Anak-anak kecil muslim Rohingya di kamp-kamp pengungsi Kutupalong di kota Ukhiya Bangladesh, ikut berpartisiapsi di sejumlah kelas-kelas Alquran yang diselenggarakan atas prakarsa warga kamp.
Menurut laporan IQNA; kota Ukhiya di Bangladesh merupakan tempat tinggal umat muslim Rohingya, dan mereka terpaksa kabur dari negaranya dikarenakan sejumlah kekerasan dan penindasan pemerintah, para militer dan eksttremis Buddhis Myanmar.
Kamp para pengungsi Kutupalong termasuk salah satu dari dua kamp resmi kawasan ini yang dikelola oleh pemerintah Bangladesh. Kamp lainnya adalah Nayapara. Kurang lebih 30 ribu pengungsi Rohingya bernaung di dua kamp tersebut.
Mereka termasuk kloter pertama yang kabur dari gelombang pertama kekerasan pasukan Myanmar pada tahun 1992.
Bangladesh dimana sebuah negara yang padat dengan penduduk, dari tahun 1992 dan seterusnya telah menghentikan pencatatan para pengungsi Rohingya dan dengan mengambil posisi yang ketat berharap akan mencegah kedatangan mereka ke Bangladesh.
Dari tahun 2012 sampai sekarang akibat kesinambungan sejumlah kekerasan, ratusan ribu Rohingya lainnya kabur ke Bangladesh dan proses ini masih terus berlanjut, sebagian dari mereka tinggal di kamp-kamp ilegal, sebagian yang lain pergi ke hutan-hutan Bangladesh dan beberapa lainnya juga ditangkap dan ditahan oleh pasukan Bangladesh.
Sementara itu umat muslim rohingya yang tinggal di sejumlah kamp pemerintah Bangladesh dikarenakan kondisi relatif lebih baik, berupaya melanjutkan tradisi dan ritual-ritual religinya seperti sebelumnya.
Kelas-kelas pendidikan Arab dan Alquran kepada sejumlah anak-anak diselenggarakan di ruang terbuka dan terkadang di kamar-kamar yang sangat sempit.
Mereka, demikian juga membangun tempat ibadah untuk dirinya dengan fasilitas yang sangat minim dan dengan tanah liat dan lumur dan menjalankan ritual-ritual ibadahnya di situ.
Pengungsi Rohingya yang tercatat secara resmi di Bangladesh berjumlah 30 ribu orang, namun para pejabat Bangladesh memprediksikan bahwa lebih dari 500 ribu Rohingya hadir di negara ini, yang tinggal dalam kondisi kritis.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar