Bangsa Arab memiliki kecenderungan kuat untuk memperlakukan orang lain, terutama dari negeri-negeri nonArab, sebagai budak. Tak heran, setiap tahun selalu ada Tenaga Kerja Indonesia(TKI) yang menjadi korban kekerasan, perkosaan, dan pelecehan seksual di negeri kaya minyak itu.
Demikian pendapat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), Said Aqil Siradj, saat menyatakan keperihatinan atas tragedi kekerasan yang menimpa sejumlah TKI di luar negeri, khususnya Arab Saudi, bersama 12 ormas Islam (7/12/2010) di Gedung PB NU, Jalan Kramat Raya Jakarta.
Ke-12 ormas itu adalah NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad Al Islamiyah, Al Washiliyah, Al Ittihadiyah, Perti, dan Persis. Selain itu, ada Syarikat Islam Indonesia (SII), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), PP Rabithah ALawiyin, DPP Parmusi, dan PP Mathlaul Anwar.
Sebagaimana diberitakan oleh Jawa Pos, Kang Aqil, demikian sebutan akrab Said Aqil Siradj, TKI di Arab Saudi berada di antara dua keburukan, tidak memperoleh apresiasi dan perlindungan dari negaranya dan budaya perbudakan yang melekat dalam perilaku orang Arab.
Aqil mengaku paham budaya Arab karena pernah tinggal di negeri kaya minyak itu selama 14 tahun saat mengecap pendidikan. Menurut dia, Indonesia bukanlah pengirim TKI satu-satunya ke Arab Saudi. Hanya saja, karena negara lain pengirim tenaga kerja memberikan perlindungan kepada warganya sehingga jarang diperlakukan tidak senonoh oleh para majikannya seperti yang dialami TKI.
Ormas Islam mendesak pemerintah agar menghentikan pengiriman TKI ke luar negeri, sebelum ada penandatangan kesepakatan atau perjanjian bilateral yang menjamin perlindungan kepada para pahlawan pendulang devisa tersebut.
(Buruh-Migran/RMOL/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar