“Dalam setiap diskusi, Imam Ja‘far Shadiq as berbicara sesuai dengan pemahaman setiap orang. Dengan cara ini, beliau berhasil mengislamkan banyak orang.”
Begitu ungkap Hujjatul Islam wal Muslimin Dr. Rafi‘i ketika berpidato dalam rangka memperingati syahadah Imam Ja‘far Shadiq as di Fatimiah Tehran pagi hari ini.
Dr. Rafi‘i menuturkan, pada masa Imam Shadiq as, pasar keyakinan dan aliran pemikiran bermunculan. Untuk itu, beliau merasa bertanggung jawab untuk menentukan garis Islam yang benar. Dengan demikian, beliau melandaskan garis kepemimpinan (imamah) pada tujuh landasan utama: saling memahami, taqiyah, persahabatan, ajakan untuk ketenangan, etika yang baik, warak, dan usaha keras.
Ketika menjelaskan makna taqiyah, Dr. Rafi‘i menukaskan, “Taqiyah adalah kita jangan mengumbar segala sesuatu di hadapan siapa pun. Dua sahabat Imam Ali as pernah ditodong oleh penguasa supaya memilih antara dibunuh atau membebaskan diri dari beliau. Salah satu dari mereka memilih bertaqiyah dan yang lain memilih dibunuh. Beliau berkomentar, ‘Orang yang memilih membebaskan dari dariku adalah orang berakal. Sedangkan orang yang memilih dibunuh itu tergesa-gesa untuk memasuki surga.’”
Rafi‘i menegaskan, Islam adalah agama penuh toleran. Sekalipun Islam telah berkembang dari sejak periode Makkah, akan tetapi agama ini baru mengharamkan minuman keras pada periode Madinah.
Dr. Rafi‘i juga mengingatkan dua program utama musuh Islam untuk mengikis habis budaya dan kultur Islami: pertama, keteledoran budaya sehingga budaya Islami semakin pudar di tengah masyarakat; dan kedua, melemahkan keyakinan kawula muda.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar