Misr Times melakukan perbandingan antara ritual Arba’in Husaini dan ibadah haji Saudi dengan memuat makalah yang ditulis oleh Aminah Fuad.
Dengan menyaksikan duyunan para peziarah di Karbala dan bencana Mina serta keruntuhan trane di Makkah yang telah menelan ribuan korban muslim, rakyat Mesir bertanya-tanya mengapa tidak ada trane yang runtuh menimpa peziarah Karbala? Mengapa bencana yang timbul lantaran kerumunan peziarah tidak terjadi di Karbala? Mengapa penguasa Saudi bersikeras bahwa itu semua bencana itu terjadi secara lumrah, padahal mereka sudah terbukti tidak berhasil memanajemen seluruh peninggalan Islam?
Ketika membandingkan dua ritual keagamaan ini, kita akan menemukan beberapa fakta berikut ini:
a. Al Saud merasa murka apabila lebih dari dua juta jamaah haji memasuki tanah mereka. Akan tetapi, Iraq sangat sedih apabila jumlah peziarah kurang dari dua puluh juta.
b. Untuk mengurusi dua juta jamaah haji, Al Saud membentuk kementerian khusus. Akan tetapi, mawkib terkecil Iraq bisa mengurusi delapan juta peziarah hanya dengan hidangan teh.
c. Al Saud menerima dolar dari setiap pelayanan yang diberikan. Akan tetapi, seluruh pelayanan Iraq bersifat gratis.
d. Bagi Al Saud, musim haji adalah musim panen ekonomi. Akan tetapi, Iraq menilai musim ziarah sebagai musim derma dan pelayanan gratis.
e. Di Arab Saudi, jumlah dua juta jamaah haji bisa menyebabkan kemacetan di seluruh negara. Akan tetapi, di Iraq angka dua juta adalah suatu hal yang lumrah di jalan terkecil negara ini.
f. Di Arab Saudi, para pangeran Kerajaan dan petinggi negara melakukan tawaf dengan menggunakan mobil limousine. Sedangkan di Iraq, seluruh petinggi negara dan rakyat berduyun-duyun menuju Imam Husain as dengan kaki telanjang.
(Misr-Times/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar