Setelah beberapa tahun terakhir negara petrodolar mendulang kekayaan dari emas hitam, kini negara-negara penghasil minyak mengalami tekanan yang cukup signifikan. Bahkan, Arab saudi pun kini terjepit karena harga minyak dunia yang merosot tajam.
Negara seperkasa Arab Saudi akhirnya terpaksa mencari utang untuk menutupi belanja negaranya. Mereka telah meminjam uang atau menambah utang sebesar USD 4 miliar melalui penerbitan obligasi pada tahun lalu. Ini adalah untuk pertama kalinya dalam 8 tahun terakhir.
Tidak berhenti di situ, krisis keuangan memaksa Arab saudi kembali mengambil dana investasi luar negeri mereka yang disimpan lembaga pengelola aset global, BlackRock. Kebijakan ini diambil karena cadangan devisa mereka telah terkuras hampir USD 73 miliar untuk mempertahankan ekonomi dan mendanai kampanye militer di Yaman.
"Bank sentral Saudi telah menghabiskan USD 50 miliar hingga USD 70 miliar lebih selama enam bulan terakhir," ucap CEO Insigh Discovery, Nigel Sillitoe seperti dilansir CNN, Jumat (10/1).
Analis Stratfor Timur Tengah dan Asia Selatan, Michael Nayebi-Oskoui mengatakan, Arab Saudi merasa nyaman membawa kembali likuiditas mereka saat krisis. Arab Saudi disebut lebih suka menyimpan uang tunai di tangan.
CNN Money menjelaskan betapa sulitnya perekonomian Arab Saudi. Berikut faktanya:
1. Defisit anggaran parah
Anjloknya harga minyak dunia melukai perekonomian Arab Saudi. Bagaimana tidak, pendapatan negara ini sangat tergantung dari penjualan minyak mentah, sama seperti Brasil, Qatar, dan Rusia.
Rendahnya harga minyak dunia menyulitkan Arab Saudi untuk menyeimbangkan pengeluaran dengan pendapatan negaranya.
2. Cadangan devisa terkuras
Data terbaru menyebutkan, Arab Saudi telah menghabiskan USD 77 miliar cadangan devisa untuk menutupi pengeluaran negara.
Cadangan devisa di Bank sentral Arab saudi telah jatuh dari puncaknya yaitu USD 746 miliar di pertengahan 2014 menjadi hanya uSD 669 miliar pada akhir Juli lalu.
3. Pengelola keuangan menderita banyak arus keluar
Perusahaan pengelola keuangan juga harus merasakan kesakitan ekonomi Arab Saudi. Selama ini, perusahaan telah menikmati dan mengelola uang yang sangat banyak dari Negara Teluk.
Perusahaan yang menjadi favorit negara Timur Tengah dalam mengelola dana investasi luar negeri adalah BlackRock dan Franklin Templeton.
4. Belanja Arab Saudi boros
Belanja negara Arab Saudi tergolong boros. Mereka bertindak seolah harga minyak dunia masih di atas USD 100 per barel.
Ketika Raja Salman bin Abdulazis mengambil alih kekuasaan awal tahun lalu, dia mengalokasikan USD 30 miliar belanja negara. Ini termasuk untuk pembayaran besar untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Meski kondisi perekonomian Arab Saudi kesulitan, analis percaya mereka masih dalam posisi yang baik. Arab Saudi dinilai tidak perlu mendevaluasi mata uang seperti China. Analis percaya, harga minyak dunia akan kembali naik tahun mendatang.
(CNN-Money/Merdeka/Islamoderat/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar