Oleh: DR. KH. Said Aqil Siradj
DALIL MANA YANG LARANG UCAPKAN SELAMAT NATAL?
AL-KAFIRUN?
Diriwayatkan Ibnu Ishak, suatu hari orang-orang ARAB QURAISH mendatangi Nabi Muhammad & berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana bila kita bekerja-sama dalam ibadah? Kami akan menyembah yang kau sembah, tapi kau juga menyembah yang kami sembah.”
Turunlah firman Allah,
لَكُم دينُكُم وَلِيَ دينِ ,
“Untukmu Agamamu dan Untukku Agamaku” (Al-Quran, surat Al-Kafirun, ayat 6). ini adalah ASBABUN NUZUL (sebab turun ayat) Al-Kafirun, ditujukan
kepada Arab Quraish yang mengajak MENYATUKAN AGAMA. Apakah mengucapkan “Selamat Natal” artinya kita MENYATUKAN AGAMA Islam & Kristiani? Ucapan selamat tak lebih dari ADAB SANTUN tidak ada bedanya dengan ucapan “Selamat Ulang Tahun”, atau “Selamat Menempuh Hidup Baru” bagi pasangan baru menikah, atau saat mendengar istri kawan baru hamil. Masalahnya dimana?
TIDAK ADA urusannya dengan Akidah, hanya adab BERBAGI BAHAGIA. tidak kurang tidak lebih, karena kita manusia, bukan binatang. Menggunakan Al-Kafirun yang ditujukan kepada ARAB Quraish karena mengajak MENYATUKAN agama untuk mengharamkan “Selamat Natal” jelas Jaka Sembung Bawa Golok! DALIL MENYERUPAI KAUM? Syahadat Islam adalah, “Ashadu allailaha illallah, wa’ashadu anna Muhammadar Rosulullah”.
MENGAPA HARUS ADA kalimat “dan Muhammad utusan Allah”? Karena ISLAM DITURUNKAN kepada Nabi Muhammad SAW. Apa boleh Syahadat “dan Musa utusan Allah”?
Apa boleh Syahadat “dan Isa utusan Allah”? Mengapa harus “dan Muhammad utusan Allah?”
KARENA ALQURAN (ISLAM) MUKZIZAT MUHAMMAD Islam turun kepada Nabi Muhammad menyempurnakan agama-agama yang sudah turun SEBELUM Islam. Agama YUDAISME (Taurah) yang turun kepada Nabi Musa. Agama NASRANI (injil) yang turun kepada Nabi isa (Yesus).
ISLAM PUNYA NABI MUHAMMAD.
Agama YUDAISME turun kepada Musa sebelum Islam turun kepada Muhammad
Agama KRISTIANI turun kepada Isa (Yesus) sebelum Islam turun kepada Muhammad
CADAR ADALAH TRADISI YUDAISME
SUNAT ADALAH TRADISI YUDAISME
HIJAB ADALAH TRADISI KRISTIANI
Cadar, Sunat, Hijab adalah tradisi agama YUDAISME & KRISTIANI yang sudah dilakukan oleh bangsa Yahudi (bani Israil) & umat Nasrani JAUH SEBELUM Islam turun kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya.
ARTINYA: bila memaksakan dalil “barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia akan menjadi kaum tersebut” untuk mengharamkan ucapan Selamat Natal..
MAKA BERCADAR JADI YAHUDI
MAKA DISUNAT JADI YAHUDI
MAKA BERHIJAB JADI KRISTEN
Berdasarkan KAJIAN inilah Ulama-Ulama Besar Indonesia yang bergelar PROFESOR DOKTOR yang pasti pintar & menguasai ilmu Islam yang luhur menetapkan umat Muslim BOLEH mengucapkan “Selamat Natal”..
********
Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh…
Wahai Syeikh yang terhormat
Maafkan saya saat meragukan tulisanmu.
Terasa macam mengkhianati diri sendiri,
Tak terbendung jari ini seakan liar menekan tuts
Menyatu dalam pikiran dan keimanan
Mencoba apa yang bisa ku lafadzkan
Untuk menjadi tulisan dari hanya seorang yang ummi
Kepada kalimatmu , yang condong akan kesesatan
Wahai Syekh yang Hafidz Qur’an dan Sunnah
Harapan rasa ukhuwah ini menjadi alasanku
Membantah dirimu
Agar kita semua terhindar dari murka-NYA dan menjadi takwa
Biarlah hati digoda dunia, tapi jangan sampai iman ternoda.
Ya Rabb..
Janganlah engkau jadikan hati ini condong kepada kesesatan
sesudah engkau memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Maka masukkanlah kami kedalam golongan orang yang Engkau berkahi
****
Berkerut kening dan Istighfar membaca komentar Syekh yang terhormat dari jawaban pertanyaan di salah satu media Islam tentang perkataan 1 kalimat yang terlarang dalam agama, yang bisa saja dianggap ringan atau biasa saja oleh pelakunya dengan dalih adab santun, namun di sisi Allah Ta’ala sangatlah besar dan membuat-NYA murka. Apa itu ? Ya, ucapan selamat hari raya dari seorang ummi (Non ahli kitab) kepada kaum yang jelas kafir tentu akan menjadi biasa dan terbiasa bila membeo dan taqliq kepada seorang yang luar biasa seperti kata “ulama (ahli kitab ?)” yang memfatwakan hal tersebut diperbolehkan. Astaghfirullah..
Ini sebagian Dalil-dalil sebagai jawaban kepada kyai yang terhormat dan hafidz Al-Qur’an :
firman Allah ta’ala,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Hamba-hamba Allah yang Maha belas kasih sayang, yaitu orang-orang yang tidak mau menghadiri atau menyaksikan upacara agama kaum musyrik (Az-zuur). Jika mereka melewati tempat yang sedang digunakan untuk upacara agama oleh kaum musyrik, mereka segera berlalu dengan sikap baik” (QS. Al-Furqon, 72).
Makna kata Az-zuur dalam ayat di atas adalah hari raya orang-orang musyrik. Sebagaimana diterangkan oleh para ulama tafsir seperti Mujahid, Rabi’ bin Anas, Ikrimah, Qadhi Abu Ya’la, dan Ad-Dhahak. Kurang tepat bila kata Az-zuur dalam ayat di atas dimaknai “dusta” karena kata Az-zuur di sini bertemu dengan kata kerja yasy-hadu yang tidak bergandengan dengan huruf ba’. Dalam gramatika bahasa Arab, verba “syahida” ( yasy-hadu adalah bentuk fi’il mudhari’nya) bila tidak bergandengan dengan huruf ba’, maka maknanya adalah ikut serta atau hadir dalam sebuah peristiwa. Semisal kalimat ini,
شهدت كذا (Syahidtu kadza) Artinya “Saya hadir dalam peristiwa ini.”
Adapun bila bersandingan dengan huruf ba’, maka maknanya adalah kalimat berita. Seperti ini,
شهدت بكذا (Syahidtu bi kadza) Artinya “Saya mengabarkan kejadian ini.”
Lalu timbul pertanyaan, mengapa hari raya orang kafir disebut az-zuur yang makna leksikalnya adalah “kebohongan”? alasannya karena masuk dalam cakupan makna az-zuur (kebohongan) adalah segala hal yang disamarkan dari hakikat sebenarnya atau dinampakkan baik padahal sejatinya buruk. Boleh jadi karena motivasi syahwat atau karena syubhat.
Kemusyrikan misalnya, ia nampak baik di mata para penganutnya karena syubhat. Dan musik nampak indah di mata para pendengarnya karena motivasi syahwat. Adapun hari perayaan orang-orang kafir terkumpul di dalamnya dua hal ini; yaitu motivasi syahwat dan syubhat. Alasan lain adalah karena hari raya orang kafir terasa indah di dunia, padahal ending di akhirat nanti adalah kesengsaraan. Oleh karena itulah hari raya mereka disebut az-zuur (Iqtidha’ Shirat Al-mustaqim, 279-280). **)
Wassalamualaikum
(Muslim/Jalanallah/Copasiana-55/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar