Antara Ahok dan Kearifan Lokal


Sudah beberapa hari berlalu dari rekaman video yang hampir mirip seperti kampanye, dengan manufer baru yaitu “politik ayat”, setelah sekian lama masyarakat Indonesia dihantui oleh stigma “Politik Uang”. Ternyata memang uang bukan segalanya. Terimakasih pak Ahok, berkat anda “Ayat” lebih penting ketimbang “Uang”. Di portal berita tetangga ramai diberitakan, seorang Ketua Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah Indonesia I, Nusron Wahid—Turut angkat suara menyikapi konflik seputar statement Ahok yang baru-baru ini menuai kontroversi. Berikut tanggapannya:

“Jadi, yang dituju atau dimaksud Ahok adalah orang yang membohongi. Bukan berarti ayat Al Maidah yang bohong,”, Menanggapi pembelaan ini, tampak jelas bahwa ada satu pihak atau beberapa pihak yang menggunakan ayat untuk kepentingan politiknya, sehingga masyarakat harus waspada. Jangan sampai kita menjadi korban provokasi politik berbasis ayat suci.

“Justru Ahok menempatkan ayat suci secara sakral dan adili. Bukan alat agitasi dan kampanye yang mendeskreditkan,”. Pak Nusron cukup bijak, memisahkan antara kiesakralan ayat dengan kampanye berbasis ayat. Beda tipis!.

“Cara-cara seperti ini sunggih picik, tidak fair, dan tidak beradab. Cara-cara ini sangat tidak sesuai akhlakul karimah,” ucap mantan Ketua Gerakan Pemuda Ansor ini. Di sini sudah mulai was-was. Tapi masih belum tampak tujuannya.

“Tapi ini sudah lebih dari seminggu berlalu, baru dimunculkan dengan dipotong secara tidak utuh. Jadi sungguh mengada-ada, dan ada unsur kesengajaan dengan memotong rekaman untuk dijadikan bahan menyerang Ahok,” ujarnya. Jika boleh menanggapi, pesan saya untuk pak Nusron aja ya, “Pak, Inget Almamater dong. Terus juga jangan repot-repot bela Ahok, dia ga bakal bilang “Terimakasih” lho.. hehe”

Yang lebih hebatnya lagi, di sini diberitakan bahwa Nusron siap mendampingi Ahok apabila masih ada yang mempersoalkan masalah ini atau menggugat Ahok. Saya kalau boleh teriak, saya mau tereak gini “HENTIKAN DRAMA INI!!!”.

Kalau Ahok tak mempermasalahkan dirinya dilaporkan ke Bawaslu DKI Jakarta dan bersedia datang jika sewaktu-waktu dipanggil oleh Bawaslu DKI Jakarta. Itu tidak bisa dijadikan justifikasi terhadap sikap Ahok pada kejadian yang diclaim mendiskreditkan ayat suci tempo hari. Itu kewajaran dan tak perlu direspon serius. Adapun sebagai aktifis parpol, seharusnya tetap meninjau segala hal dari sudut pandang sosial dan politik saja. Jangan mengacu pada tatanan Teology apalagi menjelaskan pembelaan dengan theori-theori semacam itu.

Pak Ahok juga harus tau satu hal bahwa ada kebenaran yang harus diucap dan ada kebenaran yang harus dijaga. Faktanya, terdapat dua kubu ekstrim yang kontras . Yang pertama adalah kubu pembela; basisnya rasionalitas tanpa pertimbangan sosial dan budaya. Kubu kedua adalah kelompok penghujat berbasis teks kitab suci maupun dogma agama.

Ada nilai yang lebih nyata dalam sejarah bangsa Indonesia ketimbang pragmatisme politik, logika maupun hukum agama, yaitu nilai-nilai luhur yang sejak lama menjadi bagian negri ini. Etika feodal mungkin sebutannya, tapi apapun itu, keluhuran-keluhuran yang tercermin menjadi prilaku sopan santun memang diperlukan, dan secara aksioma kita tak mampu memungkiri bahwa “Akhlak Buruk” itu buruk.

“Kata Kasar” itu buruk. Jangan berdebat soal ini. ini jelas. Pak ahok terlalu berjarak dengan prinsip etis bangsa ini, meskipun itu tak bisa dijadikan alat hujat yang berujung kepada fitnah. Respon yang menegasi keburukan Ahok dengan cara-cara yang biadab hanya mengafirmasi bahwa kita sama buruknya dengan Ahok atau mungkin kita lebih buruk dari Ahok.

Pesan saya untuk Pak Ahok:

“Permasalahan ini menjadi bengkak, bukan karena urusan agama maupun logika, melainkan kepentingan politik yang dibenturkan dengan sebuah peristiwa kontroversi untuk sebuah tujuan lain. Yang harus Pak Ahok pahami adalah etiika dan penempatan wilayah takliif, sadar tempat berpijak, harus memiliki kearifan lokal. Bapak Ahok salah, karena sudah terpancing untuk mengomentari sesuatu yang bukan ranahmu pak.

Tapi Bapak harus bahagia, karena sesalah-salahnya bapak, partai tetangga pada nengok semua tuh dan bela-belain sampe mau dampingin bapak kalau bapak sampe digugat ke ranah hukum. Saya berpesan apabila kasus ini naik ke persidangan, sebisa mungkin jangan lebih lama dari kasusnya Jessica ya pak. Terimakasih”

(Perang-Dingin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Minggu, 06 November 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Antara Ahok dan Kearifan Lokal. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/11/antara-ahok-dan-kearifan-lokal.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS