Ternyata 6 Kitab Tak Meriwayatkan Hadis Tsaqalain



Saat melihat sebuah video ceramah agama oleh Dr Adnan Ibrahim, beberapa kawan terkejut luar biasa. Dalam ceramahnya, ulama Palestina yang kini tinggal di Wina (Austria) itu menyebutkan bahwa ternyata hadis yang amat populer di kalangan kita, mengenai wasiat Nabi saw yang terkenal dengan nama “Hadis Tsaqalain“, ternyata tidak terdapat di satu pun dari enam (6) kitab rujukan utama Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah).

Ayat Tathir (Al-Ahzab 33)

Hadis ‘Tsaqalain‘ (Dua Hal Utama) menyebutkan bahwa Nabi saw mengatakan, bahwa, “Aku tinggalkan dua hal besar bagi kalian semua, yang jika kalian berpegang kepadanya, kalian tidak akan tersesat selamanya, yakni Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnahku.”

Ternyata, sebagaimana dikatakan penceramah itu, hadits tadi tidak ada dalam satu pun di antara enam kitab ‘Kutub as-Sittah’, Tentu saja kawan-kawan tadi kaget. Sebab selama ini mereka semua yakin, saking terkenalnya hadis itu, semua merasa seolah-olah bahwa Hadits Tsaqalain itu sedemikian kuatnya hingga dianggap hanya satu derajat di bawah Kitab Suci Al-Qur’an.

Sebagaimana kita ketahui, di kalangan Sunni, terdapat enam (6) kitab rujukan utama yang dikenal dengan ‘Kutub as-Sittah‘ (Kitab yang Enam), yakni:
1. Bukhari.
2. Muslim.
3. Abu Daud.
4. Ibnu Majah
5. An-Nasai
6. Turmudzi

Ternyata pernyataan (dalam hadis) itu, yang mengatakan bahwa Nabi saw bersabda “Aku tinggalkan kitab Allah dan sunahku” merupakan kesalahpahaman yang telah menyebar luas.

Berikut ini video Dr Adnan Ibrahim yang dimaksud di bagian atas tulisan ini:


Siapa Adnan Ibrahim? Lahir di Pengungsian Nusairat, Jalur Gaza, Palestina, tahun 1966, Adnan melanjutkan studinya (di bidang kedokteran) di Yugoslavia. Adnan pindah ke Wina (Austria) pada awal tahun 90-an, dan kemudian mendirikan lembaga Asosiasi Dialog Antar-budaya.

Minatnya pada pengetahuan menjadikan Adnan bagai sebuah ensiklopedia. Ia mempelajari dan mengajar berbagai ilmu mulai dari humanities, filsafat, teologi, ilmu-ilmu ke-Islaman, dan sebagainya. Selengkapnya Anda dapat merujuk pada blog Adnan berikut (dalam bahasa Arab). Klik di sini dan baca: http://www.adnanibrahim.net/

Namun, riwayat yang lemah itu, berhubung telah disampaikan jutaan kali secara massif ke seluruh dunia Islam, selama ratusan tahun dan secara terus menerus, menjadikan ia diyakini sedemikian kuat. Tegar tak tergoyahkan. Dan, orang pun nyaris tidak pernah ada yang mempersoalkan ke-sahih-an, kekuatan, atau pun otentisitasnya.

Faktanya, tidak ada dasar yang dapat diandalkan dari pernyataan itu yang dihubungkan pada Khutbah Terakhir Nabi saw.

Sebagaimana kita katakan di atas, riwayat itu sama sekali tidak ada dalam kitab sahih yang enam (kutub as-Sittah).


Buku yang mengumpulkan ke-6 kitab ‘Kutub As-Sittah’

Ada versi riwayat dalam Muwatta’ karya Malik, dalam Sirat RasulAllah Ibnu Hisyam, dan dalam Ta’rikh milik al-Thabari, namun semuanya memiliki sanad yang tidak lengkap dengan beberapa mata rantai sanad yang hilang. Riwayat lain yang memiliki sanad lengkap (isnad) – yang jumlahnya sangat sedikit – semuanya terdapat periwayat yang disepakati tidak dapat dipercaya oleh ulama rijal suni terkemuka.

Fakta luar biasa ini dapat dikonfirmasi oleh mereka yang tertarik dalam penelitian dengan merujuk kitab terkait.

Kitab Sahih Al-Bukhari

Catatan: Mesti diketahui, bahwa dalam setiap hadis harus terdapat dua hal yang penting.
Pertama, mengenai sanad hadis itu, dan kedua, mengenai periwayat (rawi)-nya.
Kedua, baik sanad atau pun rawi, harus sama-sama kuat dan valid, sehingga hadis itu dianggap memenuhi syarat sebagai hadis yang punya validitas tinggi (sahih dan atau mutawatir).

Bila ada cacat di salah satunya, apakah sanadnya yang cacat (tidak sempurna), atau pun periawayat (rawi)-nya tercela, maka hadis tersebut ‘gagal’ untuk diterima secara aklamasi sebagai hadis yang kuat kebenaran (validitas)-nya.

Hadits Tsaqalain dan salah satu riwayatnya

Tentu saja, bukan berarti bahwa sunah Nabi saw. tidak harus diikuti. Tidak. Bukan begitu maksudnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang lain, sesungguhnya Nabi saw. meminta umat muslim untuk merujuk pada Al-Qur’an dan Ahlulbaitnya sebagai sumber terpercaya, murni dan terjaga bagi sunah-sunahnya.

Hadis (versi) yang kedua inilah seseungguhnya merupakan hadis yang sahih atau memiliki validitas tinggi. Berikut ini keterangannya.

Sungguh, aku tinggalkan pada kalian dua pusaka penting (tsaqalain): kitab Allah dan ahlulbaitku. Sungguh keduanya tidak akan berpisah sehingga datang menjumpaiku di telaga al-Haudh.”

Hadis sahih dari Nabi Muhammad saw. di atas diriwayatkan oleh lebih dari 30 sahabat dan dicatat oleh banyak ulama Sunni. Beberapa rujukan utama hadis tersebut, di antaranya:
1. Al-­Hakim al­-Naisaburi, dalam “Al-­Mustadrak `ala al-Sahihayn” (Beirut), juz 3, hlm. 109-110, 148, dan 533). Dia menyatakan bahwa riwayat ini sahih berdasarkan kriteria al-Bukhari dan Muslim; al-Dzahabi membenarkan penilaiannya.
2. Muslim, dalam ‘Sahih‘-nya, (terjemahan Inggris), kitab 031, nomor 5920-3
3. At­-Tirmidzi, dalam kitab ‘Al-Sahih“, juz 5, hlm. 621-2, nomor 3786 dan 3788; juz 2, hlm. 219
4. An-Nasa’i, dalam “Khasa’is ’Ali ibn Abi Talib“, hadits nomor 79
5. Ahmad bin Hanbal, dalam kitab ‘Al-Musnad’, juz 3, hlm. 14, 17, 26; juz 3, hlm. 26, 59; juz 4, hlm. 371; juz 5, hlm. 181-2, 189-190
6. Ibn al­’Athir, dalam “Jami` al­-‘Usul”, juz 1, hlm. 277
7. Ibnu Katsir, dalam “‘Al-­Bidayah wa al-Nnihayah“, juz 5, hlm. 209. Dia mengutip al-Dzahabi dan menyatakan hadis ini sahih.
8. Ibnu Katsir, dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, juz 6, hlm. 199
9. Nasir al-Din al-Albani, Silsilat al-Ahadith al-Sahiha (Kuwait: al-Dar al-Salafiyya), juz 4, hlm. 355-8. Dia menyusun banyak sanad yang dianggapnya dapat diandalkan.

Hadits Tsaqalain: Disebutkan ‘Ithratiy, Ahla Baitiy’, bukan ‘Sunnati’.

Sesungguhnya hadis di atas sangat sejalan dengan (dan memperkuat) apa yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an ini: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai ahlulbait, dan mensucikan kalian sesuci-sucinya. [Q.S. Al-Ahzab (33) ayat 33].


Bagaimana dengan riwayat ‘Hadis Tsaqalain’ dari kalangan Islam Syiah?

Rupanya, di kitab rujukan Muslimin Syiah, banyak dinukil hadis tentang itu. Di antaranya, adalah yang berikut ini: .

“..dan aku (Nabi saw) akan menanyakan kepada kalian apa yang kalian lakukan dengan Ats Tsaqalain sepeninggalku maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya ketika aku telah pergi. Mereka berkata “apakah Tsaqalain itu wahai Rasulullah?”. Beliau berkata “Tsaqal Al Akbar yaitu Kitab Allah ‘azza wajalla yaitu Tali yang terbentang dari Allah dan dariku di tangan kalian, ujung yang satu di Tangan Allah dan ujung yang lain ada di tangan kalian, di dalamnya terkandung ilmu mengenai perkara yang lalu dan perkara yang akan datang hingga hari kiamat. Dan Tsaqal Al Asghar adalah Haliif [sekutu] Al Qur’an dan ia adalah Aliy bin Abi Thalib dan keturunan-nya [‘alaihimus salaam], keduanya tidak akan berpisah sampai kembali kepadaku di Al Haudh.

Selengkapnya dapat dibaca pada tautan (link) ini.
*****

Shahih Hadis Tsaqalain Dalam Mazhab Syi’ah

Salah satu syubhat yang sering dilontarkan oleh para pembenci Syi’ah adalah tuduhan bahwa Syi’ah menjadikan hujjah hadis Tsaqalain dengan mengambil dari kitab Ahlus Sunnah karena Syi’ah tidak memiliki hadis Tsaqalain yang shahih dalam kitab mereka.

Setelah kami membaca kitab-kitab hadis mazhab Syi’ah maka bisa dipastikan bahwa tuduhan tersebut tidak benar, Syi’ah tidak menjadikan hadis Ahlus Sunnah sebagai pegangan mereka dan sebaliknya Ahlus Sunnah juga tidak menjadikan hadis Syi’ah sebagai pegangan mereka. Kedua mazhab masing-masing memiliki hujjah dari hadis-hadis dalam kitab pegangan mereka sendiri.

Tulisan ini hanya menyajikan informasi kepada para pembaca bahwa faktanya, Syi’ah juga memiliki hadis Tsaqalain yang shahih [sesuai dengan standar ilmu hadis Syi’ah] dalam kitab hadis mereka.


Riwayat Pertama 

حدثنا محمد بن الحسن بن أحمد بن الوليد رضي الله عنه قال حدثنا محمد بن الحسن الصفار، عن محمد بن الحسين بن أبي الخطاب، ويعقوب بن يزيد جميعا، عن محمد بن أبي عمير، عن عبد الله بن سنان، عن معروف بن خربوذ، عن أبي الطفيل عامر بن واثلة، عن حذيفة بن أسيد الغفاري قال لما رجع رسول الله صلى الله عليه وآله من حجة الوداع ونحن معه أقبل حتى انتهى إلى الجحفة فأمر أصحابه بالنزول فنزل القوم منازلهم، ثم نودي بالصلاة فصلى بأصحابه ركعتين، ثم أقبل بوجهه إليهم فقال لهم إنه قد نبأني اللطيف الخبير أني ميت وأنكم ميتون، وكأني قد دعيت فأجبت وأني مسؤول عما أرسلت به إليكم، وعما خلفت فيكم من كتاب الله وحجته وأنكم مسؤولون، فما أنتم قائلون لربكم؟ قالوا: نقول: قد بلغت ونصحت وجاهدت فجزاك الله عنا أفضل الجزاء ثم قال لهم: ألستم تشهدون أن لا إله إلا الله وأني رسول الله إليكم وأن الجنة حق؟ وأن النار حق؟ وأن البعث بعد الموت حق؟ فقالوا: نشهد بذلك، قال: اللهم اشهد على ما يقولون، ألا وإني أشهدكم أني أشهد أن الله مولاي، وأنا مولى كل مسلم، وأنا أولى بالمؤمنين من أنفسهم، فهل تقرون لي بذلك، وتشهدون لي به؟ فقالوا: نعم نشهد لك بذلك، فقال: ألا من كنت مولاه فإن عليا مولاه وهو هذا، ثم أخذ بيد علي عليه السلام فرفعها مع يده حتى بدت آباطهما: ثم: قال: اللهم وال من والاه، وعاد من عاداه، وانصر من نصره واخذل من خذله، ألا وإني فرطكم وأنتم واردون علي الحوض، حوضي غدا وهو حوض عرضه ما بين بصرى وصنعاء فيه أقداح من فضة عدد نجوم السماء، ألا وإني سائلكم غدا ماذا صنعتم فيما أشهدت الله به عليكم في يومكم هذا إذا وردتم علي حوضي، وماذا صنعتم بالثقلين من بعدي فانظروا كيف تكونون خلفتموني فيهما حين تلقوني؟ قالوا: وما هذان الثقلان يا رسول الله؟ قال: أما الثقل الأكبر فكتاب الله عز وجل، سبب ممدود من الله ومني في أيديكم، طرفه بيد الله والطرف الآخر بأيديكم، فيه علم ما مضى وما بقي إلى أن تقوم الساعة، وأما الثقل الأصغر فهو حليف القرآن وهو علي بن أبي طالب وعترته عليهم السلام، وإنهما لن يفترقا حتى يردا علي الحوض قال معروف بن خربوذ: فعرضت هذا الكلام على أبي جعفر عليه السلام فقال: صدق أبو الطفيل رحمه الله هذا الكلام وجدناه في كتاب علي عليه السلام وعرفناه

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar dari Muhammad bin Husain Abil Khaththaab dan Ya’qub bin Yaziid keduanya dari Muhammad bin Abi ‘Umair dari ‘Abdullah bin Sinaan dari Ma’ruf bin Kharrabudz dari Abu Thufail ‘Aamir bin Watsilah dari Hudzaifah bin Usaid Al Ghifariy yang berkata ketika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] kembali dari Haji Wada dan kami bersama Beliau, hingga sampailah kami di Juhfah, Beliau memerintahkan para sahabatnya untuk bersitirahat, maka merekapun beristirahat. Kemudian diserukan untuk shalat maka Beliau shalat dengan para sahabatnya dua rakaat, Kemudian Beliau menghadapkan wajahnya kepada mereka dan berkata bahwasanya Dia yang Maha Halus dan Maha Mengetahui memberitakan kepadaku bahwa aku akan segera wafat dan kalian juga akan wafat, seolah aku akan dipanggil dan aku akan menjawabnya, dan aku akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang aku diutus kepada kalian dan apa yang aku tinggalkan kepada kalian dari Kitab Allah dan Hujjah-nya dan kalian juga akan diminta pertanggungjawaban, maka apa yang akan kalian katakan kepada Rabb kalian?. Mereka berkata “kami akan mengatakan sungguh Engkau telah menyampaikan, memberi nasehat dan telah berusaha dengan sungguh-sungguh, maka semoga Allah SWT memberikan ganjaran dengan ganjaran yang paling baik”. Kemudian Beliau berkata “bukankah kalian bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Aku adalah Rasulullah yang diutus kepada kalian, bahwa surga itu benar, neraka itu benar, dan hari kebangkitan itu benar?. Mereka berkata “sungguh kami bersaksi akan hal itu”. Beliau berkata “Ya Allah saksikanlah apa yang mereka katakan, dan aku meminta kesaksian kalian bahwasanya aku bersaksi Allah adalah maulaku, dan aku adalah maula bagi setiap muslim, dan aku yang paling berhak atas kaum mu’minin dibanding diri mereka sendiri, apa kalian menerima dan menyaksikan?. Mereka berkata “benar kami bersaksi akan hal itu”. Beliau berkata “maka barang siapa yang menganggap aku sebagai Maulanya maka Aliy adalah maulanya, dan inilah dia, kemudian Beliau mengambil tangan Aliy dan mengangkatnya bersama tangan Beliau hingga nampak ketiak keduanya, kemudian Beliau berkata “Ya Allah dukunglah siapa yang mendukungnya dan musuhilah siapa yang memusuhinya, tolonglah siapa yang menolongnya dan tinggalkanlah siapa yang meninggalkannya. Aku akan meninggalkan kalian dan kalian akan dikembalikan kepadaku di Al Haudh, Al Haudhku yang luasnya terbentang antara Basra dan Shan’a yang didalamnya terdapat gelas-gelas dari perak sebanyak bintang-bintang di langit, aku akan menanyakan kepada kalian apa yang kalian lakukan mengenai perkara yang aku telah bersaksi atas kalian pada hari ini, ketika kalian dikembalikan kepadaku di Al Haudh nanti, dan aku akan menanyakan kepada kalian apa yang kalian lakukan dengan Ats Tsaqalain sepeninggalku maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya ketika aku telah pergi. Mereka berkata “apakah Tsaqalain itu wahai Rasulullah?”. Beliau berkata “Tsaqal Al Akbar yaitu Kitab Allah ‘azza wajalla yaitu Tali yang terbentang dari Allah dan dariku di tangan kalian, ujung yang satu di Tangan Allah dan ujung yang lain ada di tangan kalian, di dalamnya terkandung ilmu mengenai perkara yang lalu dan perkara yang akan datang hingga hari kiamat. Dan Tsaqal Al Asghar adalah Haliif [sekutu] Al Qur’an dan ia adalah Aliy bin Abi Thalib dan keturunan-nya [‘alaihimus salaam], keduanya tidak akan berpisah sampai kembali kepadaku di Al Haudh. Ma’ruf bin Kharrabudz berkata aku memberitahukan hadis ini kepada Abu Ja’far [‘alaihis salaam] maka Beliau berkata “benar Abu Thufail, rahmat Allah atasnya, perkataan ini kami temukan dalam kitab Aliy [‘alaihis salaam] dan kami mengenalnya” [Al Khishaal Syaikh Ash Shaduuq hal 65-67 no 98]

Riwayat Syaikh Ash Shaduq di atas sanadnya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

1.Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Walid adalah Syaikh Qum, faqih mereka, yang terdahulu dan terkemuka, seorang yang tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042]

2. Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar ia terkemuka di Qum, tsiqat, agung kedudukannya [Rijal An Najasyiy hal 354 no 948]

3. Muhammad bin Husain bin Abil Khaththaab seorang yang mulia, agung kedudukannya, banyak memiliki riwayat, tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 334 no 897]

4. Ya’qub bin Yazid bin Hammaad Al Anbariy seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 450 no 1215]

5. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]

6. ‘Abdullah bin Sinaan seorang yang tsiqat jaliil tidak ada celaan sedikitpun terhadapnya, ia meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 214 no 558]

7. Ma’ruf bin Kharrabudz, Al Kasyiy menyebutkan bahwa ia termasuk ashabul ijma’ [enam orang yang paling faqih] diantara para fuqaha dari kalangan sahabat Abu Ja’far [‘alaihis salaam] dan Abu Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal Al Kasyiy 2/507]. Al Majlisiy menyatakan Ma’ruf bin Kharrabudz tsiqat [Al Wajiizah no 1897]

8. Abu Thufail dan Hudzaifah keduanya adalah sahabat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan disini tidak perlu kami nukil keterangan tentang keduanya karena sudah cukup telah shahih sanadnya hingga Abu Ja’far yang menegaskan keshahihan hadis tersebut.


Riwayat Kedua

Diriwayatkan dalam kitab Al Kafiy hadis yang panjang tentang khutbah Jum’at Imam Abu Ja’far, dan di dalamnya terdapat keterangan hadis Tsaqalain, Imam Abu Ja’far berkata:

وقد بلغ رسول الله (صلى الله عليه وآله) الذي ارسل به فألزموا وصيته وما ترك فيكم من بعده من الثقلين كتاب الله وأهل بيته اللذين لا يضل من تمسك بهما ولا يهتدي من تركهما،

Dan sungguh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] telah menyampaikan apa yang Beliau diutus dengannya maka berpegang teguhlah kalian dengan wasiat Beliau yaitu apa yang ditinggalkan kepada kalian sepeninggalnya dari Ats Tsaqalain yaitu Kitab Allah dan Ahlul Baitnya dimana tidak akan tersesat siapa yang berpegang teguh pada keduanya dan tidak akan mendapat petunjuk bagi siapa yang meninggalkan keduanya [Al Kafiy Al Kulainiy 3/423]

Sanad lengkap riwayat panjang yang kami kutip hanya mengenai hadis Tsaqalain di atas telah disebutkan Al Kulainiy dengan sanad berikut:

محمد بن يحيى، عن أحمد بن محمد، عن الحسين بن سعيد، عن النضر بن سويد، عن يحيى الحلبي، عن بريد بن معاوية، عن محمد بن مسلم، عن أبي جعفر في خطبة يوم الجمعة

Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Muhammad dari Husain bin Sa’id dari Nadhr bin Suwaid dari Yahya Al Halabiy dari Buraid bin Mu’awiyah dari Muhammad bin Muslim dari Abu Ja’far tentang khutbah pada hari Jum’at…[Al Kafiy Al Kulainiy 3/422]

Riwayat Al Kulainiy di atas sanadnya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

1. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946]

2. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]

3. Husain bin Sa’id bin Hammaad seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 355]

4. Nadhr bin Suwaid seorang yang tsiqat dan shahih al hadis [Rijal An Najasyiy hal 427 no 1147]

5. Yahya bin ‘Imran bin ‘Aliy Al Halabiy seorang yang tsiqat tsiqat shahih al hadis [Rijal An Najasyiy hal 444 no 1199]

6. Buraid bin Mu’awiyah meriwayatkan dari Abu Ja’far [‘alaihis salaam] dan Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam], seorang yang tsiqat faqiih [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 81-82]

7. Muhammad bin Muslim bin Rabah termasuk orang yang paling terpercaya [Rijal An Najasyiy hal 323-324 no 882]


Riwayat Ketiga

Diriwayatkan oleh Syaikh Ath Thuusiy sebuah riwayat dimana salah seorang Syaikh yang sudah tua datang ke hadapan Imam Abu ‘Abdullah dan dalam riwayat tersebut terdapat penggalan perkataan pujian Imam Abu ‘Abdullah kepada Syaikh tersebut,

فقال له أبو عبد الله (عليه السلام): يا شيخ، إن رسول الله (صلى الله عليه وآله) قال: إني تارك فيكم الثقلين ما إن تمسكتم بهما لن تضلوا: كتاب الله المنزل، وعترتي أهل بيتي، تجئ وأنت معنا يوم القيامة

Maka Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata kepadanya “wahai Syaikh, sesungguhnya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “aku tinggalkan kepada kalian Ats Tsaqalain [dua perkara berat] yang jika kalian berpegang teguh kepada keduanya maka kalian tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah dan Itrah-ku Ahlul Bait-ku, datanglah dan engkau bersama kami pada hari kiamat…[Al Amaliy Syaikh Ath Thuusiy hal 162]

Sanad lengkap riwayat Syaikh Ath Thuusiy di atas [dimana kami hanya menukil penggalan hadis Tsaqalain saja] adalah sebagai berikut:

حدثنا محمد بن محمد، قال حدثنا أبو القاسم جعفر بن محمد بن قولويه (رحمه الله)، قال حدثني أبي، قال حدثني سعد بن عبد الله، عن أحمد بن محمد ابن عيسى، عن الحسن بن محبوب الزراد، عن أبي محمد الأنصاري، عن معاوية بن وهب، قال كنت جالسا عند جعفر بن محمد (عليهما السلام) إذ جاء شيخ قد انحنى من الكبر

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muhammad yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih [rahimahullah] yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’d bin ‘Abdullah dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Hasan bin Mahbuub Az Zaraad dari Abu Muhammad Al Anshariy dari Mu’awiyah bin Wahb yang berkata “aku dahulu pernah duduk di sisi Ja’far bin Muhammad [‘alaihimas salaam] ketika datang seorang Syaikh yang bungkuk karena usianya yang sudah tua……[Al Amaliy Syaikh Ath Thuusiy hal 161]

Riwayat Syaikh Ath Thuusiy di atas sanadnya hasan berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

1. Muhammad bin Muhammad adalah Muhammad bin Muhammad bin Nu’man Syaikh Mufid, ia termasuk diantara guru-guru Syi’ah yang mulia dan pemimpin mereka, dan orang yang paling terpercaya di zamannya, dan paling alim diantara mereka [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 248 no 46]

2. Abul Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih Al Qummiy termasuk orang yang tsiqat dan mulia dalam hadis dan faqih [Rijal An Najasyiy hal 123 no 318]

3. Muhammad bin Quluwaih ayahnya Abul Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih seorang yang tsiqat [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 570]

4. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]

5. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]

6. Hasan bin Mahbuub seorang penduduk kufah yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 354]

7. Abu Muhammad Al Anshariy dia seorang yang khair [Wasa’il Syi’ah Al Hurr Al Amiliy 20/381 no 1389]

8. Mu’awiyah bin Wahb Al Bajalliy seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy 412 no 1097]


Semua para perawi sanad di atas adalah perawi tsiqat kecuali Abu Muhammad Al Anshariy dan dia termasuk perawi yang mamduh. Pujian terhadapnya telah disebutkan oleh riwayat Al Kulainiy dalam Al Kafiy,

أبو علي الأشعري، عن محمد بن عبد الجبار، عن أبي محمد الأنصاري – قال: وكان خيرا

Abu ‘Aliy Al Asy’ariy dari Muhammad bin ‘Abdul Jabbaar dari Abi Muhammad Al Anshariy, [Muhammad bin ‘Abdul Jabbaar] berkata dia seorang yang khair…[Al Kafiy Al Kulainiy 3/127]

Abu ‘Aliy Al Asy’ariy adalah Ahmad bin Idris seorang yang tsiqat faqih banyak meriwayatkan hadis dan shahih riwayatnya [Rijal An Najasyiy hal 92 no 228] dan Muhammad bin ‘Abdul Jabbaar seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 391]


Riwayat Keempat

Dalam kitab Al Kafiy terdapat riwayat dari Abu ‘Abdullah mengenai siapa yang dimaksud dengan Ulil Amri dalam Al Qur’anul Karim dan dalam riwayat tersebut terdapat penggalan hadis Tsaqalain, Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata:

فقال رسول الله صلى الله عليه وآله: في علي: من كنت مولاه، فعلي مولاه، وقال صلى الله عليه وآله أوصيكم بكتاب الله وأهل بيتي، فإني سألت الله عز وجل أن لا يفرق بينهما حتى يوردهما علي الحوض، فأعطاني ذلك وقال لا تعلموهم فهم أعلم منكم، وقال: إنهم لن يخرجوكم من باب هدى، ولن يدخلوكم في باب ضلالة

Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] telah berkata tentang Aliy “barang siapa yang Aku maulanya maka Aliy adalah maulanya” dan Beliau [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] bersabda “aku wasiatkan kepada kalian dengan Kitab Allah dan Ahlul Baitku, aku telah meminta kepada Allah ‘azza wajalla bahwa tidak akan memisahkan keduanya hingga keduanya kembali ke Al Haudh maka Allah mengabulkannya. Beliau berkata “jangan mengajari mereka karena mereka lebih alim [tahu] dari kalian”. Beliau berkata “sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kalian dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kalian ke dalam pintu kesesatan”…[Al Kafiy Al Kulainiy 1/288]

Riwayat Al Kafiy di atas disebutkan dengan dua jalan sanad. Adapun sanad yang shahih adalah sanad berikut:

محمد بن يحيى، عن أحمد بن محمد بن عيسى، عن محمد بن خالد والحسين بن سعيد عن النضر بن سويد، عن يحيى بن عمران الحلبي، عن أيوب بن الحر وعمران بن علي الحلبي، عن أبي بصير عن أبي عبد الله عليه السلام مثل ذلك

Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Muhammad bin Khalid dan Husain bin Sa’iid dari Nadhr bin Suwaid dari Yahya bin ‘Imraan Al Halabiy dari Ayuub bin Al Hurr dan ‘Imran bin Aliy Al Halabiy dari Abi Bashiir dari Abu ‘Abdullah [‘alaihissalam] seperti di atas [Al Kafiy Al Kulainiy 1/288]

Sanad riwayat Al Kafiy di atas kedudukannya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

1. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946]

2. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]

3. Muhammad bin Khalid dikatakan Najasyiy bahwa ia dhaif dalam hadis [Rijal An Najasyiy hal 335 no 898] tetapi ia dinyatakan tsiqat oleh Syaikh Ath Thuusiy [Rijal Ath Thuusiy hal 363]. Dan dalam sanad ini ia telah dikuatkan oleh Husain bin Sa’id bin Hammaad seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 355]

4. Nadhr bin Suwaid seorang yang tsiqat dan shahih al hadis [Rijal An Najasyiy hal 427 no 1147]

5. Yahya bin ‘Imran bin ‘Aliy Al Halabiy seorang yang tsiqat tsiqat shahih al hadis [Rijal An Najasyiy hal 444 no 1199]

6. Ayub bin Al Hurr seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 103 no 256] dan dalam sanad ini ia dikuatkan oleh ‘Imran bin ‘Aliy Al Halabiy seorang yang tsiqat sebagaimana disebutkan Najasyiy dalam biografi Ahmad bin ‘Umar bin Abi Syu’bah Al Halabiy [Rijal An Najasyiy hal 98 no 245]

7. Abu Bashiir adalah Abu Bashiir Al Asdiy Yahya bin Qasim seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 441 no 1187]


Riwayat Kelima 

حدثنا أحمد بن زياد بن جعفر الهمداني رضي الله عنه قال حدثنا علي بن إبراهيم بن هاشم، عن أبيه، عن محمد بن أبي عمير، عن غياث بن إبراهيم، عن الصادق جعفر ابن محمد، عن أبيه محمد بن علي، عن أبيه علي بن الحسين، عن أبيه الحسين عليهم السلام قال سئل أمير المؤمنين عليه السلام عن معنى قول رسول الله صلى الله عليه وآله ” إني مخلف فيكم الثقلين كتاب الله، وعترتي ” من العترة؟ فقال: أنا، والحسن، والحسين، والأئمة التسعة من ولد الحسين تاسعهم مهديهم وقائمهم، لا يفارقون كتاب الله ولا يفارقهم حتى يردوا على رسول الله صلى الله عليه وآله حوضه

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ziyaad bin Ja’far Al Hamdaaniy [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Ibrahim bin Haasyim dari Ayahnya dari Muhammad bin Abi ‘Umair dari Ghiyaats bin Ibrahiim dari Ash Shaadiq Ja’far bin Muhammad dari Ayahnya Muhammad bin Aliy dari Ayahnya Aliy bin Husain dari Ayahnya Husain bin Aliy [‘alaihimus salaam] yang berkata Amirul Mukminin pernah ditanya tentang makna perkataan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] “aku tinggalkan untuk kalian Ats Tsaqalain yaitu Kitab Allah dan Itrah-ku”, siapakah itrah-nya?. Beliau berkata “Aku, Hasan, Husain dan kesembilan Imam dari keturunan Husain, dan yang kesembilan dari mereka adalah Mahdi dan Qa’im mereka, mereka tidak akan berpisah dari Kitab Allah dan Kitab Allah tidak akan berpisah dari mereka, sampai semuanya kembali kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] di Al Haudh-nya [Ma’aaniy Al Akhbar Syaikh Ash Shaduuq hal 90-91 no 4]

Riwayat Syaikh Ash Shaduq di atas sanadnya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya,

1. Ahmad bin Ziyaad bin Ja’far Al Hamdaaniy, ia seorang yang tsiqat fadhl sebagaimana yang dinyatakan Syaikh Shaduq [Kamal Ad Diin Syaikh Shaduq hal 369]

2. Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]

3. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]

4. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]

5. Ghiyaats bin Ibrahiim At Tamimiy seorang yang tsiqat, meriwayatkan dari ‘Abu Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 305 no 833]


Kesimpulan

Tidak diragukan bahwa hadis Tsaqalain kedudukannya shahih dalam mazhab Syi’ah sama seperti halnya kedudukan hadis Tsaqalain shahih dalam mazhab Ahlus Sunnah. Hanya saja perbedaan antara kedua mazhab tersebut adalah dalam Kitab Syi’ah disebutkan dengan dalil yang shahih bahwa Ahlul Bait yang dimaksud adalah Aliy, Hasan, dan Husain serta Sembilan Imam dari keturunan Husain sedangkan dalam mazhab Ahlus Sunnah tidak terdapat hadis yang menyebutkan demikian.
*****

Baca juga analisa berikut (PDF File): Analisis Hadis Kitabullah wa Sunnati


Pembaca dapat juga menengok rujukan lain mengenai hal ini di sini:
1. Peninggalam Tsaqalain Nabi saw: Blog Analisis Pencari Kebenaran.

Hadis Tsaqalain
 

Peninggalan Rasulullah SAW adalah Al Quran dan Ahlul Bait as

Sebelum Junjungan kita yang mulia Al Imam Rasulullah SAW (Shalawat dan salam kepada Beliau SAW dan Keluarga suciNya as) berpulang ke rahmatullah, Beliau SAW telah berpesan kepada umatnya agar tidak sesat dengan berpegang teguh kepada dua peninggalannya atau Ats Tsaqalain yaitu Kitabullah Al Quranul Karim dan Itraty Ahlul Bait Rasul as. Seraya Beliau SAW juga mengingatkan kepada umatnya bahwa Al Quranul Karim dan Itraty Ahlul Bait Rasul as akan selalu bersama dan tidak akan berpisah sampai hari kiamat dan bertemu Rasulullah SAW di Telaga Kautsar Al Haudh.

Peninggalan Rasulullah SAW itu telah diriwayatkan dalam banyak hadis dengan sanad yang berbeda dan shahih dalam kitab-kitab hadis. Diantara kitab-kitab hadis itu adalah Shahih Muslim, Sunan Ad Darimi, Sunan Tirmidzi, Musnad Abu Ya’la, Musnad Al Bazzar, Mu’jam At Thabrani, Musnad Ahmad bin Hanbal, Shahih Ibnu Khuzaimah, Mustadrak Ash Shahihain, Majma Az Zawaid Al Haitsami, Jami’As Saghir As Suyuthi dan Al Kanz al Ummal. Dalam Tulisan ini akan dituliskan beberapa hadis Tsaqalain yang shahih dalam Shahih Muslim, Mustadrak Ash Shahihain, Sunan Tirmidzi dan Musnad Ahmad bin Hanbal.


1.Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz II hal 279 bab Fadhail Ali

Muslim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Abu Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata ”Aku, Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata Husain kepada Zaid ”Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan hadisnya, berperang bersamanya dan shalat di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Coba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW. Berkata Zaid “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu memaksaku untuk memberikannya.

Lalu Zaid berkata ”pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato, maka Beliau SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan peringatan. Kemudian Beliau SAW bersabda “Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”. Kemudian Beliau melanjutkan, “dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku”

Lalu Husain bertanya kepada Zaid ”Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait? Jawabnya “Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait disini adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”, Husain bertanya “Siapa mereka?”.Jawab Zaid ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbes”. Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain; “Ya”, jawabnya.

Hadis di atas terdapat dalam Shahih Muslim, perlu dinyatakan bahwa yang menjadi pesan Rasulullah SAW itu adalah sampai perkataan “kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku” sedangkan yang selanjutnya adalah percakapan Husain dan Zaid perihal Siapa Ahlul Bait. Yang menarik bahwa dalam Shahih Muslim di bab yang sama Fadhail Ali, Muslim juga meriwayatkan hadis Tsaqalain yang lain dari Zaid bin Arqam dengan tambahan percakapan yang menyatakan bahwa Istri-istri Nabi tidak termasuk Ahlul Bait, berikut kutipannya

“Kami berkata “Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi? Kemudian Zaid menjawab ”Tidak, Demi Allah, seorang wanita (istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah”.


2. Hadis shahih dalam Mustadrak As Shahihain Al Hakim juz III hal 148

Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami seorang faqih dari Ray Abu Bakar Muhammad bin Husain bin Muslim, yang mendengar dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Yahya bin Mughirah al Sa’di yang mendengar dari Jarir bin Abdul Hamid dari Hasan bin Abdullah An Nakha’i dari Muslim bin Shubayh dari Zaid bin Arqam yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda. “Kutinggalkan kepadamu dua peninggalan (Ats Tsaqalain), kitab Allah dan Ahlul BaitKu. Sesungguhnya keduanya tak akan berpisah, sampai keduanya kembali kepadaKu di Al Haudh“

Al Hakim menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa sanad hadis ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim.


3. Hadis shahih dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 109.

Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Abu Husain Muhammad bin Ahmad bin Tamim Al Hanzali di Baghdad yang mendengar dari Abu Qallabah Abdul Malik bin Muhammad Ar Raqqasyi yang mendengar dari Yahya bin Hammad; juga telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin Balawaih dan Abu Bakar Ahmad bin Ja’far Al Bazzaz, yang keduanya mendengar dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal yang mendengar dari ayahnya yang mendengar dari Yahya bin Hammad; dan juga telah menceritakan kepada kami Faqih dari Bukhara Abu Nasr Ahmad bin Suhayl yang mendengar dari Hafiz Baghdad Shalih bin Muhammad yang mendengar dari Khallaf bin Salim Al Makhrami yang mendengar dari Yahya bin Hammad yang mendengar dari Abu Awanah dari Sulaiman Al A’masy yang berkata telah mendengar dari Habib bin Abi Tsabit dari Abu Tufail dari Zaid bin Arqam ra yang berkata

“Rasulullah SAW ketika dalam perjalanan kembali dari haji wada berhenti di Ghadir Khum dan memerintahkan untuk membersihkan tanah di bawah pohon-pohon. Kemudian Beliau SAW bersabda” Kurasa seakan-akan aku segera akan dipanggil (Allah), dan segera pula memenuhi panggilan itu, Maka sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu Ats Tsaqalain(dua peninggalan yang berat). Yang satu lebih besar (lebih agung) dari yang kedua : Yaitu kitab Allah dan Ittrahku. Jagalah Baik-baik dan berhati-hatilah dalam perlakuanmu tehadap kedua peninggalanKu itu, sebab Keduanya takkan berpisah sehingga berkumpul kembali denganKu di Al Haudh. Kemudian Beliau SAW berkata lagi: “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla adalah maulaku, dan aku adalah maula setiap Mu’min. Lalu Beliau SAW mengangkat tangan Ali Bin Abi Thalib sambil bersabda : Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka dia ini (Ali bin Abni Thalib) adalah juga maula baginya. Ya Allah, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya“

Al Hakim telah menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa hadis ini shahih sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim.


4. Hadis shahih dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 110.

Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Ishaq dan Da’laj bin Ahmad Al Sijzi yang keduanya mendengar dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Azraq bin Ali yang mendengar dari Hasan bin Ibrahim Al Kirmani yang mendengar dari Muhammad bin Salamah bin Kuhail dari Ayahnya dari Abu Tufail dari Ibnu Wathilah yang mendengar dari Zaid bin Arqam ra yang berkata “Rasulullah SAW berhenti di suatu tempat di antara Mekkah dan Madinah di dekat pohon-pohon yang teduh dan orang-orang membersihkan tanah di bawah pohon-pohon tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mendirikan shalat, setelah itu Beliau SAW berbicara kepada orang-orang. Beliau memuji dan mengagungkan Allah SWT, memberikan nasehat dan mengingatkan kami. Kemudian Beliau SAW berkata” Wahai manusia, Aku tinggalkan kepadamu dua hal atau perkara, yang apabila kamu mengikuti dan berpegang teguh pada keduanya maka kamu tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah (Al Quranul Karim) dan Ahlul BaitKu, ItrahKu. Kemudian Beliau SAW berkata tiga kali “Bukankah Aku ini lebih berhak terhadap kaum muslimin dibanding diri mereka sendiri.. Orang-orang menjawab “Ya”. Kemudian Rasulullah SAW berkata” Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka Ali adalah juga maulanya.

Al Hakim telah menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa hadis ini shahih sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim.


5. Hadis dalam Musnad Ahmad jilid V hal 189

Abdullah meriwayatkan dari Ayahnya,dari Ahmad Zubairi dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan dari Zaid bin Tsabit ra, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah bagimu, Kitabullah dan Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang ke telaga Al Haudh bersama-sama”.

Hadis di atas diriwayatkan dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya Ahmad bin Hanbal, keduanya sudah dikenal tsiqat di kalangan ulama, Ahmad Zubairi. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah Abu Ahmad Al Zubairi Al Habbal telah dinyatakan tsiqat oleh Yahya bin Muin dan Al Ajili.

Syarik bin Abdullah bin Sinan adalah salah satu Rijal Muslim, Yahya bin Main berkata “Syuraik itu jujur dan tsiqat”. Ahmad bin Hanbal dan Ajili menyatakan Syuraik tsiqat. Ibnu Ya’qub bin Syaiban berkata” Syuraik jujur dan tsiqat tapi jelek hafalannya”. Ibnu Abi Hatim berkata” hadis Syuraik dapat dijadikan hujjah”. Ibnu Saad berkata” Syuraik tsiqat, terpercaya tapi sering salah”.An Nasai berkata ”tak ada yang perlu dirisaukan dengannya”. Ahmad bin Adiy berkata “kebanyakan hadis Syuraik adalah shahih”.(Mizan Al Itidal adz Dzahabi jilid 2 hal 270 dan Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar jilid 4 hal 333).

Rukayn (Raqin) bin Rabi’Abul Rabi’ Al Fazari adalah perawi yang tsiqat .Beliau dinyatakan tsiqat oleh Ahmad bin Hanbal, An Nasai, Yahya bin Main, Ibnu Hajar dan juga dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hibban dalam kitab Ats Tsiqat Ibnu Hibban.

Qasim bin Hishan adalah perawi yang tsiqah. Ahmad bin Saleh menyatakan Qasim tsiqah. Ibnu Hibban menyatakan bahwa Qasim termasuk dalam kelompok tabiin yang tsiqah. Dalam Majma Az Zawaid ,Al Haitsami menyatakan tsiqah kepada Qasim bin Hishan. Adz Dzahabi dan Al Munziri menukil dari Bukhari bahwa hadis Qasim itu mungkar dan tidak shahih. Tetapi Hal ini telah dibantah oleh Ahmad Syakir dalam Musnad Ahmad jilid V,beliau berkata”Saya tidak mengerti apa sumber penukilan Al Munziri dari Bukhari tentang Qasim bin Hishan itu. Sebab dalam Tarikh Al Kabir Bukhari tidak menjelaskan biografi Qasim demikian juga dalam kitab Adh Dhu’afa. Saya khawatir bahwa Al Munziri berkhayal dengan menisbatkan hal itu kepada Al Bukhari”. Oleh karena itu Syaikh Ahmad Syakir menguatkannya sebagai seorang yang tsiqah dalam Syarh Musnad Ahmad.

Jadi hadis dalam Musnad Ahmad diatas adalah hadis yang shahih karena telah diriwayatkan oleh perawi-perawi yang dikenal tsiqah.


6. Hadis dalam Musnad Ahmad jilid V hal 181-182

Riwayat dari Abdullah dari Ayahnya dari Aswad bin ‘Amir, dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan, dari Zaid bin Tsabit, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda”Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah bagimu Kitabullah, tali panjang yang terentang antara langit dan bumi atau diantara langit dan bumi dan Itrati Ahlul BaitKu. Dan Keduanya tidak akan terpisah sampai datang ke telaga Al Haudh”

Hadis di atas diriwayatkan dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya Ahmad bin Hanbal, Semua perawi hadis Musnad Ahmad di atas telah dijelaskan sebelumnya kecuali Aswad bin Amir Shadhan Al Wasithi. Beliau adalah salah satu Rijal atau perawi Bukhari Muslim. Al Qaisarani telah menyebutkannya di antara perawi-perawi Bukhari Muslim dalam kitabnya Al Jam’u Baina Rijalisy Syaikhain. Selain itu Aswad bin Amir dinyatakan tsiqat oleh Ali bin Al Madini, Ibnu Hajar, As Suyuthi dan juga disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam Kitabnya Ats Tsiqat Ibnu Hibban. Oleh karena itu hadis Musnad Ahmad di atas sanadnya shahih.


7. Hadis dalam Sunan Tirmidzi jilid 5 halaman 662 – 663

At Tirmidzi meriwayatkan telah bercerita kepada kami Ali bin Mundzir al-Kufi, telah bercerita kepada kami Muhammad bin Fudhail, telah bercerita kepada kami Al-A’masy, dari ‘Athiyyah, dari Abi Sa’id dan Al-A’masy, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Zaid bin Arqam yang berkata, ‘Rasulullah saw telah bersabda, ‘Sesungguhnya aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak akan tersesat sepeninggalku, yang mana yang satunya lebih besar dari yang lainnya, yaitu Kitab Allah, yang merupakan tali penghubung antara langit dan bumi, dan ‘itrah Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga datang menemuiku di telaga. Maka perhatikanlah aku dengan apa yang kamu laksanakan kepadaku dalam keduanya”

Dalam Tahdzib at Tahdzib jilid 7 hal 386 dan Mizan Al I’tidal jilid 3 hal 157, Ali bin Mundzir telah dinyatakan tsiqat oleh banyak ulama seperti Ibnu Abi Hatim,Ibnu Namir,Imam Sha’sha’i dan lain-lain,walaupun Ali bin Mundzir dikenal sebagai seorang syiah. Mengenai hal ini Mahmud Az Za’by dalam bukunya Sunni yang Sunni hal 71 menyatakan tentang Ali bin Mundzir ini “para ulama telah menyatakan ketsiqatan Ali bin Mundzir. Padahal mereka tahu bahwa Ali adalah syiah. Ini harus dipahami bahwa syiah yang dimaksud disini adalah syiah yang tidak merusak sifat keadilan perawi dengan catatan tidak berlebih-lebihan. Artinya ia hanya berpihak kepada Ali bin Abu Thalib dalam pertikaiannya melawan Muawiyah. Tidak lebih dari itu. Inilah pengertian tasyayyu menurut ulama sunni. Karena itu Ashabus Sunan meriwayatkan dan berhujjah dengan hadis Ali bin Mundzir”.

Muhammad bin Fudhail,dalam Hadi As Sari jilid 2 hal 210,Tahdzib at Tahdzib jilid 9 hal 405 dan Mizan al Itidal jilid 4 hal 9 didapat keterangan tentang beliau. Ahmad berkata”Ia berpihak kepada Ali, tasyayyu. Hadisnya baik” Yahya bin Muin menyatakan Muhammad bin Fudhail adalah tsiqat. Abu Zara’ah berkata”ia jujur dan ahli Ilmu”.Menurut Abu Hatim,Muhammad bin Fudhail adalah seorang guru.Nasai tidak melihat sesuatu yang membahayakan dalam hadis Muhammad bin Fudhail. Menurut Abu Dawud ia seorang syiah yang militan. Ibnu Hibban menyebutkan dia didalam Ats Tsiqat seraya berkata”Ibnu Fudhail pendukung Ali yang berlebih-lebihan”Ibnu Saad berkata”Ia tsiqat,jujur dan banyak memiliki hadis.Ia pendukung Ali”. Menurut Ajli,Ibnu Fudhail orang kufah yang tsiqat tetapi syiah. Ali bin al Madini memandang Muhammad bin Fudhail sangat tsiqat dalam hadis. Daruquthni juga menyatakan Muhammad bin Fudhail sangat tsiqat dalam hadis.

Al A’masy atau Sulaiman bin Muhran Al Kahili Al Kufi Al A’masy adalah perawi Kutub As Sittah yang terkenal tsiqat dan ulama hadis sepakat tentang keadilan dan ketsiqatan Beliau..(Mizan Al Itidal adz Dzahabi jilid 2 hal 224 dan Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar jilid 4 hal 222).Dalam hadis Sunan Tirmidzi di atas A’masy telah meriwayatkan melalui dua jalur yaitu dari Athiyyah dari Abu Said dan dari Habib bin Abi Tsabit dari Zaid bin Arqam.

Athiyyah bin Sa’ad al Junadah Al Awfi adalah tabiin yang dikenal dhaif. Menurut Adz Dzahabi Athiyyah adalah seorang tabiin yang dikenal dhaif ,Abu Hatim berkata hadisnya dhaif tapi bisa didaftar atau ditulis, An Nasai juga menyatakan Athiyyah termasuk kelompok orang yang dhaif, Abu Zara’ah juga memandangnya lemah. Menurut Abu Dawud Athiyyah tidak bisa dijadikan sandaran atau pegangan.Menurut Al Saji hadisnya tidak dapat dijadikan hujjah,Ia mengutamakan Ali ra dari semua sahabat Nabi yang lain. Salim Al Muradi menyatakan bahwa Athiyyah adalah seorang syiah. Abu Ahmad bin Adi berkata walaupun ia dhaif tetapi hadisnya dapat ditulis. Kebanyakan ulama memang memandang Athiyyah dhaif tetapi Ibnu Saad memandang Athiyyah tsiqat,dan berkata insya Allah ia mempunyai banyak hadis yang baik,sebagian orang tidak memandang hadisnya sebagai hujjah. Yahya bin Main ditanya tentang hadis Athiyyah ,ia menjawab “Bagus”.(Mizan Al ‘Itidal jilid 3 hal 79).

Habib bin Abi Tsabit Al Asadi Al Kahlili adalah Rijal Bukhari dan Muslim dan para ulama hadis telah sepakat akan keadilan dan ketsiqatan beliau, walaupun beliau juga dikenal sebagai mudallis (Tahdzib At Tahdzib jilid 2 hal 178). Jadi dari dua jalan dalam hadis Sunan Tirmidzi di atas, sanad Athiyyah semua perawinya tsiqat selain Athiyyah yang dikenal dhaif walaupun Beliau di ta’dilkan oleh Ibnu Saad dan Ibnu Main. Sedangkan sanad Habib semua perawinya tsiqat tetapi dalam hadis di atas A’masy dan Habib meriwayatkan dengan lafal ‘an (mu’an ‘an) padahal keduanya dikenal mudallis. Walaupun begitu banyak hal yang menguatkan sanad Habib ini sehingga hadisnya dinyatakan shahih yaitu:
1. Dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 109 terdapat hadis tsaqalain yang menyatakan bahwa A’masy mendengar langsung dari Habib.(lihat hadis no 3 di atas). Sulaiman Al A’masy yang berkata telah mendengar dari Habib bin Abi Tsabit dari Abu Tufail dari Zaid bin Arqam ra. Dan hadis ini telah dinyatakan shahih oleh Al Hakim.
2. Syaikh Ahmad Syakir telah menshahihkan cukup banyak hadis dengan lafal’an dalam Musnad Ahmad salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan dengan lafal ‘an oleh A’masyi dan Habib(A’masy dari Habib dari…salah seorang sahabat).
3. Hadis Sunan Tirmidzi ini telah dinyatakan hasan gharib oleh At Tirmidzi dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Turmudzi dan juga telah dinyatakan shahih oleh Hasan As Saqqaf dalam Shahih Sifat Shalat An Nabiy.

Semua hadis di atas menyatakan dengan jelas bahwa apa yang merupakan peninggalan Rasulullah SAW yang disebut Ats Tsaqalain (dua peninggalan) itu adalah Al Quran dan Ahlul Bait as. Sebagian orang ada yang menyatakan bahwa hadis itu tidak mengharuskan untuk berpegang teguh kepada Al Quran dan Ahlul Bait melainkan hanya berpegang teguh kepada Al Quran sedangkan tentang Ahlul Bait hadis itu mengingatkan bahwa kita harus menjaga hak-hak Ahlul Bait, mencintai dan menghormati Mereka. Sebagian orang tersebut telah berdalil dengan hadis Tsaqalain Shahih Muslim, Sunan Ad Darimi dan Musnad Ahmad yang memiliki redaksi kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, dan menyatakan bahwa dalam hadis tersebut tidak terdapat indikasi untuk berpegang teguh pada Ahlul Bait.

Terhadap pernyataan ini kami tidak sependapat dan dengan jelas kami menyatakan bahwa pendapat itu adalah tidak benar. Tentu saja sebagai seorang Muslim kita harus mencintai dan menghormati serta menjaga hak-hak Ahlul Bait tetapi hadis Tsaqalain jelas menyatakan keharusan berpegang teguh kepada Ahlul Bait dan hal ini telah ditetapkan dengan hadis-hadis yang shahih. Dalam hadis Tsaqalain Shahih Muslim, Sunan Ad Darimi dan Musnad Ahmad yang memiliki redaksi kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, juga tidak terdapat kata-kata yang menyatakan bahwa yang dimaksud itu adalah menjaga hak-hak Ahlul Bait, mencintai dan menghormati Mereka. Justru semua hadis ini harus dikumpulkan dengan hadis Tsaqalain yang lain yang memiliki redaksi berpegang teguh kepada Ahlul Bait atau redaksi Al Quran dan Ahlul Bait selalu bersama dan tidak akan berpisah. Dengan mengumpulkan semua hadis itu dapat diketahui bahwa peringatan Rasulullah SAW dalam kata-kata kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, tersebut adalah keharusan berpegang teguh kepada Ahlul Bait as.

Sebagian orang yang kami maksud (Ibnu Taimiyah dalam Minhaj As Sunnah dan Ali As Salus dalam Imamah Wal Khilafah). telah menyatakan bahwa hadis–hadis yang memiliki redaksi berpegang teguh kepada Ahlul Bait atau redaksi Al Quran dan Ahlul Bait selalu bersama dan tidak akan berpisah adalah tidak shahih. Kami dengan jelas menyatakan bahwa hal ini tidaklah benar karena hadis tersebut adalah hadis yang shahih seperti yang telah kami nyatakan di atas dan cukup banyak ulama yang telah menguatkan kebenarannya. Cukuplah disini dinyatakan pendapat Syaikh Nashirudin Al Albani yang telah menyatakan shahihnya hadis Tsaqalain tersebut dalam kitab Shahih Sunan Tirmidzi, Shahih Jami’ As Saghir dan Silsilah Al Hadits Al Shahihah .


Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761).
*****

2. Rujukan dalam bahasa Inggris: Follow Family of the Prophet (al-islam.org)
4. Rujukan dalam bahasa Arab: Ahlul Bait Nabi saw.

(Scondprince/Syafiqb/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Sabtu, 22 Oktober 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Ternyata 6 Kitab Tak Meriwayatkan Hadis Tsaqalain. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/10/ternyata-6-kitab-tak-meriwayatkan-hadis.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS