Al-Kulaini, Kepercayaan Islam


Bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub Kulaini Razi, ia terkenal dengan nama Al-Kulaini, Syekh Al-Kulaini, Tsiqat Al-Islam, penyusun buku yang sangat bernilai Al-Kafi, seorang sarjana, faqih, ahli hadis yang paling termasyhur di kalangan Syiah pada paruh pertama dari abad ke-4 Hijriah. Al-Kulaini berdarah Iran, dari desa Kulain, 38 kilometer kota Rey dan dekat Hasan Abad, Qom. Ia lahir pada masa Imam Hasan Al-Askari a.s. di desa tersebut.

Jenjang pendidikan dasar agama ditempuhnya di bawah asuhan sang ayah dan pamannya sendiri, Ali ibn Muhammad ibn Ibrahim. Dan dalam masa yang relatif singkat, Al-Kulaini sudah menguasai sumber-sumber ilmu Rijal dan ilmu Hadis. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di kota Rey.

Pada masa itu, walaupun kebanyakan masyarakat kota itu bermadzhab Syafi’iyah dan Hanafiyah, tetapi khususnya desa-desa Rey menjadi pusat penduduk Syiah dan pecinta Ahlul Bait Nabi SAW, sedangkan kota Rey sendiri didomisili oleh kebanyakan warga Ahli Sunnah. Namun, karena akhlak warga Syiah, kota Rey senantiasa didominasi oleh mereka. Oleh karena itu, Rey kemudian terkenal sebagai kota penduduk Syiah.

Mazhab Isma’iliyah juga, dengan maksud menguasai Iran, berada di pusat tersebut. Dari sana mereka berupaya menyebarkan pemikiran dan ajaran mereka. Oleh sebab itu, kota Rey juga merupakan pusat pertukaran pemikiran antara pengikut mazhab Ismailiyah, Hanafiyah, Syafi’iyah dan Syiah Imamiyah.

Syekh Al-Kulaini di masa ini menyelesaikan pendidikannya. Di samping menguasai akidah-akidah madzhab lain, ia justru menghadapi upaya-upaya beberapa mazhab-mazhab Syiah yang ingin mengeluarkannya dari jalan yang benar. Dalam pada itu, ia menderita sakit dan alih-alih berobat, ia memutuskan untuk mengabiskan waktunya dalam menuliskan hadis.

Di bawah bimbingan AbulHasan Muhammad bin Asadi Al-Kufi, penduduk kota Rey telah mempelajari hadis. Pada masa itu pula kaum Qarmatian aktif dengan menganut ajaran eklektis dari ajaran Zoroaster, Manichean dan Islam, dan tempur dengan aqidah-aqidah dan kesucian Muslim masing-masing. Al-Kulaini tampil dan menghadapi mereka dengan menulis buku “Al-Rad ‘ala Al-Qaramithah”.

Dalam rangka melengkapi ilmu dan tujuannya, Al-Kulaini lantas pergi menuju Qom. Di sana, ia hadir di setiap masjid dan husainiyah yang dipenuhi oleh para perawi hadis. Ia berkenalan dengan banyak para ahli hadis yang menukil hadis dari lisan suci Imam Hasan Al-Askari atau Imam Ali Al-Hadi a.s. Di antara mereka adalah seseorang yang namanya disebutkan bersama Al-Kulaini, yaitu Ali bin Ibrahim Qumi, seorang ahli hadis yang meriwayatkan 7140 hadis, dan buku tafsirnya menjadi pilar pengembangan ilmu tafsir Syiah. Al-Kulaini senantiasa bersamanya dan tidak pernah berpisah dengannya.


Dari Iran Menuju Kufah

Untuk kesekian kalinya, Al-Kulaini bertolak dari Qom menuju Kufah untuk menimba ilmu lebih mendalam, karena Kufah di masa itu merupakan salah satu pusat besar ilmu pengetahuan dan menjadi tujuan para penuntut ilmu dari berbagai mazhab. Bin Uqdah adalah salah satu dari para penunut ilmu dan hafidz besar hadis. Sekalipun bermazhab Zaidiyah Jarudiyah, ia dinekal dengan kezuhudan dan kesalehan sehingga menempatkannya sebagai perawi muwatstsaq dan banyak tokoh dari berbagai madzhab meriwayatkan hadis darinya. Al-Kulaini pun belajar banyak dari Ibn Uqdah.


Gelar Tsiqat Al-Islam

Dari Kufah, Al-Kulaini berangkat ke Baghdad. Di sana ia begitu cepat meraih popularitas sebagai tokoh Syiah yang mulia. Oleh karena itu, di masa yang pendek, ia menjadi rujukan masyarakat Syiah dan Ahlu Sunnah dalam masalah-masalah agama. Karena kepercayaan dan keyakinan kedua mazhab besar Islam itulah ia lantas dipanggil dengan gelar Tsiqat Al-Islam ‘Kepercayaan Islam’. Al-Kulaini merupakan sarjana Muslim pertama yang menyandang gelar kebesaran ini dan memang ia layak menyandangnya.


Semasa Al-Kulaini

Syaikh hidup di masa Imam Hasan Al-Askari, Imam Syiah yang ke-11. Ia juga semasa dengan empat duta besar dan wakil khusus Imam Mahdi a.s. Namun, karena keterbatasan hubungan sosial mereka dengan masyarakat Syiah, maka tanggung jawab kultural dan ilmiah Syiah ditanggung oleh Al-Kulaini dalam upaya mengajarkan mazhab Syiah Imamiyah dan menyebarluaskan pendidikan Ahlul Bait a.s.


Kitab Hadis Al-Kafi

Selama berada di Baghdad, Al-Kulaini telah menanggung tugas perjuangan bertahun-tahun dalam menghimpun dan menuliskan hadis-hadis Nabi SAW dan para imam suci Ahlul Bait a.s. Dengan kegaiban Imam Mahdi a.s. dan keterbatasan kaum Syiah dalam menjangkau wakil-wakil khusus beliau, kumpulan hadis-hadis Rasulullah dan para imam maksum Ahlul Bait a.s. yang dilakukan Al-Kulaini menjadi sangat berharga. Buku ini berjudul Al-Kafi yang ditulisnya dalam lebih dari 20 tahun dengan upaya yang tak kenal lelah.

Kitab Al-Kafi merupakan salah satu dari buku-buku yang paling penting dan paling berharga dari koleksi Empat Buku (Kutub Arba’ah) di kalangan mazhab Syiah. Buku ini menghimpun 2 jilid “Ushul Al-Kafi”, 5 jilid “Furu’ Al-Kafi”, dan 1 jilid “Rawdhah Al-Kafi”. Seluruhnya memuat 16199 hadis dari Nabi SAW dan Ahlul Bait beliau.


Wafat

Muhaddis besar dan cahaya dunia masa itu di kalangan para ulama Syiah dan Ahlu Sunnah di Baghdad meninggal dunia pada tahun 328 H, pada usia 70, bertepatan dengan Kegaiban Besar Imam Mahdi a.s. Abu Qirath Muhammad bin Ja’far Hasani, salah satu sesepuh Baghdad, memimpin salat jenazahnya.


Al-Kulaini dari Sudut Pandang Ulama Syiah

Guru Besar mazhab Syiah, Syaikh Thusi, menulis dalam kitab Al-Rijal, “Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini, seorang ilmuwan berkedudukan tinggi dan perawi yang menguasai hadis dan riwayat. Ia mempunyai banyak karya ilmiah yang disebutkan dalam buku Al-Kafi. Seorang ulama besar tokoh bernama Al-Najasyi, yang kebanyakan orang mengenalnya sebagai ulama terbesar Syiah di bidang ilmu Rijal, mengatakan bahwa Muhammad bin Ya’qub Kulaini, pada masanya, adalah pemuka ulama Syiah, tokoh cemerlang mereka di Rey dan perawi yang paling terpercaya dalam perhadisan dan periwayatan. Kitab besarnya bernama (Kafi) disusunnya dalam 20 tahun lamanya”

Ibn Syahr Asyub Al-Mazandarani dan Allamah Al-Hilli juga menyanjung Al-Kulaini dengan cara dan nada sanjungan Syeikh Thusi dan Al-Najasyi. Sayyid bin Thawus mengatakan, “Keterpercayaan dan amanah Al-Kulaini dalam menukil hadis telah menjadi konsensus umum para ulama kami.” Mulla Khalil Al-Qazwini juga menulis, “Kawan dan lawan telah mengakui kepakarannya.” Allamah Al-Majlisi (w. 1110 H) mengakatan, “Al-Kulaini diakui oleh banyak kalangan dan disanjung oleh Syiah dan Ahli Sunnah.”


Al-Kulaini dalam Pandangan Ulama Ahli Sunnah

Ibn Atsir Al-Jazuri menulis, “Abu Ja’far Muhammad ibn Ya’qub Al-Razi adalah salah satu pemuka mazhab Ahlul Bait a.s., seorang sarjana besar dan pakar yang terkemuka.”

Fairuz Abadi, seorang pakar besar bahasa, dalam Al-Qamush menyinggung Al-Kulaini sebagai swalah satu ahli fikih Syiah. Ibn Hajar Atsqalani mengatakan, “Al-Kulaini tinggal di Baghdad. Ia termasuk ahli hukum Islam di kalangan Syiah. Ia adalah orang yang menulis berbagai karya yang sesuai dengan mazhab mereka.”

Selain ini, masih banyak ulama Ahli Sunnah yang menyebut nama Al-Kulaini dengan penuh hormat. Dalam pandangan mereka, ia adalah seorang ulama besar, sarjana terkemuka dan salah satu pemimpin terdahulu Syiah.


Kuburan Al-Kulaini

Makamnya terletak di Bab Al-Kufah di Baghdad, sekarang di sisi timur jembatan tua Sungai Tigris. Makamnya hingga kini masih menjadi salah satu tujuan ziarah kaum Muslimin.


Guru

Dalam buku-buku ilmu Rijal dan biografi, lebih dari empat puluh nama ulama dan perawi yang menjadi guru hadis Al-Kulaini. Namun, guru-gurunya yang paling terkenal ialah sebagai berikut:
Ahmad bin Muhammad bin Isa
Abdullah Ja’far Humairi
Ahmad bin Idris Qumi
Hasan bin Fadhl bin Yazid Yamani
Ahmad bin Muhammad bin Sa’id Hamadani
Ahmad bin Mehran
Ishaq bin Ya’qub
Hasan bin Khafif
Ali bin Ibrahim Qumi
Muhammad bin Hasan Tha’i
Ali bin Ibrahim bin Aban Razi, pamannya sendiri yang terkenal dengan nama Alan Razi.


Murid

Beberapa nama terkenal dari murid-murid Al-Kulaini adalah sebagai berikut:
Ahmad bin Ibrahim terkenal dengan ibn Abi Rafi’ Shamiry
Ahmad bin Katib Kufi
Ja’far bin Muhammad bin Qauliah Qumi, penulis kitab Kamil Al-Ziyarat
Ali bin Ahmad bin Musa Daqaq
Muhammad bin Ibrahim Naqmani terkenal dengan Ibn Abi Zainab, penulis kitab Ghayb Nu’mani, salah satu murid khusus Al-Kulaini
Muhammad bin Ahmad Shifwani
Abu Ghalib Muhammad bin Ahmad Razi
Muhammad bin Muhammad bin A’sham Kulayni
Harun bin Musa Talakbari Syaibani


Karya Ilmiah

Selain buku berharga Al-Kafi, berikut ini daftar judul buku-buku Al-Kulaini:
1. Kitab Rijal
2. Kitab Al-Rad ‘ala Al-Qaramithah
3. Risa’il A’immah alaihim al-salam
4. Ta’bir Ru’ya-e Khab
5. Majmu’eh Sye’r

Sumber: Ali Dawwani, Mafakhir-e Islam, jld. 3.

(Study-Syiah/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Sabtu, 10 September 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Al-Kulaini, Kepercayaan Islam. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : https://abnsnews.blogspot.com/2016/09/al-kulaini-kepercayaan-islam.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS