Konferensi Asia-Afrika (KAA) digelar pertama kali tahun 1955 digagas Presiden RI pertama, Sukarno. Lima puluh tahun kemudian, KAA digelar kembali di Jakarta dan Bandung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tahun ini di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi), peringatan 60 tahun KAA kembali digelar. Sukarno, SBY dan Jokowi menyampaikan pidato saat membuka KAA.
Pidato ketiga kepala negara mendapat apresiasi berbagai kalangan. Presiden pertama RI Soekarno berpidato selama 40 menit, tak kurang dari sepuluh kali tepuk tangan panjang memotong pidato proklamator Republik Indonesia itu.
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapatkan aplaus meriah saat berpidato d forum parlemen Konferensi Asia Afrika. Saat itu SBY berbicara dalam kapasitasnya sebagai Presiden Global Green Growth Institute (GGGI).
Sementara pidato Presiden Jokowi dinilai beberapa kalangan sangat berani karena mengkritisi beberapa lembaga dunia. Pidatonya dinilai sangat bagus oleh sejumlah kalangan. Di pidatonya, Jokowi banyak ‘menyentil’ sikap negara-negara maju dan organisasi perkumpulan negara di dunia.
Berikut perbandingan pidato mereka.
1. Bung Karno
Presiden Sukarno atau Bung Karno berpidato dalam bahasa Inggris. Judul pidato Bung Karno adalah “Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru” yang disuarakan pada 18 April 1955.
Pidato Bung Karno dalam bahasa Inggris itu cukup panjang, 40 menit dan diselingi tepuk tangan. Pidato Bung Karno yang disampaikan secara berapi-api itu mengajak untuk melawan kolonialisme, menjadi negara merdeka seperti kutipannya:
Dan pada hari ini di dalam gedung ini berkumpullah pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa yang tadi itu! Mereka bukan lagi menjadi mangsa kolonialisme. Mereka bukan lagi menjadi alat perkakas orang lain dan bukan lagi alat permainan kekuasaan-kekuasaan yang tak dapat mereka pengaruhinya. Pada hari ini Tuan-tuan menjadi wakil bangsa-bangsa yang merdeka, bangsa-bangsa yang mempunyai tokoh dan martabat lain di dunia ini.
Orang sering mengatakan kepada kita, bahwa “kolonialisme sudah mati”. Janganlah kita mau tertipu atau terninabobokan olehnya! Saya berkata kepada Tuan-tuan, kolonialisme belumlah mati. Bagaimana kita dapat mengatakan ia telah mati selama daerah-daerah yang luas di Asia dan Afrika belum lagi merdeka!
Pidato Bung Karno juga mengajak negara yang dulunya dianggap negara dunia ketiga itu untuk bersatu, apapun latar belakangnya:
Ya, ada sifat berlainan di antara kita. Siapa yang membantahnya! Negeri-negeri kecil dan besar mengirimkan wakilnya kemari. Negeri-negeri mana rakyatnya memeluk hampir semua agama yang ada di kolong langit,– agama Buddha, Islam, Kristen, Konghucu, Hindu, Jainisme, agama Sikh, Zoroaster, Shinto, dan lain-lain. Hampir segala paham politik kita jumpai di sini. Demokrasi Monarchi, Theokrasi, dengan berbagai-bagai bentuk yang berbeda-beda. Dan praktis semua ajaran ekonomi ada wakilnya, di gedung ini, — Marhaenisme, Sosialisme, Kapitalisme, Komunisme, dalam segala variasi dan kombinasi yang aneka-warna.
Tetapi apa salahnya ada perbedaan-perbedaan asal ada persatuan cita-cita? Dalam Konferensi ini kita tak hcndak saling menentang, ini adalah Konferensi persaudaraan.
Ini bukan Konferensi Islam, bukan Konferensi Kristen, pun bukan Konferensi agama Buddha. Ini bukan pertemuan bangsa Melayu, atau bangsa Arab, atau pun bangsa-bangsa Indo-Arya. Konferensi ini pun bukan perkumpulan yang menyendiri, bukan suatu blok yang hendak menentang blok yang lain. Konferensi ini adalah suatu badan yang berpendirian luas dan toleran, yang berusaha memberi kesan kepada Dunia bahwa semua orang dan semua negeri berhak mempunyai tempat sendiri di kolong langit ini. Memberi kesan kepada dunia, bahwa adalah mungkin orang hidup bersama, saling bertemu, bicara antara yang satu dengan yang lain, dengan tidak kebilangan sifat kepribadiannya; namun untuk memberi sumbangan ke arah saling mengerti yang luas dalam soal-soal yang merupakan kepentingan bersama; serta pula mengembangkan kesadaran yang sejati mengenai sifat saling bergantung antara manusia-manusia dan bangsa-bangsa untuk keselamatannya dan agar dapat mempertahankan hidupnya di dunia ini.
2. SBY
Pidato SBY dalam peringatan emas KAA lalu disampaikan dalam bahasa Inggris tanpa teks yang disampaikan di JCC, Senayan, Jakarta pada 22 April 2005.
Dalam pidatonya SBY menyampaikan tentang:
Palestina
Saya gembira karena melalui KAA ini Asia dan Afrika bersatu dalam mendukung saudara-saudara di Palestina, dalam perjuangan mereka untuk meraih kemerdekaan, negara berdaulat, hingga mereka bisa mendapatkan kebebasan, keadilan dan perdamaian
Ajak Ciptakan Good Governance
Jika dulu kita berjuang untuk kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika, saat ini kita berjuang untuk kemanusiaan yang disebut dengan keinginan menciptakan good governance. Dengan good governance seperi inilah Asia dan Afrika bisa benar-benar terbebas dan menunjukkan potensi sebenarnya.
Pada penutupan KAA 24 April 2005, SBY juga berpidato yang intinya mengajak membentuk kemitraan dan kerjasama untuk menghadapi tantangan pembangunan:
Ini adalah semangat yang sama yang menginsiprasi kita kemarin, di Jakarta untuk mengembangkan Kemitraan Strategis Asia-Afrika Baru. Melalui kemitraan ini, kita akan berkumpul bersama dengan sumber daya yang luas dengan energi kreatif yang luar biasa hebat dari Asia dan Afrika, untuk menyelesaikan beberapa masalah pembangunan yang sering kita hadapi.
Melalui kemitraan ini, kita akan berkontribusi signifikan untuk menaklukkan kemiskinan, sebagai siksaan konstan atas kondisi manusia. Dan melalui kemitraan, kita akan memajukan perdamaian, kemakmuran yang seimbang, dan keadilan sosial
3. Jokowi
Presiden Jokowi berpidato dalam ajang puncak KAA di JCC, Senayan, Selasa 22 April 2015 ini.
Jokowi berpidato cukup singkat. Hanya 8 alinea panjang. Berikut inti pidato Jokowi:
Kritik PBB atas Palestina
Makin kentara ketika PBB tidak berdaya, mandat PBB telah menafikan keberadaan badan dunia. Bangsa-bangsa di Asia Afrika mendesak reformasi PBB agar berfungsi optimal sebagai badan dunia yang mengutakaman keadilan bagi kita semua bagi semua bangsa. Bagi saya ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada. Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka.
Kritik Lembaga Keuangan Dunia
Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang. Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan global.
Saat ini butuh pimpinan global yang kolektif dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit sebagai negara berpenduduk muslim di muka bumi dan Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga di dunia siap memainkan peran global. Indonesia siap bekerjasama dengan berbagai pihak mewujudkan cita-cita itu
Kerjasama untuk Pembangunan
Kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita pertama kesejahteraan, kita harus mempererat kerjasama menghapuskan kemiskinan, mengembangankan kesehatan dan memperluas lapangan kerja. Kedua, solidaritas, kita harus tumbuh dan maju bersama dengan membangun kerjasama ekonomi, membantu menghubungkan konektivitas. Indonesia akan bekerja menjadi negara maritim.
ISIS
Ketiga, stabilitas internal dan eksternal kepada hak-hak asasi manusia. Kita harus tanya apa yang salah dengan kita. Kita harus bekerjasa sama atasi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus nyatakan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita. OKI dan Indonesia memprakarsai pertemuan informal organisasi kerjasama Islam. Kita juga harus bekerja keras menciptakan.
(Detikom/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar