Teori Evolusi dan Rancunya Harun Yahya


Asal usul manusia dalam Sains hanya akan masuk akal jika dijelaskan dari sudut pandang evolusi. Belum ada yang lebih memuaskan rasa ingin tahu ilmuwan mengenai asal usul manusia daripada penjelasan dari sudut pandang evolusi.

Bukti-bukti ilmiah baik berupa fosil kerangka, jejak-jejak yang memfosil, hingga penemuan dalam bidang genetika molekuler hanya akan masuk akal apabila bukti-bukti tersebut dipaparkan dalam kerangka teori evolusi.

Kalaupun kelak ada teori yang lebih masuk akal dan menggeser teori evolusi maka itu tidak menjadi soal, memang demikianlah sifat Sains. Suatu teori dianut bukan karena dianggap paling benar, melainkan karena belum terbukti keliru.

Sejak Charles Darwin mencetuskan konsep seleksi alam yang menjadi dasar kuat bagi teori evolusi, muncul berbagai kontroversi. Timbul kelompok pro dan kontra. Kelompok ini terdiri dari ilmuwan, filsuf, hingga agamawan.

Hingga saat ini kontroversi mengenai teori evolusi terus berlanjut, yang paling ramai dan banyak disimak kalangan non-akademisi adalah bantahan-bantahan yang dilontarkan oleh kaum agamawan.

Kaum agamawan sepertinya “terganggu” imannya oleh penjelasan teori evolusi. Agamawan membawa semangat kreasionis, bahwa semua makhluk, terlebih manusia, sudah diciptakan oleh Tuhan demikan adanya sejak awal penciptaan.

Bertolak belakang dengan kaum evolusionis yang meyakini bahwa makhluk hidup mengalami perubahan-perubahan (evolusi) secara berangsur-angsur hingga mencapai bentuk seperti yang kita lihat saat ini. Kita manusia seperti makhluk hidup lainnya, dalam pandangan evolusionis, juga merupakan produk dari evolusi.

Tema kreasionis vs evolusionis terus berlanjut. Dalam dunia Islam misalnya muncul tokoh-tokoh penentang teori Evolusi. Mungkin yang paling populer di masyarkat Indonesia adalah Adnan Oktar atau yang lebih dikenal dengan Harun Yahya.

Penulis asal Turki ini telah menerbitkan berbagai buku berseri yang menyangkal teori evolusi. Bukunya pun telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa negara-negara yang mayoritas Muslim.

Harun Yahya merasa berkewajiban untuk meruntuhkan teori evolusi yang menurut dugaannya bertentangan dengan ajaran Islam, menjurus kepada ateisme, biang keladi dari berbagai kerusakan di muka bumi, peperangan, dan penyebab jatuhnya peradaban Utsmaniyah di Turki.

Dengan semangat kreasionis, Harun Yahya menyerang teori evolusi. Ayat-ayat Al Qur’an pun dikutip untuk memperkuat pendapatnya.

Jauh sebelum Harun Yahya mempublikasikan buku-bukunya, sudah banyak penulis yang berlatar agamawan mencoba untuk merubuhkan teori evolusi. Di Indonesia, mungkin karena statusnya sebagai Muslim, karya-karya Harun Yahya lebih digemari dibandingkan buku-buku serupa yang ditulis oleh pembela kreasionis dari kalangan Kristen.

Kemampuan Harun Yahya mengaitkan fakta-fakta yang diklaimnya dengan ayat-ayat Al Qur’an banyak memikat orang awam. Bahkan lebih jauh opini-opininya dianggap sebagai sebuah pengetahuan ilmiah yang benar-benar berhasil menelanjangi teori evolusi. Namun bagi orang-orang yang paham Sains, karya Harun Yahya tidak lebih dari sekedar pseudo-sains, sains-semu.

Kekeliruan terbesar para penulis semacam ini adalah mereka lupa bahwa yang sedang dihadapinya itu teori ilmiah. Ya, evolusi adalah sebuah teori ilmiah. Menurut Dawkins, evolusi sebagai sebuah teori telah terkonfirmasi kebenarannya (dari sudut pandang Sains tentunya).

Lebih jauh ia membandingkan evolusi Darwin dalam Biologi sama dengan gravitasi Newton dalam Fisika. Keduanya sudah terang benderang dan sangat sulit untuk dibantah.

Untuk membantah sebuah pengetahuan ilmiah diperlukan pula pengetahuan ilmiah. Namun orang seperti Harun Yahya dengan bersemangat mencampur-adukkan Sains dan penafsiran ayat-ayat kitab suci dalam menguraikan “teori” tandingannya. Hasilnya, jelas, apa yang mereka uraikan jauh dari kualifikasi pengetahuan ilmiah, bahkan tidak jarang menjadi bahan olok-olokan.

Tindakan menafsirkan ayat-ayat Al Quran untuk menyangkal atau membenarkan teori evolusi merupakan tindakan kurang bijak, bisa juga dikatakan keliru. Pertama, Sains tidak mengenal kata “kekal”. Teori evolusi yang dipercaya ilmuwan saat ini bisa saja akan gugur dimasa depan dan digantikan dengan teori baru yang lebih unggul. Atau bisa jadi teori tersebut memang benar adanya.

Kalaupun benar dan merupakan hal yang nyata, sebagaimana Rasyid Ridha pernah mengatakan, teori evolusi tidak lantas membatalkan dasar-dasar Islam. Teori ini adalah ranah Sains, bukan persoalan agama sedikitpun.

Kedua, mengingat pengetahuan ilmiah bersifat relatif, jadi tidak pantas mempertentangkannya dengan ayat-ayat Al Quran yang diyakini bersifat absolut, abadi, dan pasti benar.

Kita tentu tidak rela mengubah arti ayat-ayat Al Quran sesuai dengan perubahan atau teori ilmiah yang tidak atau belum mapan. Bagaimana jadinya jika teori evolusi benar sementara menurut penafsiran Harun Yahya teori tersebut disangkal oleh Al Quran?

Ketiga, bukanlah tujuan pokok Al Quran untuk melakukan pembenaran ataupun penyangkalan teori ilmiah. Daripada menempatkan ayat-ayat Al Quran pada sisi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, adalah lebih utama menempatkannya pada sisi psikologi sosial.

(Islam-Lib/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Kamis, 11 Agustus 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Teori Evolusi dan Rancunya Harun Yahya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : https://abnsnews.blogspot.com/2016/08/teori-evolusi-dan-rancunya-harun-yahya.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS