Pangeran Saudi memberi sumbangan "dengan penuh kasih sayang" melihat pun tak sudi. (Foto: Alriyadh.com
Sebagian besar keluarga miskin di kerajaan pengekspor teroris internasional itu adalah mereka yang tidak secara resmi diakui sebagai warga negara Saudi, meskipun mereka lahir dan tumbuh besar dari suku kerajaan itu.
Meskipun menjadi salah satu negara terkaya di dunia, dan dengan itu mampu mengirim sebagian warganya ke Puncak, Bogor, Jawa Barat untuk foya-foya dan berzina (dengan dalih nikah Misyar), namun, kerajaan diktator bermazhab Wahabi, Saudi Arabia itu membiarkan jutaan rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan melarat.
Sebagaimana dilaporkan oleh Washington Post dan The Guardian pada 3 Desember 2012, angka pertumbuhan penduduk dan program kesejahteraan di kerajaan Arab Saudi gagal mengikuti jumlah populasi yang kian meningkat dari 6 juta di 1970 hingga 28 juta tahun 2012. Rujuk situs ini: http://articles.washingtonpost.com/2012-12-03/world/35623000_1_saudi-arabia-poverty-rate-royals
Dalam laporan tersebut Washington Post mengkritik gaya hidup para bangsawan Saudi yang jumlahnya ribuan orang, namun tidak pernah peduli nasib rakyatnya yang sengaja dimiskinkan dan hanya bersibuk ria menumpuk kekayaan dan citra negara dengan menciptakan mesin-mesin pembunuh etnis dan sektarian.
"Kerajaan Saudi mampu menyembunyikan kemiskinan dengan sangat baik dan rapih," menurut Washington Post mengutip laporan Rosie Bsheer, seorang sarjana Saudi yang telah banyak menulis karya tentang pembangunan dan kemiskinan di kerajaan itu.
"Para elit dan bangsawan Saudi tidak melihat pernah melihat penderitaan orang miskin. Banyak orang-orang lapar yang diabaikan".
Beberapa laporan media memperkirakan antara 2 juta dan 4 juta warga asli kerajaan itu hidup di bawah garis kemiskinan akut.
Laporan ini menambahkan bahwa di Arab Saudi, kemiskinan terus meningkat dan kemarahan warga atas korupsi semakin tumbuh. Sejumlah besar uang kerajaan dari hasil minyak bumi dan pajak hanya berakhir di kantong-kantong keluarga kerajaan melalui jaringan nepotisme, korupsi dan kontrak-kontrak pemerintah yang nyaman, menurut analis AS khusus Saudi Arabia.
Sebagian besar keluarga miskin di kerajaan pengekspor teroris internasional itu adalah mereka yang tidak secara resmi diakui sebagai warga negara Saudi, meskipun mereka lahir dan tumbuh besar dari suku kerajaan itu.
"PBB memperkirakan terdapat 70.000 orang berkewarganegaraan Arab Saudi, sebagian besarnya adalah mereka yang berasal dari suku-suku nomaden tradisional yang hidup dibeberapa wilayah yang menjadi bagian dari negara," tambah laporan itu.
Sementara majalah Forbes memperkirakan kekayaan pribadi Abdullah bin Abdul Aziz diatas angka US$ 18 miliar, yang membuatnya menjadi orang terkaya ketiga di dunia negara kerajaan setelah raja Thailand dan raja Brunei.
Arab Saudi adalah eksportir minyak terbesar di dunia, dengan akuntansi negara dari emas hitam itu sekitar 90 persen dari ekspor negara itu.
Namun, kekayaan yang meruah itu hanya dihabiskan untuk membangun istana pribadi-pribadi pangeran dan untuk menetaskan terorisme internasional seperti Al-Qaeda dan Taliban untuk dikirim ke negara-negara muslim yang tidak semazhab dengan Wahabiyah.
(Washington-Post/The-Guardian/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar