapat diabaikan begitu saja. Pengesahan undang-undang semacam itu membuktikan pentingnya masalah hijab dan upaya Barat untuk menyerangnya.
(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar