Janganlah. Dia sudah menyesal dan meminta maaf. Al-Musãmih kariim…,” cuit Gus Mus lewat akun @gusmusgusmu, Jumat (25/11/2016) pagi sebagai respons kepada netizen yang me-mention dirinya dan mendorong agar Pandu Wijaya dipecat dari perusahaan pelat merah itu.
Sebelumnya, Komisaris Utama PT Adhi Karya Fadjroel Rachman juga telah meminta maaf kepada Kiai sahaja asal Rembang itu atas nama pribadi dan perusahaan lewat akun @fadjroeL. Dia mengakui ucapan karyawannya menghina mantan Rois Syuriah Nahdhlatul Ulama (NU) itu sangat tidak pantas.
Saat itu Gus Mus pun dengan bijak menanggapi cuitan Fadjroel. Sosok yang menyebut dirinya ‘orang bodoh yang tak kunjung pandai’ di Twitter ini merasa tidak ada yang perlu dimaafkan.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas Fadjroel. Kesalahannya mungkin hanyalah menggunakan ‘bahasa khusus’ di tempat umum. Maklum masih muda,” tulis Gus Mus sambil menyertakan emoticon senyum.
Tak hanya itu, lewat akun Facebook-nya, Gus Mus juga menyampaikan kepada Fadjroel dan PT Adhi Karya agar Pandu Wijaya tidak dipecat.
“Saudara Fadjroel Rachman dan Adhi Karya BUMN dengan sungguh-sungguh memintakan maaf atas ucapan salah satu karyawannya. Maka dengan sungguh-sungguh saya menjawab: Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas Fadjroel. Kesalahannya mungkin hanyalah menggunakan ‘bahasa khusus’ di tempat umum. Maklum masih muda.
Saya mohon jangan sampai si karyawan dipecat, sebagaimana usul sementara orang,” tulis Pimpinan Ponpes Raudlatut Thalibin Rembang tersebut.
Gus Mus sendiri berharap kasus ini dapat dijadikan pelajaran berharga. Dia meminta agar setiap orang tidak mudah emosi dan marah jika dihina atau direndahkan oleh orang lain.
“Kalau ada yang menghina atau merendahkanmu, janganlah buru-buru emosi dan marah. Siapa tahu dia memang digerakkan Allah untuk mencoba kesabaran kita. Bersyukurlah bahwa bukan kita yang dijadikan cobaan,” sarannya.
Seperti banyak diberitakan, Pandu Wijaya sendiri telah mendapatkan Surat Peringatan III atau SP3 dari PT Adhi Karya. Dia dinilai melakukan pelanggaran berat yang merugikan nama baik perusahaan karena menghina Gus Mus di Twitter.
Banjir protes, Pandu Wijaya pun menggembok akun Twitter-nya @panduwijaya. Dia sebelumnya memang sudah meminta maaf kepada Gus Mus karena menghina ulama yang tausiyahnya selalu menyejukkan itu.
“Nyuwun pangapunten atas kesalahan dalem, mugi2 @gusmusgusmu lan santrinipun maringi ngapunten,” tulis Pandu.
Kasus ini bermula saat lewat kultwitnya Gus Mus menyampaikan pandangan pribadinya terkait rencana Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI yang akan melakukan aksi shalat Jumat di jalan protokol Jakarta pada Jumat, 2 Desember 2016. Gus Mus berharap aksi shalat Jumat di jalan itu tidak dilakukan massa karena menurutnya hal semacam itu belum pernah dicontohkan bahkan sejak zaman Nabi.
“Kalau benar, wah dalam sejarah Islam sejak zaman Rasullullah SAW baru kali ini ada bid’ah sedemikian besar. Dunia Islam pasti heran,” cuit Gus Mus pada 23 November 2016 pukul 16.46 WIB. Cuitan itu pun direspons Pandu Wijaya lewat akun Twitternya @panduwijaya.
“@gusmusgusmu Dulu gk ada aspal Gus di padang pasir, wahyu pertama tentang shalat jumat jga saat Rasullullah hijrah ke Madinah. Bid’ah ndasmu!” cuit pria kelahiran 1991 yang kini mengunci akun Twitternya itu.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar