Refleksi 69 Tahun Kemerdekaan RI: Menentang Segala Bentuk Radikalisme


Rakyat Indonesia akan kembali memperingati hari kemerdekaannya. Hari di mana pernyataan sikap untuk merdeka, bersatu dan berdaulat di tanah sendiri. Terbebas dari segala bentuk penjajahan bangsa lain, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan dan keamanan. Pernyataan tersebut dalam bentuk teks Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan tepat pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada tahun ini genap sudah bangsa Indonesia berumur 69 tahun. Hal ini tentu menjadi catatan kita bersama tentang arah bangsa Indonesia di masa depan. Wajah Indonesia di mana seluruh rakyat berada dalam kesejahteraan, kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan. Tanpa khawatir esok akan makan apa, anak-anak sekolah dimana ataupun khawatir barang-barang mereka aman atau tidak.

Kiranya hal ini terasa sulit dicapai apabila, peringatan Proklamasi hanya sebatas seremonial semata. Peringatan hari kemerdekaan hanya sebatas perayaan tanpa makna. Peringatan di mana anak-anak hingga dewasa hanya terlarut dalam lomba-lomba tahunan. Karena bukan lah tersebut yang menjadi bukti kemerdekaan Indonesia.

Tugas dan tanggungjawab bangsa Indonesia sangatlah besar. Apabila dahulu para pendiri bangsa ini harus berjuang menumpahkan darah. namun saat ini tugas tersebut telah beralih dalam bentuk menumpahkan segala bentuk ide, gagasan, pemikiran yang brilian untuk mengisi kemerdekaan dan melepaskan seluruh rakyat dari penjajahan gaya baru.

Kita baru saja menyelesaikan pemilihan Presiden 2014, ada harapan baru atas hasil tersebut. Harapan akan terwujudnya cita-cita luhur para pendiri bangsa Indonesia. Kiranya masih segar di ingatan kita tentang isi Pancasila pasal 3 “Persatuan Indonesia”. Untuk itu, sudah selayaknya kita bersatu, menghilangkan ego atas konflik pasca pilpres agar cita-cita bangsa ini segera terwujud.


Selain masalah pembangunan sosial ekonomi, masih banyak tugas-tugas besar bangsa ini lainnya yang masih menunggu untuk segera di tuntaskan. Di antaranya seperti, konflik horizontal (perang suku), gerakan separatisme dan yang terhangat saat ini adalah gerakan radikalisme ISIS.

Pemerintah pun telah menegaskan bahwa ISIS terlarang di Indonesia. Seperti yang diberitakan oleh Kompas bahwa organisasi pimpinan Abu Umar Al-Baghdadi itu telah menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah dengan cara kekerasan, pembunuhan, hingga perampokan. ISIS mulai memperluas pengaruhnya dengan merekrut warga negara di belahan dunia lain.

Kini di Indonesia, bukti-bukti kehadiran ISIS semakin nyata melalui simbol-simbol bendera, lukisan grafiti, tabloid hingga video pendeklarasian dukungan. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia pada Senin (4/8/2014) langsung mengeluarkan sikap atas ISIS. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menyatakan Indonesia tidak mengakui keberadaan ISIS. Pemerintah juga melarang penyebarluasan paham ISIS di Tanah Air karena bertentangan dengan ideologi Pancasila dan kebinekaan di negeri ini.

Disadari bahwa bangsa Indonesia terlahir dari konflik (penjajahan) dan besar atas konflik. Akan tetapi, menjadi suatu kebanggaan bahwa hingga kini kita selalu mampu menyelesaikan berbagai bentuk konflik tersebut dengan baik dan bijak. Sangat jauh berbeda dengan saudara-saudara kita di negara lain.

Hal ini tentu salah satunya disebabkan oleh besarnya rasa persaudaraan, nasionalisme dan cinta Tanah Air kita pada bangsa ini. Kita terlanjur mencintai Tanah Air ini dan tidak akan sejengkalpun ternodai oleh sikap dan tindak negatif yang mampu merusaknya. Untuk itu, marilah kita terus memupuk dengan baik, sesuai amanah Pancasila, terutama Pasal 3 yaitu ‘Persatuan Indonesia’.

Kita harus mampu menolak segara bentuk radikalisme yang mampu merusak persaudaraan ini, menjaga dengan baik agar pembangunan dapat berjalan maksimal. Termasuk salah satunya adalah ISIS. Jangan berikan celah sedikit pun bagi pihak asing untuk merusak tatanan kenegaraan Indonesia yang telah lama terbagun dan seluruh rakyat Indonesia berkewajiban menjaga hal tersebut. Semoga bangsa ini tetap aman, tentram dan sejahtera. Amin. Selamat HUT RI Ke-69. Semangat Untuk Indonesia Baru. MERDEKA!!!

Oleh: Pradiva Ananda Karna adalah peneliti Pada Kajian Arus Madani untuk Kebangsaan.

(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Kamis, 25 Agustus 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Refleksi 69 Tahun Kemerdekaan RI: Menentang Segala Bentuk Radikalisme. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/08/refleksi-69-tahun-kemerdekaan-ri.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS