Prof. Sumanto Al-Qurtuby: “Tak Setiap Orang Kristen Itu Kafir”


Seiring meledaknya isu soal Al Maidah 51 yang disebut Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama, perdebatan “pemimpin kafir” kembali mewarnai suhu politik Pilgub DKI 2017. Ahok yang dikenal seorang Kristen pun menjadi perbincangan soal boleh tidaknya Jakarta dipimpin oleh non-Muslim. Tapi herannya, menurut Prof. Sumanto Al-Qurtuby, maksud “orang kafir” menurut sebagian orang adalah “Ahok yang Kristen”.

“Mereka bilang ini amanat Kitab Suci (baca, Al-Qur’an) yang kedudukannya jauh lebih tinggi daripada “Konstitusi”,” kata Sumanto via akun facebooknya (21/11)

Di mata dosen King Fahd University Saudi ini, kata “kafir” dan “Kristen” itu dua hal berbeda. Kata “kafir” itu sangat rumit dan kompleks sekali dalam Al-Qur’an. Ada sekitar 421 kali, Al-Qur’an menyebut kata “kafir” atau “kufr” dengan makna beragam dan konteks yang berbeda-beda tetapi muaranya kurang lebih sama, yaitu “menutupi sesuatu”.

“Itulah sebabnya ada ayat Al-Qur’an yang menyebut petani itu “kafir” karena kerjaannya “menutupi benih di tanah”,” katanya.

Demikian pula di ayat lain menyebut suku-suku di Mekkah sebagai kafir karena menutupi kebenaran yang disampaikan Nabi Muhammad. Sementara “Kristen”, kata pria kelahiran Batang ini, adalah jelas “kaum beriman” bukan “kafir”. Meskipun tentu saja ada umat Kristen yang “kafir” sebagaimana ada umat Islam yang “kafir” kalau mereka “menutupi sesuatu”.

“Seperti umat Islam, umat Kristen juga penganut paham monoteisme. Karena itu, banyak para ulama dan sarjana Muslim yang menolak status “kafir” atas non-Muslim,” katanya

Jadi, lanjut Sumanto, kalau kampanye “anti-Kristen Ahok” dengan alasan ia “kafir” sehingga kaum Muslim haram memilihnya sebagai “kepala daerah” adalah tidak tepat.

“Seperti ‘pepatah’: “Joko Sembung Naik Ojek”–Tidak Nyambung Jek. Buktinya, banyak para ulama (termasuk para ulama Mesir) dan tokoh Islam yang mendukung dan membolehkan non-Muslim, termasuk Kristen, menjadi pemimpin politik-pemerintahan di daerah yang mayoritas Muslim. PKS Solo dulu juga mendukung Walikota Kristen: F.X. Hadi Rudyatmo.” katanya

Beberapa negara mayoritas Muslim juga memiliki (atau pernah memiliki) kepala daerah non-Muslim, baik walikota, gubernur, sampai presiden. Contohnya di Senegal, Palestina, Turki, Lebanon, dlsb. Di Lebanon, presiden-nya juga Kristen, Pak Michel Sulaiman, yang merupakan seorang Kristen Maronite,

“Apakah para ulama, cendekiawan Muslim, dan umat Islam di Turki, Sinegal, Palestina, atau Lebanon itu pada tidak paham Al-Qur’an? Apakah para ulama Mesir itu tidak tahu tafsir Al-Maidah yang bikin heboh itu? Tidak kan?”

Jadi, menurut pria jebolan IAIN Walisongo ini, sebetulnya masalahnya pada soal tafsir saja.

“Sah-sah saja mau menafsiri: ‘larangan umat Islam memilih pemimpin non-Muslim,’ tetapi jangan ngotot, marah-marah dan ngamuk kalau ada ulama, tokoh Muslim dan umat Islam lain yang membolehkan memilih non-Muslim sebagai pemimpin. Kalau ada yang bilang salat atau puasa Ramadhan itu “haram” baru silakan protes.”

Lagi pula, lanjut Sumanto, kalau tidak suka dengan Ahok, sebaiknya tidak usah dipilih dalam pilkada nanti. “Gampang kan? Pilih Pak Djarot Saiful Hidayat saja yang jelas Muslim,” katanya.

Sumanto tak lupa menegaskan bahwa apa yang ia sampaikan bukan karena ia pendukung Ahok tetapi karena ingin berbagi pengetahuan.

“Soal Koh Ahok jadi gubernur atau tidak itu urusan orang Jakarte bung, bukan urusan gue he he … ” kata akademisi yang sedang berdomisili di Saudi ini.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Kamis, 24 November 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Prof. Sumanto Al-Qurtuby: “Tak Setiap Orang Kristen Itu Kafir”. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/11/prof-sumanto-al-qurtuby-tak-setiap.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS