Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin foto bersama Civitas Akademika Universitas Tripoli, Lebanon. (Foto: kemenag.go.id)
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menandatangani kerjasama bidang keagamaan dan pengembangan pendidikan agama dengan Grand Mufti Dar el-Fatwa Lebanon, di Beirut.
Kedatangan Lukman merupakan kunjungan balasan yang dilakukan pimpinan Dar el-Fatwa sekitar empat bulan yang lalu di Jakarta, dipimpin Sheikh Kurdi Amin. Menurut Menag, Lebanon dan Indonesia memiliki hubungan yang sangat dekat, meski jarak dua negara sangat jauh.
“Hal itu misalnya terjadi karena dua negara memiliki tradisi yang sudah terjalin sejak lama melalui dunia pesantren. Banyak kitab keislaman yang dikenal kitab kuning di pesantren adalah cetakan Beirut, Lebanon,” katanya, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, Jumat 22 Juli 2016.
Dalam pertemuan tersebut juga dimanfaatkan Lukman untuk mengenalkan perkembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Indonesia. Menurutnya, peran PTKI di Indonesia sangat penting. Alumni PTKI saat ini mencapai 145.000 dan berkiprah di berbagai bidang, baik di pemerintahan maupun swasta.
“Saat ini, jumlah mahasiwa PTKI mencapai 685.000 dan mereka merupakan generasi bangsa yang potensial dalam meningkatkan daya saing bangsa dan pelopor kader Islam rahmatan lil alamin,” ujarnya.
“Indonesia sekarang memiliki 703 perguruan tinggi, negeri dan swasta, yang merupakan wadah membina dan membangun tradisi Islam wasatiyah dan budaya toleran,” imbuhnya.
Lukman menambahkan, dalam kesempatan itu, Kementerian Agama juga mengenalkan program 5000 doktor. Kementerian Agama sendiri telah mencanangkan program pengiriman dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) untuk melanjutkan S3 di dalam dan luar negeri dengan beasiswa penuh dari Pemerintah.
“Kami ingin mendapatkan informasi tentang perguruan tinggi terbaik di Lebanon yang menyelenggarakan program doktoral,” ujarnya.
Lukman mengatakan pengembangan kerjasama bidang agama serta pendidikan agama antar kedua negara sangat penting. Selain mempererat hubungan yang sudah sangat dekat,dia berharap kerjasama kedua negara juga dalam rangka menjaga kepentingan nasional masing-masing.
Adapun sejumlah poin yang diatur dalam MoU ini yaitu, pengembangan kurikulum pendidikan Islam toleran dan moderat, pertukaran beasiswa pelajar dan mahasiswa, pertukaran tenaga pendidik (guru dan dosen), pengembangan pemikiran dan kehidupan keagamaan (pertukaran kunjungan ulama dan dai), serta pengembangan pengelolaan zakat-wakaf, dan penyebran faham agama yang toleran. Grand Mufti Lebanon menyambut baik kunjungan Menag.
Abdel Latif Derian bahkan merasa bangga mendapat kunjungan dari masyarakat Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia.
“Perlu dikembangkan terus kejasama kedua negara di berbagai bidang, terutama sosial, budaya dan pendidikan. Kerjasama ini semakin penting, terutama di saat negara-negara Islam di Timur Tengah menghadapi masa-masa sulit dengan munculnya paham dan praktik keagamaan yang ektstrim,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Majelis Amanah Universitas Tripoli, Sheikh Rashid Mikati menyambut baik kunjungan Menag dan rombongan ke Universitas Tripoli. Sheikh Rasyid juga menegaskan komitmen dan kesediaaanya untuk menindaklanjuti kerjasama pendidikan keagamaan dengan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia.
“Kami juga berkomitmen untuk menyiapkan SDM anak-anak Islam dunia yang berdaya saing di level internsional dengan paham Islam yang toleran dan progresif,” tuturnya.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar