Perwalian Haram Suci Razavi menilai Iran Islami sebagai Ummul Qura (ibunya kota-kota dunia Islam), pusat bangkitnya kesadaran dan pemberi ilham atas pengajaran dan ilmu-ilmu agama serta sumber penyebarluasan semangat perlawanan ke negara-negara Islam dunia.
Astan News melaporkan, anggota Dewan Tinggi Hauzah Ilmiah Khorasan, Kamis (20/10) dalam pertemuan dengan para tamu acara peringatan kesyahidan Brigjen Nasseri yang digelar di Aula Velayat, Haram Suci Razavi, menyebut medan perang Suriah sebagai medan perang antara iman dan kekufuran.
Ia menjelaskan, dalam pertempuran melawan kelompok-kelompok teroris Suriah, masalahnya bukanlah membela sebuah negara, tapi masalah yang harus diperhatikan adalah membela kemanusiaan dan keamanan Dunia Islam.
Ayatullah Sayid Ebraim Raisi menambahkan, jika tidak ada perlawanan para pejuang Islam dan pembela Haram Suci, hari ini kita harus berperang melawan kelompok teroris Daesh di kota-kota Iran.
“Gerakan Takfiri sebagai sebuah gerakan teror yang dilahirkan oleh kubu imperialis dan berdiri menghadapi Islam rasional dan bebas, memendam permusuhan yang begitu dalam kepada Republik Islam Iran,” ujarnya.
Raisi melanjutkan, Syahid Nasseri dan syuhada pembela Haram Suci adalah para pemberani yang mengorbankan diridalam menghadapi gerakan-gerakan keji dan brutal kubu imperialis yang ingin menghancurkan Islam.
Anggota Staf Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Iran menerangkan, hari ini, berkat keberanian, kedewasaan, pengenalan waktu, reaksi tepat, kesadaran dan pengorbanan yang dipraktikkan oleh para pembela Haram Suci, terutama Hizbullah dan front perlawanan, membuat mereka unggul di atas kubu imperialis.
“Sebuah masyarakat yang tidak memiliki jiwa pengorbanan dan telah berubah menjadi masyarakat konservatif, pasti merupakan masyarakat yang kalah dan menjadi pion kubu imperialis. Hari ini, kesadaran, perlawanan dan resistensi adalah kunci untuk mengalahkan konspirasi-konspirasi kubu imperialis,” paparnya.
Gerakan Takfiri, Boneka Israel
Sayid Ebrahim Raisi memuji tekadkuat para pejuang front perlawanan dan berharap masyarakat Islam sesegera mungkin dapat dibersihkan dari keberadaan gerakan-gerakan teroris Takfiri.
“Keyakinan yang kokoh dan keimanan Islam yang dalam adalah modal terbesar pasukan front perlawanan dan sebab kemenangan-kemenangan mereka di medan tempur,” imbuhnya.
Menurut Raisi, gerakan-gerakan Takfiri adalah boneka rezim Zionis Israel dan menuturkan, kita meyakini bahwa kita tidak boleh menganggap ISIS sebagai gerakan garis keras Ahlu Sunnah, dengan alasan apapun. Kelompok-kelompok teroris itu tidak diragukan adalah orang-orang bayaran Israel dan Zionisme internasional untuk memukul Islam.
Perwalian Haram Suci Razavi menambahkan, kubu imperialis, dengan menciptakan kelompok-kelompok teroris semacam itu, yang mengatasnamakan Islam, ingin melawan Islam dan pasukan yang bangkit setelah terinspirasi oleh Revolusi Islam Iran dan punya keberanian memerangi kubu imperialis dan kejahatan-kejahatan Israel.
Anggota Dewan Tinggi Hauzah Ilmiah Khorasan di bagian lain pidatonya menyinggung keunggulan front Islam dan kekalahan imperialisme di berbagai arena. Imperialisme, katanya, tidak pernah menang di arena apapun.
“Hari ini di medan tempur Irak, Suriah dan Yaman kita menyaksikan kemenangan dan keberhasilan pasukan perlawanan,” tuturnya.
Imperialisme Menunggangi Kebodohan dan Ketidaktahuan
Anggota Dewan Ahli Kepemimpinan Iran itu juga mengatakan bahwa sekarang gerakan imperialisme dunia sedang menunggangi kebodohan dan ketidaktahuan sebagian masyarakat dan mereka berusaha meraih tujuan-tujuan kolonialismenya.
Raisi menerangkan, darah Imam Hussein as menyebabkan kebangkitan, pengenalan atas identitas dan kesadaran masyarakat bebas dunia dan hari ini darah syuhada telah membebaskan masyarakat dari kebodohan dan menciptakan kebangkitan bangsa-bangsa dunia.
Ia melanjutkan, kelompok-kelompok teroris Takfiri dan boneka imperialis dengan aksi brutal dan mengerikan mereka, menyerang persatuan dan solidaritas Muslimin.
Sayid Ebrahim Raisi menganggap syuhada Revolusi Islam Iran, perang pertahanan suci dan front perlawanan sebagai kepanjangan tangan dan kelanjutan dari jalan syuhada Karbala.
“Sebagaimana Asyura akan tetapi abadi dalam diri setiap manusia, upaya mengenang syuhada kita juga akan tetap kekal, pasalnya mereka adalah kelanjutan dari gerakan Asyura dan mengorbankan nyawa mereka untuk membela agama dan nilai-nilai Ilahi,” paparnya.
Di awal acara, Brigjen Ali Molavi, Ketua Panitia Acara Mengenang Syahid Mohammad Nasser Nasseri, selain menceritakan kenangannya bersama Syahid Nasseri, juga menyampaikan laporan tentang kinerja staf panitia mengenang Syahid Nasseri.
(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar