Milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menggunakan sekolah-sekolah di Raqqa, ibu kota kekhalifahan kelompok teroris itu di Suriah, sebagai tempat cuci otak.
Di sana, anak-anak juga dilatih untuk menggunakan berbagai jenis senjata, termasuk bom untuk misi bunuh diri, seperti dilaporkan The Independent, Senin (19/9/2016).
Kelompok pengacau ISIS itu mengajarkan “tata aturan yang radikal dan brutal menurut versinya kepada anak-anak”. Demikian dikatakan media Inggris mengutip laporan aktivis di Raqqa.
Kelompok teror, demikian laporan aktivis, “bekerja secara sistematis untuk menyabotase proses pendidikan di Raqqa dan membangunnya kembali berdasarkan metodologi radikal dan peraturan mereka”.
Sejak mengambil alih kendali atas Raqqa pada 2014, ISIS menutup semua sekolah, membakar buku pelajaran, serta mengusir dan memaksa guru-gurunya tidak lagi mengajar sesuai kurikulum pemerintah.
Sekalipun kemudian sekolah-sekolah itu dibuka kembali, beberapa mata pelajaran, “seperti fisika, kimia, filsafat, biologi, dan pendidikan agama Kristen,” dilarang keras.
ISIS mulai “mengajar peraturannya yang radikal dan brutal kepada anak-anak”, termasuk pelajaran tentang hukum syariah versi kelompok teror tersebut dan bahasa Arab.
Anak-anak juga diberi latihan untuk menggunakan senjata dan indoktrinasi ideologis untuk mempersiapkan anak-anak itu bertempur dan melakukan misi bunuh diri.
Para orangtua yang telah melarikan diri dari wilayah kekuasaan ISIS telah melaporkan bahwa anak-anak mereka diajari cara menggunakan bom.
Mereka juga diajari cara-cara untuk mengirim boneka ke rumah yang menjadi target, dan misi memenggal kepala orang atau musuh sebagai “pekerjaan rumah” yang harus dilakukan.
ISIS telah mengiklankan penggunaan anak-anak sebagai pejuang dan pengebom bunuh diri, yang juga ditandai oleh mulai terlihatnya eksekusi oleh anak-anak di berbagai video kampanye ISIS.
Pada awal tahun ini, Europol telah memperingatkan tentang aliran anak-anak imigran tanpa orangtua ke negara-negara Barat.
Anak-anak tersebut umumnya datang dari Irak dan Suriah, negara yang kini sedang bergolak akibat kehadiran kelompok brutal ISIS.
Menurut media Inggris tersebut, anak-anak diduga bakal menjadi generasi massa depan ISIS, terutama untuk misi bunuh diri atau “pengantin jihad” ISIS.
Telah muncul rasa khawatir yang tinggi di Barat, bahkan wilayah-wilayah yang memusuhi ISIS di seluruh dunia, bahwa jika kelompok teroris dikalahkan, kader-kader muda mereka akan terus melakukan kekejaman.
(The-Independent/Kompas/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar