Pertempuran militer di Iraq memasuki babak baru. Pasukan militer Iraq bersama angkatan kekuatan rakyat di Propinsi Al-Anbar pun bertempur sengit melawan para militan teroris Da‘isy. Kota Al-Ramadi pun menyaksikan perang terdahsyat selama ini.
Para militan Da‘isy sedang mengosongkan kamp pengungsian Yarmuk di dekat kota Damaskus. Lalu, di manakah posisi personel penasihat Iran dalam kondisi ini?
Personel Iran sedang meninggalkan Suriah untuk bergabung dengan kekuatan rakyat Iraq. Jumlah korban di pihak Iran dalam pertempuran ini semakin meningkat. Untuk itu, Tehran mengambil keputusan untuk mengeluarkan personel mereka dari Suriah dan memindahkan mereka ke Iraq.
Iran dan Rusia memiliki perbedaan pandangan mengenai Suriah. Untuk itu, Tehran ingin mengosongkan medan perang di Suriah untuk Rusia.
Tindakan seperti ini bisa memperparah kondisi perang di Suriah untuk melawan Da‘isy.
Menurut pengakuan sebuah sumber di Iraq, Rusia menginginkan seluruh peristiwa yang sedang terjadi di Iraq untuk diri sendiri. Untuk itu, Iran menyatakan keluar dari medan.
Realita keguguran Samir Qunthar di dekat Damaskus membuktikan pertikaian Iran dan Rusia dalam krisis Suriah ini. Semua peristiwa ini terjadi berkat koordinasi dengan para petinggi Rusia.
Seluruh peristiwa yang terjadi di Suriah lebih menguntungkan Israel daripada Iran, Suriah, dan Iraq sendiri. Hal ini menyebabkan pengaruh negatif terhadap aliansi Tehran, Moskow, Damaskus, dan Baghdad.
(Al-Syarq-Al-Awsath/Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar