Eksekusi Guncang Negeri Nejed (Demi Menutupi Kejahatannya Terhadap Yaman)

"Siapa saja tidak boleh takut menuntut anggota keluarga kerajaan jika mereka merasa diperlakukan tidak adil," kata Raja Salman.

Anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Turki bin Saud al-Kabir, dieksekusi mati pada 17 Oktober 2016 karena terbukti menembak mati seorang warga negara Saudi. Ini eksekusi mati pertama bagi anggota keluarga kerajaan dalam 41 tahun terakhir. (Foto: Twitter)

Kabar muncul Selasa pekan lalu membikin heboh seantero negeri. Bukan lantaran Arab Saudi menghentikan gempuran atas Yaman telah berlangsung sejak Maret tahun lalu. Tidak juga karena negara Kabah ini menarik dukungan dari kaum pemberontak di Suriah, sudah bertempur buat menggulingkan rezim Presiden Basyar al-Assad sedari 2011.

Tapi kabar amat mengejutkan dilansir Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi itu berupa pelaksanaan eksekusi mati terhadap seorang anggota keluarga kerajaan. Pangeran Turki bin Saud al-Kabir dipenggal karena membunuh seorang warga negara Arab Saudi.

Pembunuhan atas Adil bin Sulaiman bin Abdul Karim Muhaimid itu terjadi dalam sebuah perkelahian di kawasan Ath-Thumama, pinggiran Ibu Kota Riyadh, Arab Saudi. dua tahun lalu. "Turki bin Saud al-Kabir sudah membunuh warga negara Saudi bernama Adil bin Sulaiman," kata Kementerian Dalam Negeri. "Dia didakwa atas kasus pembunuhan dan telah dieksekusi sebagai hukumannya."

Abdurrahman al-Falaj, paman korban, mengaku senang dengan eksekusi mati ini. "Pelaksanaan hukuman mati itu menggambarkan sistem hukum di Saudi berjalan adil," ujarnya.

Pengadilan banding dan Mahkamah Agung juga mengesahkan vonis mati itu. Raja Salman bin Abdul Aziz telah mengeluarkan perintah untuk melaksanakan hukuman mati atas Pangeran Turki bin Saud al-Kabir.

Keluarga Pangeran Turki telah berulang kali meminta maaf dan menawarkan uang darah jutaan dolar Amerika hingga menjelang detik-detik pelaksanaan hukuman mati. Namun kerabat korban menolak, seperti dilansir situs berita Al-Marsad.

Al-Marsad melaporkan eksekusi berlangsung tertutup Senin minggu lalu setelah salat asar, sekitar pukul 16.13 waktu setempat.

Tapi Imam Masjid As-Safa Muhammad al-Maslukhi mengungkapkan eksekusi mati dilakukan 4,5 jam setelah matahari terbit atau sekitar jam sepuluh pagi. Dia menggambarkan betapa hancurnya perasaan Pangeran Turki ketika dikunjungi keluarganya untuk terakhir kali. Apalagi setelah mengetahui permintaan maaf dan uang darah ditolak keluarga korban.

Sepulang keluarganya, Pangeran Turki salat, berdoa, dan membaca Al-Quran sepanjang malam hingga surya bangkit.

Ketika eksekusi berlangsung, ayah Pangeran Turki dan ayah korban hadir. "Ayah pangeran bercucuran air mata, sedangkan bapak korban menyaksikan eksekusi itu dengan wajah tegang," ujar Maslukhi melalui Twitter.

Pangeran Turki menjadi anggota keluarga kerajaan pertama dieksekusi dalam 41 tahun terakhir. Pada 1975, Pangeran Faisal bin Musaid dipenggal kepalanya setelah membunuh pamannya, Raja Faisal bin Abdul Aziz. Dua tahun kemudian, seorang puteri dieksekusi lantaran berzina.

Pangeran Faisal bin Farhan as-Saud menegaskan eksekusi mati atas sepupunya, Pangeran Turki, membuktikan tidak ada satu pun orang di Arab Saudi lebih tinggi dari hukum. Dia menambahkan kasus Pangeran Turki ini menjadi pesan penting bagi semua anggota keluarga kerajaan.

"Tidak ada satu pun orang di negara ini kebal hukum," tutur Pangeran Faisal bin Farhan. "Eksekusi atas Pangeran Turki akan meningkatkan kepercayaan masyarakat Saudi soal hukum akan terus diterapkan secara adil kepada semua orang dalam praktek, bukan sekadar teori."

Dia menambahkan beberapa tahun lalu juga ada seorang pangeran divonis mati karena membunuh. Tapi di menit-menit akhir menjelang pelaksanaan hukuman mati, dia dibebaskan karena keluarga korban memberi maaf.

Bagi orang luar, eksekusi mati terhadap Pangeran Turki kabar sangat menghebohkan, namun menurut Pangeran Faisal bin Farhan, untuk keluarga kerajaan berita itu biasa saja. Sebab Raja Salman sudah dikenal tegas dalam menegakkan hukum jauh sebelum dia naik takhta.

Pangeran Faisal menjelaskan semasa menjabat Gubernur Riyadh, Pangeran Salman bertanggung jawab mengatur perilaku keluarga kerajaan, khususnya pangeran-pangeran muda. Dalam beberapa kasus, dia memberlakukan hukuman disiplin kepada pangeran karena bertindak tidak sepatutnya.

Dia mengatakan saat ini terdapat sejumlah pangeran mendekam dalam penjara karena terlibat kejahatan. Dia bilang pengadilan perdata atas sengketa bisnis melibatkan keluarga kerajaan hal lumrah di Arab Saudi.

"Raja Salman pernah bilang tidak boleh ada orang segan menuntut seorang pangeran ke pengadilan, termasuk dirinya sebagai individu, juga bisa diadili," tutur Pangeran Faisal. "Faktanya, beberapa pangeran senior kalah dalam kasus perdata."

Lewat Twitter, Pangeran Al-Walid bin Talal, datang ke Indonesia Mei lalu, berharap Allah bakal mengampuni pelaku dan korban. "Hukum adalah basis dari pemerintahan."

Dalam sebuah rekaman video tersebar luas di media sosial, Raja Salman pernah menyatakan kepada para pejabat Senior Saudi: "Siapa saja tidak boleh takut menuntut anggota keluarga kerajaan jika mereka merasa diperlakukan tidak adil."

Raja Salman boleh jadi telah membuktikan ucapannya. Eksekusi atas Pangeran Turki telah mengguncang seantero negeri.


Arab Saudi eksekusi mati Pangeran Turki

Eksekusi mati terhadap Pangeran Turki bin Saud al-Kabir ini merupakan kasus amat jarang terjadi dalam keluarga kerajaan.

Anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi menghadiri pemakaman mendiang Raja Abdullah bin Abdul Aziz pada 25 Januari 2015. (Foto: lhvnews.com)

Lewat keterangan tertulis, Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi membenarkan kemarin telah melaksanakan hukuman mati terhadap Pangeran Turki bin Saud al-Kabir. Pengadilan pada 2014 menyatakan pelaku terbukti bersalah menembak mati seorang pemuda Saudi.

Pembunuhan atas Adil bin Sulaiman bin Abdul Karim Muhaimid itu terjadi dalam sebuah perkelahian di kawasan Ath-Thumama, pinggiran Ibu Kota Riyadh, Arab Saudi. "Turki bin Saud al-Kabir sudah membunuh warga negara Saudi bernama Adil bin Sulaiman," kata Kementerian Dalam Negeri. "Dia didakwa atas kasus pembunuhan dan telah dieksekusi sebagai hukumannya."

Abdurrahman al-Falaj, paman korban, mengaku senang dengan eksekusi mati ini. "Pelaksanaan hukuman mati itu menggambarkan sistem hukum di Saudi berjalan adil," ujarnya.

Pengadilan Banding dan Mahkamah Agung juga mengesahkan vonis mati itu. Raja Salman bin Abdul Aziz telah mengeluarkan perintah untuk melaksanakan hukuman mati atas Pangeran Turki bin Saud al-Kabir.

Hukuman mati dilakukan setelah keluarga korban menolak uang darah dan meminta keadilan dilaksanakan.

Kementerian Dalam Negeri memperingatkan siapa saja bakal dihukum sesuai aturan berlaku di negara Kabah itu bila menyerang orang tidak bersalah dan berusaha menumpahkan darah mereka. "Raja Salman sangat ingin menegakkan keamanan, keadilan, dan hukum Allah."

Biasanya pelaksanaan hukuman mati di Arab Saudi dengan cara memenggal kepala memakai pedang. Namun eksekusi mati terhadap Pangeran Turki bin Saud al-Kabir ini merupakan kasus amat jarang terjadi dalam keluarga kerajaan.

_______________________________________

Ditekan Internasional, Arab Saudi Hanya Nyatakan Menyesal

Dilansir Al-Hurrah kemarin, delegasi Arab Saudi di PBB melayangkan surat kepada Dewan Keaman PBB untuk menyatakan penyesalan atas serangan jet-jet tempur Saudi pada hari Sabtu minggu lalu itu. Serangan jet-jet tempur Saudi ini telah merenggut korban minimal 140 orang.

Delegasi Arab Saudi menyatakan akan melakukan pembenahan yang diperlukan dan akan segera mengekspos hasil investigasi yang akan segera dilakukan untuk mengusut masalah ini.

Delegasi Arab Saudi di PBB tersebut hanya mencukupkan diri menyatakan penyesalan atas peristiwa itu dan ikut berduka dengan seluruh keluarga korban.

Dalam surat resmi untuk Dewan Keamanan PBB itu, delegasi menyatakan akan mengawasi sasaran-sasaran nonmiliter yang dilarang dilanggar dengan teliti. Riyadh juga telah memulai sebuah investigasi kilat dan berjanji akan melaporkan hasil investigasi ini.

Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB, kemarin lusa menekankan supaya dilakukan investigasi kilat dan independen untuk mengusut serangan udara terhadap Shan‘a beberapa hari lalu itu.

Arab Saudi menyatakan penyesalan atas kejahatan di Shan‘a ini padahal sebelum itu rezim Riyadh menyatakan bangga dengan kejahatan terbaru ini. Akan tetapi, setelah dikecam dunia internasional dan ditekan oleh Amerika Serikat, Riyadh hanya menyatakan menyesal atas seluruh kejahatan yang telah merenggut nyawa ratusan warga sipil tak berdosa tersebut. Riyadh masih enggan menyatakan minta maaf kepada seluruh rakyat Yaman atas kejahatan itu.

Delegasi Arab Saudi tersebut juga menyatakan akan melakukan investigasi terhadap sebuah kejahatan yang telah mereka lakukan sendiri.

(Al-Arabiya/Arab-News/The-Guardian/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Senin, 24 Oktober 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Eksekusi Guncang Negeri Nejed (Demi Menutupi Kejahatannya Terhadap Yaman). Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/10/eksekusi-guncang-negeri-nejed-demi.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS