Setelah embargo ilegal Barat atas Iran dicabut, David Cameron Perdana Menteri Inggris melakukan dialog via telpon dengan Presiden Hasan Ruhani.
Tema pembicaraan kedua petinggi eksekutif negara ini berpusat pada kesempatan-kesempatan yang telah muncul setelah JCPOA dijalankan. Masalah pengeluaran via di kedubes masing-masing serta kemungkinan undangan untuk wakil Iran di pertemuan London untuk krisis Suriah juga dibicarakan.
Tentu, pembicaraan telpon antara kedua kepala negara ini dalam beberapa tahun terakhir sungguh tak tertandingi.
Menurut penilaian Ali Motahharniya salah seorang ahli dalam urusan internasional, sikap logis pemerintah Presiden Ruhani dalam menyikapi isu-isu dunia telah mendorong Cameron untuk berdialog dengan Iran. “Presiden Ruhani terbukti memahami realita yang sedang berkembang di dunia. Dengan tetapi memegang prinsip-prinsip nilai yang diyakini, ia melangkah di arena diplomasi dunia demi kepentingan rakyat,” ujarnya.
Untuk itu, Inggris pun melihat lahan dan peluang terbuka, dan mereka tidak mau ketinggalan dengan Amerika yang sedang berusaha berlomba-lomba untuk memeluk Iran.
Di samping itu, dengan cara memulai hubungan telpon, Inggris ingin memanggul tugas mediasi antara Iran dan Uni Eropa, serta memanfaatkan eksistensi Tehran untuk menuntaskan problematika regional yang sekarang sedang melanda.
Penilain Muhammad Shadiq Kusyki salah seorang dosen ilmu politik Universtas Tehran sedikit berbeda. Ia menekankan bahwa Inggris masih tetap memiliki cara pandang yang selama dimiliki terhadap negara-negara lain. Yakni cara pandang lebih tinggi dari yang lain. Tapi, sekalipun demikian, Inggris tetap tidak ingin ketinggalan dari rekan-rekan di Eropa untuk merebut pasar Iran.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar