Salah satu kalimat dalam khutbah Ghadir Khum yang menimbulkan perselisihan antara Syi’ah dan Sunni ialah kata “maula”. Syi’ah mengartikan kata ini dengan wali, sementara Ahlu Sunnah mengartikan kata ini dengan makna cinta atau penolong.
Shabestan News Agency, terkait dengan peristiwa Ghadir Khum, Hujjatul Islam Akrami dalam sebuah kajiannya menjelaskan bahwa berkaitan dengan sanad hadits Ghadir banyak pembahasan yang menjelaskannya, sehingga kiranya tidak perlu lagi mengulang masalah ini. Karena antara dua mazhab besar baik Syi’ah dan Sunni meyakni bahwa hadits ini berasal dari Rasul saww, perbedaannya hanya ada pada makna sebagian kalimat dalam hadits tersebut.
Ia menambahkan, khutbah ini sangat panjang, dimana dalam kitab-kitab rujukan Syi’ah dijelaskan secara rinci, adapun dalam rujukan Ahlu Sunnah hadits ini tidak dijelaskan secara komplit karena hakim-hakim pada saat itu menentang penyebaran hadits ini agar jangan sampai pada generasi selanjutnya, oleh karena itu dalam rujukan Ahlu Sunnah hadits ini tercerai-berai sehingga harus dinukil dari berbagai jalan.
Lebih lanjut Hujjatul Islam Akrami menuturkan, salah satu kalimat dalam khutbah Ghadir Khum yang menimbulkan perselisihan antara Syi’ah dan Sunni ialah kata “maula”. Syi’ah mengartikan kata ini dengan wali, sementara Ahlu Sunnah mengartikan kata ini dengan makna cinta atau penolong.
Sebagian riwayat mentakan bahwa jika tidak ada Imam maka bumi ini akan binasa meskipun mereka tidak mengenalnya, Imamah merupakan bagian dari ushuluddin kita sehingga taklid dalam masalah ini tidak diperkenankan, oleh karena itu jika manusia tidak berada dalam jalan wilayat maka pasti ia akan tersesat, demikian jelasnya.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar