Mengenang Peristiwa Madiun/PKI DI/TII, G 30 S/PKI dan Konflik-Konflik Internal Lainnya Disertai Anti Pancasila, Apakah FPI Termasuk Kategori Ini?

Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, berarti Indonesia mempunyai sistem pemerintahan sendiri. Akan tetapi, ada beberapa golongan yang tidak setuju dengan sistem pemerintahan tersebut. Sehingga mereka melakukan pemberontakan, seperti Peristiwa Madiun/PKI, DI /TII, G 30 S /PKI dan konflik-konflik internal lainnya.


1. Peristiwa Madiun/PKI dan Cara yang Dilakukan Pemerintah dalam Penanggulangannya

Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap bangsa Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Pemimpin pemberontakan ini di antaranya adalah Amir Syarifuddin dan Musso. Amir Syarifudin adalah mantan Perdana Menteri dan menandatangani Perjanjian Renville. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948 dan melakukan pemberontakan di Madiun. Sedangkan Musso adalah Tokoh PKI yang pernah gagal melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926. Setelah gagal ia melarikan diri ke luar negeri. Selanjutnya ia pulang ke Indonesia bergabung dengan Amir Syarifuddin untuk mengadakan propaganda-propaganda anti pemerintah di bawah pimpinan Sukarno-Hatta.

Front Demokrasi Rakyat (FDR) ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Kelompok ini seringkali melakukan aksi-aksinya antara lain:
(1) melancarkan propaganda anti pemerintah,
(2) mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para buruh di perusahaan misalnya di pabrik karung di Delanggu Klaten.
(3) melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam bentrokan senjata di Solo tanggal 2 Juli 1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh. Pada tanggal 13 September 1948 tokoh pejuang 1945, Dr. Moewardi diculik dan dibunuh.

Aksi pengacauan di Solo yang dilakukan PKI ini selanjutnya meluas dan mencapai puncaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI berhasil menguasai Madiun dan sekitarnya seperti Blora, Rembang, Pati, Kudus, Purwadadi, Ponorogo, dan Trenggalek. PKI mengumumkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia.” Setelah menguasai Madiun para pemberontak melakukan penyiksaan dan pembunuhan besar-besaran. Pejabat-pejabat pemerintah, para perwira TNI dan polisi, pemimpin-pemimpin partai, para ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat banyak yang menjadi korban keganasan PKI.


Pemberontakan PKI di Madiun ini bertujuan meruntuhkan pemerintah RI yang berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945 yang akan diganti dengan pemerintahan yang berdasar paham komunis. Kekejaman PKI ketika melakukan pemberontakan pada tanggal 18 September 1948 tersebut mengakibatkan kemarahan rakyat. Oleh karena itu pemerintah bersama rakyat segera mengambil tindakan tegas terhadap kaum pemberontak. Dalam usaha mengatasi keadaan, Pemerintah mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya, yang meliputi Semarang, Pati, dan Madiun. Panglima Jenderal Sudirman segera memerintahkan kepada Kolonel Gatot Soebroto di Jawa Tengah dan Kolonel Soengkono di Jawa Timur agar mengerahkan kekuatan kekuatan TNI dan polisi untuk menumpas kaum pemberontak. Karena Panglima Besar Jenderal Sudirman sedang sakit maka pimpinan operasi penumpasan diserahkan kepada Kolonel A. H. Nasution, Panglima Markas Besar Komando Jawa (MBKD). Walaupun dalam operasi penumpasan PKI Madiun ini menghadapi kesulitan karena sebagian besar pasukan TNI menjaga garis demarkasi menghadapi Belanda, dengan menggunakan dua brigade kesatuan cadangan umum Divisi III Siliwangi dan brigade Surachmad dari Jawa Timur serta kesatuan-kesatuan lainnya yang setia kepada negara Indonesia maka pemberontak dapat ditumpas. Pada tanggal 30 September 1948 seluruh kota Madiun dapat direbut kembali oleh TNI. Musso yang melarikan diri ke luar kota dapat dikejar dan ditembak TNI. Sedangkan Amir Syarifuddin tertangkap di hutan Ngrambe, Grobogan, daerah Puwadadi dan dihukum mati. Akhirnya pemberontakan PKI di Madiun dapat dipadamkan meskipun banyak memakan korban dan melemahkan kekuatan pertahanan RI.


2. Peristiwa DI/TII dan Cara yang Dilakukan Oleh Pemerintah dalam Penanggulangannya

1. Pemberontakan DI / TII di Jawa Barat


Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat), Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat ditinggal oleh pasukan Siliwangi yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Perundingan Renville. Usaha untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :

(1) medannya berupa daerah pegunungan-pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,

(2) pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan leluasa di kalangan rakyat,

(3) pasukan DI /TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain pemilik-pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,
(4) suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah mempersulit usaha-usaha pemulihan keamanan.

Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan TNI untuk menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan operasi “Bratayudha.” Pada tanggal 4 Juni 1962 SM. Kartosuwiryo beserta para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi “Bratayudha” di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian SM. Kartosuwiryo oleh Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/ TII di Jawa Barat dapat dipadamkan.


2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah


Gerombolan DI/TII ini tidak hanya di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah juga muncul pemberontakan yang didalangi oleh DI/ TII. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah di bawah pimpinan Amir Fatah yang bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. dan Moh. Mahfudh Abdul Rachman (Kiai Sumolangu). Untuk menumpas pemberontakan ini pada bulan Januari 1950 pemerintah melakukan operasi kilat yang disebut “Gerakan Banteng Negara” (GBN) di bawah Letnan Kolonel Sarbini (selanjut-nya diganti Letnan Kolonel M. Bachrun dan kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani). Gerakan operasi ini dengan pasukan “Banteng Raiders.” Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian dari DI/ TII, yakni dilakukan oleh “Angkatan Umat Islam (AUI)” yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “Romo Pusat” atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan.

Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas pemberontakan ini pemerintah melakukan “Operasi Merdeka Timur” yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo. Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon pemberontak terrsebut dapat dihancurkan dan sisa- sisanya melarikan diri ke Jawa Barat dan ke daerah GBN.

3. Pemberontakan DI/TII di Aceh


Gerombolan DI/ TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di Aceh adalah kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu itu menjabat sebagai gubernur militer menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara Islam Indonesia di bawah pimpinan SM. Kartosuwiryo. Dalam menghadapi pemberontakan DI/ TII di Aceh ini semula pemerintah menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer I/Iskandar Muda, pada tanggal 17-21 Desember 1962 diselenggarakan “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh” yang mendapat dukungan tokohtokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/ TII di Aceh dapat dipadamkan.

4. Pemberontakan DI / TII di Sulawesi Selatan


Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang RIS (APRIS). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.

Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel. Akan tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat. Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini pemerintah melakukan operasi militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.


5. Pemberontakan DI /TII di Kalimantan Selatan


Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak melakukan pengacauan dengan menyerang pospos kesatuan TNI. Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi. Selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan TNI sehingga pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dimusnahkan.


3. Keadaan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya Sebelum Terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi Pancasila menghadapi berbagai tantangan besar sejak tahun 1959, ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan. Pada waktu itu terjadi ketegangan sosial politik yang menjadi-jadi. Kondisi politik menjadi panas karena antarpartai politik saling mencurigai, antara partai politik dengan ABRI serta antara keduanya dengan Presiden. Mereka saling bersaing untuk saling berebut pengaruh atau mendominasi. Begitu pula pada masa Demokrasi Terpimpin kondisi ekonomi sangat memprihatinkan hingga muncul krisis ekonomi nasional.

Prinsip Nasakom yang diterapkan waktu itu memberi peluang kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Dalam memanfaatkan peluang tersebut PKI menyatakan sebagai partai pejuang bagi perbaikan nasib rakyat dengan janji-janji seperti kenaikan gaji atau upah, pembagian tanah dan sebagainya. Oleh karena itu PKI banyak mendapatkan pengaruh dari para petani, buruh kecil atau pegawai rendah sipil maupun militer, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan para perwira ABRI.


4. Pemberontakan G 30 S/PKI dan Cara Penumpasannya

Tantangan yang dihadapi NKRI ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan dan munculnya krisis ekonomi nasional merupakan peluang paham komunis untuk berkembang. Prinsip Nasakom yang dilaksanakan pada waktu itu memberi kesempatan kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Melihat kondisi ekonomi yang memprihatinkan serta kondisi sosial politik yang penuh dengan gejolak pada awal tahun 1960-an maka PKI berusaha menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan.

Sebelum melakukan pemberontakan, PKI melakukan berbagai cara agar mendapat dukungan yang luas di antaranya sebagai berikut.


1. PKI menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat serta berjanji akan menaikkan gaji dan upah buruh, pembagian tanah dengan adil, dan sebagainya.

2. PKI juga mencari pendukung dari berbagai kalangan mulai dari para petani, buruh kecil, pegawai rendahan baik sipil maupun militer, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan para perwira ABRI.

3. Pengaruh PKI yang besar dalam bidang politik sehingga memengaruhi terhadap kebijakan pemerintah. Misalnya, semua organisasi yang anti komunis dituduh sebagai anti pemerintah. Manifesto Kebudayaan (Manikebu), sebagai organisasi para seniman dibubarkan pemerintah pada bulan Mei 1964. Kebijakan politik luar negeri RI pada waktu itu lebih condong ke Blok Timur yakni dengan terbentuknya Poros Jakarta-Peking.

Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional pada dini hari tanggal 30 September 1965 atau awal tanggal 1 Oktober 1965, yakni terjadinya penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat. Penculikan ini dilakukan oleh sekelompok militer yang menamakan dirinya sebagai Gerakan 30 September. Aksi ini di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyon I Cakrabirawa.

Para pimpinan TNI AD yang diculik dan dibunuh oleh kelompok G 30 S/ PKI tersebut adalah sebagai berikut:
a. Letnan Jenderal Ahmad Yani.
b. Mayor Jenderal R. Suprapto.
c. Mayor Jenderal Haryono MT.
d. Mayor Jenderal S. Parman.
e. Brigadir Jenderal DI. Panjaitan.
f. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
g. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean.


Dalam peristiwa tersebut Jenderal Abdul Haris Nasution yang menjabat sebagai Menteri Kompartemen Hankam/ Kepala Staf Angkatan Darat berhasil meloloskan diri dari pembunuhan akan tetapi putri beliau, Irma Suryani Nasution tewas akibat tembakan para penculik. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, ajudan Jenderal Nasution juga tewas dalam peristiwa tersebut. Selain itu Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena juga menjadi korban keganasan PKI. Peristiwa pembunuhan oleh G 30 S/ PKI yang terjadi di Yogyakarta mengakibatkan gugurnya dua orang perwira TNI AD yakni Kolonel Katamso Dharmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono. Pada hari Jum’at pagi tanggal 1 Oktober 1965 “Gerakan 30 September “ telah menguasai dua buah sarana komunikasi vital, yakni studio RRI Pusat di Jalan Merdeka Barat, Jakarta dan Kantor PN Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI pagi itu pukul 07.20 dan diulang pada pukul 08.15 disiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September. Diumumkan antara lain bahwa gerakan ditujukan kepada jenderal- jenderal anggota Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Dengan pengumuman ini maka masyarakat menjadi bingung.

Menghadapi situasi politik yang panas tersebut Presiden Sukarno berangkat menuju Halim Perdanakusumah, dan segera mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat Indonesia tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Mayor Jenderal Suharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) mengambil alih komando Angkatan Darat, karena belum adanya kepastian mengenai Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjabat Menteri Panglima Angakatan Darat. Dengan menghimpun pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi, dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edi Wibowo, panglima Kostrad mulai memimpin operasi penumpasan terhadap Gerakan 30 September. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam operasi ini sebagai berikut.

(1) Pada tanggal 1 Oktober 1965 operasi untuk merebut kembali RRI dan Kantor Telkomunikasi sekitar pukul 19.00. Dalam sekitar waktu 20 menit operasi ini berhasil tanpa hambatan. Selanjutnya Mayor Jenderal Soeharto selaku pimpinan sementara Angkatan Darat mengumumkan lewat RRI yang isinya sebagai berikut.
(a) Adanya usaha usaha perebutan kekuasaan oleh yang menamakan dirinya Gerakan 30 September.
(b) Telah diculiknya enam tinggi Angkatan Darat.
(c ) Presiden dan Menko Hankam/Kasab dalam keadaan aman dan sehat.
(d) Kepada rakyat dianjurkan untuk tetap tenang dan waspada.


(2) Menjelang sore hari pada tanggal 2 Oktober 1965 pukul 06.10 operasi yang dilakukan oleh RPKAD yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo dan Batalyon 328 Para Kujang. Operasi ini berhasil menguasai beberapa tempat penting dapat mengambil alih beberapa daerah termasuk daerah sekitar bandar udara Halim Perdanakusumah yang menjadi pusat kegiatan Gerakan 30 September.

(3) Dalam operasi pembersihan di kampung Lubang Buaya pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk seorang anggota polisi, Ajun Brigadir Polisi Sukitman diketemukan sebuah sumur tua tempat jenazah para perwira Angkatan Darat dikuburkan. Mereka yang menjadi korban kebiadaban PKI tersebut mendapat penghargaan sebagai pahlawan revolusi.

Ketika gerakan 30 September ini menyadari tidak adanya dukungan dari masyarakat maupun anggota angkatan bersenjata lainnya, para pemimpin dan tokoh pendukung Gerakan 30 September termasuk pemimpin PKI D.N. Aidit segera melarikan diri. Dengan demikian masyarakat semakin mengetahui bahwa Gerakan 30 September yang sebenarnya melakukan pengkhianatan terhadap negara ini.


Analisis Konflik-Konflik Internal Lainnya

Bagus Permono Maverick:

Akibat Anti Pancasila maka kita cenderung selalu SARA, Teroris, anarkis dan MAkar....juga kurang NASionalisme dan selalu sektarian...serta kita selalu UANG Berbicara daripada Kebenaran yang mutlak dan mengglobal....kita sering diadu domba oleh bangsanya sendiri dan kita cenderung memihak PArtai bukan lagi semua kalangan dan sebagai saudara sebangsa lagi,...contoh kasus akibat Anti PAncasila : SARA Temanggung, Gereja GKI Yasmin Bogor, KAsus MEsuji, DPR yang gontok-gontokkan, Kasus Ahmadiyah, Gayus tambunan, Nazaruddin dan lain sebagaianya....makanya sebelum Indonesia hancur oleh Sektarian AGama marilah kita Bersatu padu dan kembali ke Revolusi PAncasila...atau Indoneisa bubar oleh oknum agama mayor???...

Dan siapa yang anti PAncasila dan UUD 1945 harus keluar dari NKRI...!!!! karena ini negara PAncasila yang Anti SARA dan anti makar oleh DII/ TII dan FPI serta oknum lainnya...juga ini negara semua Agama dan semua suku....setuju?? KAtakan Benar bila benar dan salah bila salah bukan ngeles dan bukan mangkir....setuju??? thx gbu...monggo...PEACE...!!!!

*****

Bukhori Supriyadi Yadi:

Dengan Datangnya DI/TII di indonesia mengulang kembali pada yang sekarang yaitu islam anti pancasila. aksi 212 merupakan aksi DI/TII yang akan merusak pancasila dari dalam buktinya hanya karena ahok mereka melanjutkan aksinya melengserkan jokowi. hal tersebut tidak dibenarkan dalam islam yang sebenarnya dan pancasila.

Lihat beberapa jawaban dari mereka:

Perhatikan Videonya:

PANCASILA SOEKARNO MENURUT FPI ADA DI PANTAT

Bung karno saja sangat di hormati oleh negara arab sana kok bisa bisanya makhluk bernama habib rizieq shihab menghina bung karno




Sukarno Pernah Mengatakan: "Saya Bukanlah Pembuat Pancasila" . Jadi jika ada Oknum Seperti FPI Yang Sekarang Ini Adalah Kesalahan Besar, Bahkan FPI Menyatakan Pancasila Dipantat Soekarno, Sungguh Sangat Menghina Pahlawan Yang Telah Berjasa Bagi Bangsa Indonesia
» Sukarno Pernah Mengatakan: "Saya Bukanlah Pembuat Pancasila" . Jadi jika ada Oknum Seperti FPI Yang Sekarang Ini Adalah Kesalahan Besar, Bahkan FPI Menyatakan Pancasila Dipantat Soekarno, Sungguh Sangat Menghina Pahlawan Yang Telah Berjasa Bagi Bangsa Indonesia




Mari Kita Lihat Berikut Ini:


Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab mengatakan, Pancasila versi Soekarno itu menempatkan Ketuhanan di pantat.

Habib Rizieq menyatakan itu setelah membandingkan antara Pancasila versi Piagam Jakarta dengan Pancasila setelah Piagam Jakarta.

Kata Habib Rizieq, Pancasila yang asli setelah disepakati tokoh-tokoh nasional termasuk Soekarno, Hatta dengan mencantumkan sila pertama, Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. "Yang otentik itu Pancasila Piagam Jakarta," ungkap Habib Rizieq.

Kata Habib Rizieq, semua tokoh nasional Islam dan Kristen ikut tanda tangan Piagam Jakarta. "Pancasila Soekarno dengan Pancasila Piagam Jakarta beda atau tidak?" tanya Habib Rizieq.

Kata Habib, Pancasila Soekarno Ketuhanan ada di pantat. "Piagam Jakarta Ketuhanan ada di kepala," pungkas Habib Rizieq.


Inilah jawaban soekarno sejarahnya:


Saya bukanlah pencipta Pancasila, saya bukanlah pembuat Pancasila. Apa yang saya kerjakan tempo hari, ialah sekadar memformuleer perasaan-perasaan yang ada di dalam kalangan rakyat dengan beberapa kata-kata, yang saya namakan “Pancasila”. Saya tidak merasa membuat Pancasila. Dan salah sekali jika ada orang mengatakan bahwa Pancasila itu buatan Soekarno, bahwa Pancasila itu buatan manusia. Saya tidak membuatnya, saya tidak menciptakannya. Jadi apakah Pancasila buatan Tuhan, itu lain pertanyaan.

Aku bertanya. Aku melihat daun daripada pohon itu hijau. Nyata hidau itu bukan buatanku, bukan buatan manusia. Apakah warna hijau daripada daun itu dus buatan Tuhan? Terserah kepada saudara-saudara untuk menjawabnya. Aku sekedar konstateren, menetapkan dengan kata-kata satu keadaan.

Di dalam salah satu amanat yang saya ucapkan dihadapan resepsi para penderita cacat beberapa pekan yang lalu, saya berkata bahwa saya sekedar menggali di dalam bumi Indonesia dan mendapatkan lima berlian, dan lima berlian inilah saya anggap dapat menghiasi tanah air kita ini dengan cara yang seindah-indahnya. Aku bukan pembuat berlian ini: aku bukan pencipta dari berlian-berlian ini, sebagaimana aku bukan pembuat daun yang hijau itu. Padahal aku menemukan itu ada daun hijau”. Jikalau ada seseorang Saudara berkata bahwa Pancasila adalah buatan manusia, aku sekedar menjawab: “Aku tidak merasa membuat Pancasila itu; tidak merasa menciptakan Pancasila itu”.

Aku memang manusia. Manusia dengan segala kedaifan dari pada manusia. Malahan manusia jang tidak lebih daripada saudara-saudara yang kumaksudkan itu tadi. Tetapi aku bukan pembuat Pancasila; aku bukan pencipta Pancasila. Aku sekedar memformuleerkan adanya beberapa perasaan di dalam kalangan rakyat yang kunamakan “Pancasila”. Aku menggali di dalam buminya rakyat Indonesia, dan aku melihat di dalam kalbunya bangsa Indonesia itu ada hidup lima perasaan. Lima perasaan ini dapat dipakai sebagai mempersatu daripada bangsa Indonesia yang 80 juta ini. Dan tekanan kata memang kuletakan kepada daya pemersatu daripada Pancasila itu.

Di belakangku terbentang peta Indonesia, yang terdiri dari berpuluh-puluh pulau yang besar-besar, beratus-ratus, beribu-ribu bahkan berpuluh-puluh ribu pulau-pulau yang kecil-kecil. Di atas kepulauan yang berpuluh-puluh ribu ini adalah hidup satu bangsa 80 juta jumlahnya. Satu bangsa yang mempunyai aneka warna adat istiadat. Satu bangsa yang mempunyai aneka warna cara berfikir. Satu bangsa yang mempunyai aneka warna cara mencari hidup. Satu bangsa yang beraneka warna agamanya.

Bangsa jang berdiam di atas puluhan ribu pulau antara Sabang dan Merauke ini, harus kita persatukan bilamana bangsa ini ingin tergabung di dalam satu Negara jang kuat. Maksud kita yang pertama sedjak daripada zaman kita melahirkan gerakan nasional ialah mempersatukan bangsa yang 80 juta ini di dalam satu Negara yang kuat. Kuat, karena berdiri di atas kesatuan geografie, kuat pula oleh karena berdiri di atas kesatuan tekad.

Pada saat kita menghadap kemungkinan untuk mengadakan proklamasi kemerdekaan, dan alhamdulillah bagi saya pada saat itu bukan lagi kemungkinan tetapi kepastian, kita menghadapi soal bagaimana Negara hendak datang ini, kita letakan di atas dasar apa. Maka di dalam sidang daripada para pemimpin Indonesia seluruh Indonesia, difikir-fikirkan soal ini dengan cara jang sedalam-dalamnya. Di dalam sidang inilah buat pertama kali saya formuleeren apa yang kita kenal sekarang dengan perkataan “Pancasila”. Sekedar formuleren, oleh karena lima perasaan ini telah hidup berpuluh-puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun di dalam kalbu kita. Siapa yang memberi bangsa Indonesia akan perasaan-perasaan ini? Saya sebagai orang yang pecaya kepada Allah SWT berkata: “Sudah barang tentu yang memberikan perasaan-perasaan ini kepada bangsa Indonesia ialah Alah SWT pula”.

Sumber: Anjuranku Kepada Segenap Bangsa Indonesia
*****

Sebut Pancasila Soekarno Ketuhanan Ada di Pantat, Habib Rizieq Dipolisikan


Puteri Proklamator Bung Karno Sukmawati Soekarnoputri melaporkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq ke Bareskrim Polri atas tuduhan pelecehan Pancasila.‎ Dugaan pelecehan terhadap Pancasila dilakukan Habib Rizieq saat‎ gelaran Tabligh Akbar FPI.

“Saya datang sebagai ketua umum PNI Marhaenisme melaporkan Habib Rizieq perihal penodaan terhadap lambang dan dasar negara Pancasila. Serta menghina kehormatan martabat Dr. Ir Soekarno sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia dan presiden pertama Republik Indonesia,” jelas Sukma di Gedung KKP Bahari II Bareskrim, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Kamis (27/10/2016).

Sebuah rekaman video berisi pernyataan Habib Rizieq yang menyebut ‘Pancasila Soekarno ketuhanan ada di pantat, sedangkan pancasila Piagam Jakarta ketuhanan ada di kepala’ menjadi barang bukti yang diajukan Sukma ke polisi.

Rekaman itu sebenarnya sudah beredar sejak dua tahun lalu, namun Sukma mengaku baru melihatnya pada Juni 2016 lalu‎ atau tepat saat peringatan Hari Lahir Pancasila.


“Ya, saya baru terima di bulan Juni ketika itu bulan lahir pancasila. Saat itu, teman saya teringat rekaman tentang komentar atau pernyataan Rizieq tentang Pancasila tersebut yang terkait dengan Proklamator Bung Karno,” tutur Sukma.

“Sebagai anak saya marah sekali. Tersinggung karena kata-katanya sangat tidak santun, tidak hormat sebagai pimpinan ormas FPI,” jelas puteri ketiga Bung Karno itu.

‎Untuk itu, Sukma mendesak kepolisian segera memanggil Habib Rizieq agar pentolan FPI itu bisa memberikan klarifikasi kepada masyarakat.
*****

Ini Dia Video Habib Rizieq Sebut Pancasila Soekarno Ada di Pantat


Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab mengatakan, Pancasila versi Soekarno itu menempatkan Ketuhanan di pantat.

Habib Rizieq menyatakan itu setelah membandingkan antara Pancasila versi Piagam Jakarta dengan Pancasila setelah Piagam Jakarta.

Kata Habib Rizieq, Pancasila yang asli setelah disepakati tokoh-tokoh nasional termasuk Soekarno, Hatta dengan mencantumkan sila pertama, Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. "Yang otentik itu Pancasila Piagam Jakarta," ungkap Habib Rizieq.

Kata Habib Rizieq, semua tokoh nasional Islam dan Kristen ikut tanda tangan Piagam Jakarta. "Pancasila Soekarno dengan Pancasila Piagam Jakarta beda atau tidak?" tanya Habib Rizieq.

Kata Habib, Pancasila Soekarno Ketuhanan ada di pantat. "Piagam Jakarta Ketuhanan ada di kepala," pungkas Habib Rizieq.

Komen TS: Wah provokator nih

*****
Kivlan Zein Provokasi PKI Bangkit, FPI Diminta Perang


Agak ngilu membaca berita FPI ingin mengepung istana dan menuntut pembubaran PKI dan paham komunis. Rizieq mendadak bicara tap MPRS.

“Kami tidak peduli akan dianggap sebagai kelompok pelanggar hukum. Jelas ada Tap MPRS-nya. Kami akan bubarkan semua kegiatan PKI di seluruh Indonesia,” ujar Rizieq dalam acara Simposium Nasional “Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain” kata Rizieq.

“Kami kerahkan seluruh anggota FPI untuk mengepung Istana, untuk mengamankan Pancasila dan menolak kebangkitan PKI,” ujarnya.

Saya membaca pernyataan Rizieq berkali-kali. Masa sih Rizieq bilang gitu? Ini sama kayak Isyana mendadak mau nulis di seword.com dan nulis surat buat foundernya, mustahil! Tapi pernyataan Rizieq ini dimuat di beberapa media mainstream, yang pastinya valid.

Ada beberapa hal menarik tentang FPI, Rizieq, PKI dan Pancasila. Mari kita bahas satu persatu.

PKI adalah Partai Komunis Indonesia. Partai ini sama seperti partai politik pada umumnya, namun dulu begitu militan karena menggerakkan petani. Satu hal yang saya nilai positif dari PKI adalah membentuk gerakan petani dan berhasil memenuhi kebutuhan pangan nasional. Ini menurut cerita teman yang saya nilai cukup paham soal PKI. Inilah yang kemudian saya pelajari dan sekarang coba terapkan, yakni bertani dan membentuk sistem yang baik.

PKI memiliki kontrol yang sangat kuat pada kaum buruh dan berperan penting melawan Belanda. Banyak unit bersenjata juga berada di bawah kontrol PKI. Namun kekuatan besar ini kemudian terlihat menakutkan. Sehingga pemerintah menginstruksikan pelucutan senjata, namun ditolak oleh sebagian anggota PKI, lalu terjadilah konflik. Salah satu kesalahan PKI yang cukup fatal adalah ingin merubah Pancasila. Ini jelas berlebihan, namun PKI sangat percaya dengan kekuatan politik dan massanya pada kala itu.

Itulah sekilas tentang PKI dengan segala jasa dan penentangannya. Namun bagaimanapun PKI adalah partai politik, sama seperti halnya partai yang ada saat ini. Mereka punya pimpinan, kader, cabang dan sebagainya. PKI pernah menempatkan kader terbaiknya -Aidit dan Njoto- sebagai menteri penasehat.

Nah sekarang kalau ada isu kebangkitan PKI, saya pikir hanya bisa dipercayai oleh orang bodoh yang tak paham sejarah. PKI memiliki kekuatan besar dalam kontrol buruh, petani dan unit bersenjata untuk melawan penjajah. Pertanyaannya, apakah ada kekuatan yang seperti itu sekarang ini? Bahkan PDIP pun partai pemenang Pemilu 2014 tak sekuat itu.

Kalau serikat buruh ya ada di bawah kontrol KMP, buktinya pas Pilpres seragam mereka (buruh) bergerak mendukung Prabowo-Hatta. Seragam yang sama juga dikenakan saat buruh mendemo pemerintahan Jokowi-JK. KSPI di bawah pimpinan Said Iqbal secara terbuka mendukung Prabowo. Sementara HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) sebelumnya dipimpin langsung oleh Prabowo, kemudian digantikan oleh Fadli Zon.

Kalaulah memang PKI bangkit, pasti jalurnya lewat HKTI, KSPI dan himpunan buruh lainnya. Kebangkitan PKI harus dimulai dari memegang kendali ormas petani dan buruh serta memiliki unit bersenjata. PKI harus merebutnya dari Prabowo dan KMP agar bisa menguasai petani dan buruh. Tapi untuk memiliki unit bersenjata? Berarti harus masuk ke TNI Polri. Nah sekarang pertanyaannya, apakah sudah terlihat gerakan seperti itu sehingga kemudian ada orang yang percaya bahwa “PKI bangkit?” Jika tidak ada maka hanya orang bodohlah yang mempercayainya.

Lagipula, PKI ini sudah bubar. Tak ada regenerasi kepemimpinan. Yang dulu sudah meninggal. Sekarang tersisa keturunan yang juga sudah tua. Lalu mau bangkit bagaimana? Ini kan sama seperti mantanmu yang sudah meninggal, lalu pasanganmu masih takut mantanmu kembali datang dan menggoda. Ada aqua? Hahaha.

Jika ada kelompok yang perlu ditakuti, maka yang paling masuk akal adalah Jepang dan Belanda. Mereka masih eksis sampai sekarang dan tidak perlu bangkit. Jepang menguasai dunia otomotif dan ragam investasi di Indonesia. Belanda juga membangun kerjasama dengan Indonesia.

Tapi kalau ditanya apakah kita takut Belanda dan Jepang? Saya yakin kita semua akan menjawab tidak takut. Sebab jaman berubah. Kita hidup di jaman terbuka dan mengutuk segala bentuk penjajahan dan perbudakan. Dunia sepakat soal ini. Lagipula militer kita kuat, punya Presiden dan sistem negara yang sah diakui dunia. Jadi kalaupun ada orang pakai kaos jersey Belanda dan Jepang, atau ada banyak turis Belanda dan Jepang, kita tidak parno dan menyimpulkan bahwa Indonesia akan dijajah lagi. Ya opo rek.


Apalagi dengan PKI, partai yang sudah secara resmi dibubarkan. Tanpa kepemimpinan selama puluhan tahun. Masa iya jadi lebih menakutkan dibanding Jepang dan Belanda? Lagipula PKI punya produk apa di Indonesia? Apakah seberkuasa Jepang dengan motor dan mobilnya? BIG NO.

Ditambah lagi dengan kondisi masyarakat kita yang mulai apatis dengan partai politik, Megawati mengingatkan deparpolisasi sejak 2008, sekarang muncul gerakan relawan #temanAhok, lalu kita mau takut dengan kebangkitan partai yang sudah lama bubar bernama PKI? Come on bro, dengan partai pemenang pemilu saja kita tidak takut, masa iya mau takut sama partai yang baru mau bangkit?

Sampai di sini, dengan kenyataan seperti ini, pertanyaannya sekarang, kita ini sedang menakuti siapa sebenarnya? Kalau mau lihat pengontrol petani seindonesia, tanya Fadli Zon dan Prabowo. Kalau mau lihat pengontrol buruh, tanya Said Iqbal dan kawan-kawan. Mereka punya salah satu faktor dan unsur ke-PKI-an, kalau bisa dibilang begitu.

FPI mau mengepung istana, lawannya siapa? Dulu mereka sweeping warung yang buka siang hari pada bulan ramadhan, sekarang mereka mau lawan siapa? PKI tidak ada. Mau menuntut Presiden menegakkan Pancasila? FPI tau apa tentang Pancasila?

Pancasila

1.Ketuhanan Yang Maha Esa

2.Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.Persatuan Indonesia

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan

5.Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Mari kita ingat ulah FPI. Mereka pernah berdemo anarkis dan melempari kantor Ahok dengan kotoran kuda. Apakah ini sesuai dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Beradabkah FPI?

Kemudian FPI juga yang menunjuk Gubernur Jakarta kawe super dan tidak mengakui Ahok sebagai Gubernur Jakarta, apakah ini sesuai dengan sila ketiga, persatuan Indonesia.

Yang paling menyesakkan adalah FPI menentang Pancasila, Rizieq berorasi dengan lantang dan mengatakan bahwa Pancasila Soekarno ketuhanan ada di pantat. FPI juga bergabung dengan HTI dan tokoh anti pancasila seperti abu jibril dalam parade tauhid. Lalu sekarang Rizieq mau demo dengan tuntutan agar Pancasila ditegakkan? Sehat bib? Minum beer ya semalam? Berapa ronde?

FPI juga kerap membawa bendera ISIS teroris yang ingin menegakkan sistem khilafah di seluruh negara. Khilafah yang berarti menolak Pancasila dan demokrasi.

Bagi saya, jika ada yang menuntut Pancasila ditegakkan, maka harus dimulai dari pembubaran FPI. Beberapa point di atas sudah sangat jelas bahwa FPI anti Pancasila. Nah kalau FPI mau menuntut Presiden Jokowi menegakkan Pancasila, itu artinya menuntut pembubaran diri mereka sendiri. Lalu buat apa mereka mengepung istana?

FPI jelas adalah massa terorganisir yang selama ini fokus pada provokasi. Sementara Kivlan Zein merupakan provokator yang mengawali dan memberi pernyataan bahwa PKI bangkit dan sudah punya 15 juta pendukung.

Kivlan Zein memprovokasi dengan pernyataan PKI bangkit, kemudian FPI bergerak dan akan membuat rusuh mengepung istana. Jelas ada instruksi khusus dari Kivlan Zein pada FPI.

“Sebelum mereka bangkit, pukul duluan. Perang… perang.. perang…!” ucapnya.

Pada Pilpres lalu FPI mendukung Prabowo-Hatta. Kivlan Zein adalah tim kampanye Prabowo. Dengan begitu maka menjadi masuk akal kenapa mereka ini adalah biang kisruh, provokator dan sangat-sangat SETAN. Karena sejatinya mereka ingin membuat negara ini gaduh agar bisa mereka ambil alih, bukankah itu yang selalu mereka idamkan dan selalu diupayakan sejak Prabowo dinyatakan kalah total?

(Jago-IPS/Fajar/Pojok-Satu/Soekarno-NKRI/Seword/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Minggu, 11 Desember 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Mengenang Peristiwa Madiun/PKI DI/TII, G 30 S/PKI dan Konflik-Konflik Internal Lainnya Disertai Anti Pancasila, Apakah FPI Termasuk Kategori Ini?. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/12/mengenang-peristiwa-madiunpki-ditii-g.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS