Sebuah rumah kontrakan di Jalan Bintara VIII RT 04 RW 09, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi digrebek polisi pada Sabtu (10/12/2016). Penghuni kontrakan menyimpan bom berbentuk rice cooker.
Menurut Kapolres Bekasi Kombes Umar Surya Fana ketiga penghuni kontrakan tersebut merupakan jaringan Bahrun Naim.
Kapolri saat itu, Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan, Bahrun Naim adalah otak di balik teror Jakarta.
Muhammad Bahrun Naim alias Anggih Tamtomo alias Abu Rayan adalah residivis kasus kepemilikan ribuan amunisi senjata api berbagai jenis pada 2010.
Juni 2011, warga Pasar Kliwon, Solo, ini diganjar 2,5 tahun penjara. Juni 2012 dia menghirup udara bebas.
Lama tidak terdengar aktivitasnya, aparat kepolisian mendeteksi keberadaan Bahrun Naim di Suriah. Dia bergabung dalam upaya pemberontakan yang dilakukan kelompok ISIS.
Dia juga dikabarkan membawa 'kabur' seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Siti Lestari (23) ke Suriah.
Teror Obama
Badrodin Haiti juga mengungkapkan, Bahrun Naim pernah ditangkap saat melancarkan aksi teror pada 2010. Kala itu, ia berencana meneror Obama yang akan datang ke Jakarta.
"Bahrun Naim itu pernah ditangkap saat Obama ingin datang ke Jakarta," kata Badrodin.
Sementara menurut Jenderal Tito Karnavian, Bahrun bukan pemain lama dalam jejaring terorisme. Pascabebas dari penjara, Bahrun disinyalir berada di Suriah bergabung dengan ISIS.
Dia ingin membentuk khatibah nusantara, yang meliputi Asia Tenggara. Sehingga dia ingin rancang serangan di Indonesia, sehingga dikatakan pemimpin. Untuk dapatkan kredit sebagai pemimpin di mata jaringan ISIS.
Tito menjelaskan kantung ISIS di Asia Tenggara terdapat di sejumlah negara seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand. Sampai saat ini, kelompok ISIS yang telah mendeklarasikan diri yaitu di wilayah Filipina Selatan.
Singkat kata, terdapat persaingan kepemimpinan dalam merebut komando ISIS di Asia Tenggara. Persaingan itu disebut-sebut bukan dengan kelompok Filipina, melainkan dengan Aman Abdurrahman yang saat ini berada di Lapas Nusakambangan, Cilacap.
"Dia ingin jadi leader kelompok ISIS di Asia Tenggara, sehingga terjadi upaya persaingan leadership. Di Filipina sudah di-declare Bahrun. Oleh karena ada persaingan antara leader di Asia Tenggara, Bahrun Naim, mereka merancang serangan itu," ucap Tito.
Pengamat Teroris Al Chaidar mengungkapkan, Bahrun Naim dulunya adalah anggota Jamaah Islamiah yang kemudian bergabung dengan ISIS, setelah kelompoknya habis diberantas polisi.
Bahrun Naim, kata dia, aktif memberikan seruan agar mantan kelompok Jamaah Islamiah dan kelompok radikal lainnya bergabung ke Suriah. Serangan di Jakarta ini adalah aksi perdana Bahrun Naim.
"Dia baru sekali (aksi teror), dulu dia militan amunisi, kemudian pergi ke Suriah," ujar dia.
Dalam aksi teror itu, dialah yang memberikan perintah langsung dari Suriah kepada Abu Musa dan lainnya untuk melakukan aksi teror di Indonesia.
"Aksi teror itu juga untuk memberikan pesan kepada polisi agar tidak berlebihan melakukan penangkapan terhadap anggotanya," ujar Al Chaidar saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Jumat 15 Januari 2016.
Selain itu, ujar Chaidar, aksi teror ini juga dilakukan untuk ujuk gigi kepada kelompok ISIS lainnya bahwa dialah yang pantas memimpin ISIS di Asia Tenggara.
"Persaingan ISIS di Asia Tenggara juga. Siapa yang akan memimpin. Dia harus memperlihatkan (kekuatan) agar dia dipilih jadi pimpinan regional di Asia Tenggara," ujar Al Chaidar.
(Liputan-6/Detik-Share-7/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar