Laut itu istimewa. Di dalam al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala kerap kali membahas tentang laut. Ada apa dengan laut, sehingga Allah menjadikannya sebagai contoh?
Demikian Rais Aam Idharoh Aliyah Jatman (Jam’iyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya saat membuka tausiyahnya dalam peringatan “Maulid Nabi Muhammad SAW: Membangun NKRI melalui Maulid Nabi” yang diselenggarakan di Rumah Batik Nusa Indah, Jalan Jogja-Solo KM 17,5, Prambanan, Klaten, Sabtu, 25 April 2015 malam.
“Laut itu punya jati diri, pendirian, dan harga diri. Sehingga betapapun zat yang masuk ke dalam laut melalui sungai-sungai yang mengalir kepadanya, keasinan air laut tidak akan terkontaminasi. Karena laut itu bisa mengantisipasi limbah-limbah yang masuk,” terang Habib Luthfi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, ikan yang berada di dalam laut pun juga demikian. Ia tetap tawar dan tidak terkontaminasi oleh asinnya air laut. Sedangkan air laut sendiri tidak mengintervensi ikan yang ada di laut. Keduanya mempunyai jati diri yang luar biasa dan bisa hidup bersama, serta saling menghargai dalam “ideologinya” masing-masing.
“Dalam hidup berbangsa dan bernegara, laut adalah contoh konkret. Jati diri bangsa, harga diri bangsa, kehormatan bangsa tetep punya kepribadian yang luar biasa, dan kedua-duanya dapat hidup bareng dengan harmoni. Kalau kita bisa meniru kehidupan yang ada di laut, maka bangsa ini akan aman dan enggak bakal ruwet,” imbuh Habib Luthfi.
Habib Luthfi mengatakan bahwa Jati diri bangsa kita hampir hilang. Ini ditandai dengan rasa nasionalisme yang semakin menyurut dan krisis. Karenanya kita dituntut untuk tidak boleh meninggalkan atau melupakan sejarah bangsa ini. Kalau kita meninggalkan sejarah maka akan lenyaplah peradaban. Dan jika sudah tidak punya peradaban maka hilanglah jati diri kita.
Menurut Habib Luthfi, fanatik dalam hal kebangsaan itu tidak masalah. Nabi Muhammad sendiri pun menuntun kita untuk cinta bangsa dan tanah air. “Fanatik kebangsaan itu melebihi Nuklir. Nuklir itu bisa meledakan mana saja, tapi tidak akan bisa melenturkan keindonesiaan, dan tidak akan menghancurkan jati diri ideologi kebangsaan,” tegas beliau.
Sumber: NU.or.id
(NU-Online/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar