Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf menegaskan tentang pentingnya nikmat rasa aman yang dimiliki bangsa Indonesia. Menurutnya, betapapun makmurnya hidup seseorang, tanpa rasa aman hal tersebut akan sia-sia. Karena itu, penting bagi bangsa Indonesia untuk mensyukuri anugerah luar biasa ini.
“Kita harus berterima kasih kepada orang pertama yang memberikan kita rasa aman, yaitu KH Hasyim Asy’ari,” katanya di hadapan ribuan warga yang memadati Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (21/10) malam, dalam acara pembacaan shalawat Nariyah sebagai bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Nasional.
Habib Ali berbicara dalam konteks kisah perjuangan Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam menghadapi suasana genting sekitar dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945 di Surabaya. Melalui fatwa Resolusi Jihad, pendiri Nahdlatul Ulama itu mampu membakar semangat para santri dan arek-arek Surabaya untuk melawan penjajah yang hendak merebut kembali kemerdekaan Indonesia.
Soal agenda pembacaan shalawat Nariyah yang digagas PBNU, Habib Ali yang merupakan pemimpin Majelis Ta’lim wal Mudzakarah al-Afaf ini mengaku mendukung penuh. Ia juga menjelaskan tentang sejumlah keutamaan dan manfaat membaca shalawat, mulai dari menghilangkan kesusahan sampai mendapatkan husnul khatimah.
Malam itu hadir pula Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, Katib ‘Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini, Mustasyar PWNU DKI Jakarta KH Maulana Kamal Yusuf, pejabat daerah setempat, dan segenap pengurus syuriyah dan tanfidziyah PWNU DKI Jakarta.
Rais Syuriyah PWNU DKI Jakarta KH Mahfudz Asirun dalam sambutannya menyatakan bahwa penetapan Hari Santri Nasional menjadi wujud perhatian pemerintah sejarah perjuangan para santri. Menurutnya, santri bermakna lebih luas dari sekadar orang yang tinggal di pesantren. Siapa pun yang memiliki semangat mendalami ilmu yang tinggi, pelopor kebaikan, berakhlakul karimah, dan bertindak untuk mencapai ridha Allah, baginya adalah seorang santri.
Acara pembacaan shalawat Nariyah tersebut menjadi bagian dari agenda Pembacaan 1 Miliar Shalawat yang digelar secara serentak di Indonesia. Selain di Jakarta, pembacaan shalawat Nariyah juga dipusatkan di Lamongan, Lirboyo, Pasuruan, Situbondo, Lampung Tengah, Balikpapan, dan Samarinda.
(Mahbib/NU-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar