Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj saat memberikan ceramah di Kabupaten Gresik, Selasa (12/1). Foto Abdul Malik Ibrahim (Foto: Antara Jatim)
Gafatar secara langsung tidak ada keterkaitan dengan ISIS, sebab yang terkait seperti Anshor Tauhid, Jamaah Islam, dan Majelis Mujahidin .
Gresik, (Antara Jatim) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyebut kelompok "Gafatar" (Gerakan Fajar Nusantara) yang ramai dibicarakan saat ini merupakan kelompok baru dan sangat berbahaya, sehingga perlu diwaspadai.
"Gafatar secara langsung tidak ada keterkaitan dengan ISIS, sebab yang terkait seperti Anshor Tauhid, Jamaah Islam, dan Majelis Mujahidin," ucap Said usai bersilaturahim dengan warga NU Kabupaten Gresik, Jatim, Selasa.
Said mengaku belum mengetahui secara jelas garis organisasi Gafatar, namun dia menduga merupakan organisasi yang perlu diwaspadai, dan sebuah aliran yang ekslusif serta ekstrim.
"Ini kelompok berbahaya yang bisa menyesatkan saudara-saudara kita. Oleh karena itu, kita selalu menjaga warga NU dari berbagai ancaman jenis teroris, dan kiai-kiai NU juga selalu membimbing masyarakat agar mengarahkan kepada Islam yang berakhlak, beradab dan berbudaya," tukasnya.
Ia menegaskan sikap secara pribadi dan oraninasi NU sudah jelas, yakni antikekerasan dan antiradikalisme.
Kadivhumas Polri Irjen Pol Anton Charliyan di Mabes Polri Jakarta menduga jika organisasi Gafatar mengandalkan prinsip kasih sayang dan antikekerasan untuk menarik minat masyarakat agar bergabung dengan organisasi mereka.
"Mereka menggunakan asas kasih sayang dan antikekerasan. Ini kedok mereka dengan menawarkan keringanan-keringanan dalam melaksanakan ibadah sehingga menarik bagi mereka yang enggan beribadah sesuai syariat Islam," ungkapnya.
Sebelumnya, kelompok ini ramai dibicarakan di media setelah adanya kasus hilangnya dokter Rica Tri Handayani dan putranya pada 30 Desember 2015.
Menurut keterangan suami Rica, dokter Aditya Akbar Wicaksono, Rica pernah terlibat aktif dalam organisasi yang disebut-sebut metamorfosa dari organisasi Gafatar.
Meski berhenti setelah menikah, komunikasi Rica dengan organisasi tersebut diduga terjalin kembali selama suaminya melanjutkan studi Kedokteran spesialisasi Ortopedi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rica bersama putranya ditemukan pada Senin (11/1) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
(Antara-Jatim/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar