Setelah 5 hari serangan brutal Rezim Zionis Israel di Jalur Gaza, Juru Bicara Militer Israel menyatakan bahwa tahap pertama operasi militer Israel telah selesai dan pasukan Israel ditarik mundur dari Gaza. Satu istilah yang sering dipakai oleh Israel saat menghadapi kekalahan adalah "penarikan mundur pasukan". Hal itu pernah terjadi pada tahun 2005 ketika mereka dipukul mundur secara memalukan oleh para pejuang Palestina. Pada waktu itu, untuk menutupi rasa malu mereka, Israel menyebut tentaranya yang melarikan diri dari Gaza sebagai penarikan mundur pasukan.
Kegagalan serangan Rezim zionis Israel lewat udara, laut dan darat kembali mengingatkan orang pada kekalahan Rezim Zionis dalam perang 33 hari di Lebanon menghadapi Hizbullah. Bersamaan dengan penarikan mundur pasukan militer Rezim Zionis Israel, para pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengumumkan kekalahan Rezim Zionis di hadapan perlawanan gigih rakyat Palestina.
Jalur Gaza menjadi target serangan udara, laut dan darat militer Israel setelah mendapat perintah dari Ehud Olmert, Perdana Menteri Rezim zionis Israel dan Ehud Barak, Menteri Perang Israel. Gaza menjadi bukti kekejaman dan brutalitas tentara Israel yang membunuh warga Gaza tanpa pandang bulu, bahkan anak-anak, wanita dan penduduk sipil banyak menjadi korban. UNICEF, badan PBB yang mengurusi masalah anak-anak menyatakan keprihatiannya atas aksi tak manusiawi yang dilakukan Israel. Namun seperti biasanya, Israel tidak pernah menggubris lembaga internasional mana pun.
Masih ingat kekalahan memalukan Rezim Zionis Israel pernah di perang 33 hari melawan Hizbullah di Lebanon? Kekalahan kali di Gaza langsung disambut unjuk rasa di Palestina pendudukan. Bahkan bersamaan dengan demonstrasi di Palestina pendudukan menentang agresi Israel di Gaza, koran Israel Haaretz menulis, "Kita membantai rakyat Palestina, tapi pada akhirnya militer Rezim Zionis Israel bakal kalah di Gaza." Pembunuhan para wanita dan penduduk sipil oleh tentara Rezim Zionis Israel menjadi bukti kelemahan para pejabat Israel menghadapi perlawanan gigih rakyat Palestina dan Hamas. Dengan cara yang sangat pengecut, tentara Israel membunuh wanita, anak-anak dan penduduk sipil setelah berbulan-bulan diblokade. Tujuan Rezim Zionis Israel lewat tindakan pengecutnya ini adalah agar rakyat menjadi marah dan menyalahkan Hamas serta berbalik menggerogoti kekuatan Hamas dari dalam.
Namun para pejabat Rezim Zionis Israel lupa bahwa pada tahun 2006, secara sadar rakyat Palestina memilih Hamas sebagai pemimpinnya. Mereka punya pengalaman pahit selama satu dekade bersama para pemimpin Faksi Fatah yang selalu berusaha untuk berdamai dengan Israel. Karena keinginan damai mereka tidak pernah digubris dan militer Israel tetap saja membantai warga Palestina. Bagi rakyat Palestina, ongkos yang mereka pikul antara berdamai dan berjuang sama saja. Sekarang mereka memahami hanya perlawanan satu-satunya cara meraih kembali hak-hak mereka yang terampas.
Kini, pembantaian rakyat Gaza membuktikan substansi perdamaian yang diinginkan Olmert. Hari-hari ini dan selanjutnya, nama Amerika dan Israel identik dengan agresi, teror dan pembantaian. Kebengisan Rezim Zionis Israel yang ditunjukkan di Lebanon dan Gaza sampai saat ini tidak menghasilkan apa-apa. Dan meluasnya perlawanan Islam dan gelombang kebangkitan rakyat di Timur Tengah menandai hitungan mundur kehancuran penjajah Zionis.
(Smiler-Team/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar