Pengungsi etnis Rohingya. (Foto: AP)
Ketua Komunitas Muslim Rohingya, Kya Hla Aung (77 tahun) mengatakan, situasi mereka sangat buruk. Tempat pengungsian suku Rohingya di luar pinggiran Sittwe sangat buruk kondisinya.
"Militer selalu datang menginterogasi kami. Memperingatkan kami untuk tak memberikan tempat bagi orang asing yang datang ke pengungsian," ujar Aung seperti dilansir The Guardian, Jumat, (18/11).
Puluhan ribu Muslim Rohingya tinggal di pengungsian. Mereka terusir dari rumahnya setelah terjadinya konflik komunal sejak 2012 di mana Pemerintah Myanmar sangat represif dan kejam.
Selama ini Muslim Rohingya berusaha tak terlihat berkumpul untuk menghindari kecurigaan militer dan Pemerintah Myanmar. Militer Myanmar meminta warga Rohingya di sebuah desa menghancurkan pagar-pagar di sekeliling rumahnya.
Di kota kecil Maungdaw, Rakhine utara, konflik terjadi antara Rohingya dengan militer. Sejumlah serangan mematikan dilakukan oleh militer kepada Muslim Rohingya.
Namun hal ini juga menimbulkan upaya pemusnahan Rohingya oleh militer. Kerusuhan yang disebabkan oleh kekerasan militer kepada suku Rohingya akhirnya terjadi pada 9 Oktober lalu di mana sembilan polisi dan lima tentara mati di pos-pos penjagaan perbatasan.
Konflik itu juga terjadi karena militer mengumumkan rencana mereka untuk melatih dan mempersenjatai umat Budha di desa-desa untuk memproteksi desanya. Pekan lalu, sebanyak 30 warga Rohingya meninggal karena militer menembaki mereka dari helikopter.
Gambar satelit menunjukkan desa-desa Rohingya dihancurkan. Militer menampik kejahatan mereka terhadap suku Rohingya. Bahkan, Pemerintah Rohingya menyatakan, suku Rohingya bukan penduduk Myanmar. Mereka adalah migran dari Bangladesh meskipun sesungguhnya berdasarkan jejak sejarah etnis mereka, suku Rohingya sesungguhnya adalah penduduk Myanmar.
(The-Guardian/Republika/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar