Raja Salman (Foto: AP)
Media Inggris ‘The Guardian’ melaporkan krisis keuangan yang menimpa kerjaan Arab Saudi. Terkuaknya keungan internal Saudi setelah dokumen pemerintah bocor.
Yang dimaksud adalah memo rahasia mengenai kebijakan Arab Saudi yang diterbitkan Raja Salman untuk menteri keuangan setempat berisi rincian kebijakan yang harus diambil seluruh lembaga pemerintahan.
Anggaran publik Saudi goyah tahun ini karena menurunnya harga minyak yang mengancam defisit hingga 20 persen dari produk domestik bruto pada 2015.
Akibatnya, kerajaan melarang pejabat setempat membeli mobil dan furnitur baru serta harus memangkas anggaran perjalanan serta infrastruktur menyusul semakin dalamnya krisis keuangan karena rendahnya harga minyak.
Namun, di saat yang sama Arab Saudi mensuplai senjata ke pemberontak Suriah untuk menumbangkan Presiden Bashar al-Assad dan membiayai serangan ke Yaman.
Dikutip dari Republika, Sabtu, 10 Oktober 2015, sebuah surat dengan tanda “Sangat Mendesak dan Penting” tertanggal 1-12-1436 atau 28 September 2015 memberi instruksi yang ketat untuk menghentikan proyek baru, penghentian pembelian mobil baru, furnitur atau peralatan, membekukan semua kesepakatan dan promosi, menghentikan pembayaran kompensasi untuk properti, dan menunda kesepakatan sewa baru.
Belanja dari anggaran yang ada serta proyek selama kuartal keempat dilarang lebih dari 25 persen dari total kesepakatan dan belanja untuk perjalanan atau biaya bisnis lain harus tak lebih dari 15 persen anggaran awal. Selain itu, pendapatan minyak harus segera ditingkatkan.
Surat itu juga memerintahkan agar kebijakan segera dilaksanakan. Harga minyak yang menyentuh 50 dolar AS per barel selama dua tahun terakhir serta biaya perang di Yaman harus dihadapi Raja Salman setelah menggantikan Raja Abdullah pada Januari lalu.
Dokumen pemerintah yang bocor juga mengungkap defisit anggaran yang dinilai mulai terjadi sejak Raja Salman naik tahta.
“Defisit meningkat karena keputusan Salman yang memberikan penghargaan berupa gaji ekstra kepada semua pegawai negeri sipil setelah dia naik tahta,” ujar pengamat Arab Saudi di lembaga studi Chatham House, David Butter seperti dikutip the Guardian, Kamis 8 Oktober 2015. Selain itu, dia mengatakan perang Yaman juga menambah belanja pemerintah Saudi. Sebelumnya, Raja Salman memutuskan untuk terlibat dalam perang Yaman.
Dokumen lain yang bocor menyatakan menteri keuangan telah menuliskan surat instruksi untuk menutup anggaran dan mempersiapkan anggaran akhir untuk tahun anggaran 1436-37. Instruksi itu memerintahkan kementerian harus membuat pembayaran akhir sebelum 15 November. Tahun anggaran Saudi seharusnya berakhir pada 30 Desember 2015. Sehingga, hal itu mengindikasikan pegawai negeri sipil setempat bisa jadi tak dibayar untuk enam pekan terakhir tahun ini.
Tahun lalu, pemerintah Saudi melaporkan bahwa lebih dari 1,3 juta orang atau 12 persen dari total pekerja, bekerja di sektor publik, yang 38,7 persen diantaranya adalah wanita.
(AP/Republika/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar