“Tak satu negara manapun memiliki hak atas Iraq.”
Begitu hal ini ditegaskan oleh Ali Akbar Velayati, kepala Markas Riset Badan Penentu Kebijakan Negara Iran, kepada wartawan hari ini di sela-sela pertemuannya dengan Deputi Afrika dan Timur Tengah Brasil.
Dengan pernyataan tersebut, Velayati sebenarnya ingin mengingatkan seluruh elemen masyarakat dunia bahwa negara-negara yang merasa memiliki peran dalam kemenangan Iraq pasti akan menuntut hak warisan di masa mendatang.
Dalam menjawab pertanyaan wartawan sehubungan dengan hasil pertemuan Lausanne beberapa hari lalu, Velayati menegaskan, “Yang penting, kedua belah pihak harus bisa duduk bersama, baik mereka yang membantu rakyat dan Pemerintah Suriah maupun mereka yang mendukung kelompok-kelompok teroris. Dengan dialog yang gamblang akan terbuktikan bahwa Suriah memang berhak untuk membela diri dalam melawan teroris. Sampai pada batas ini, pertemuan Lausanne sangat positif.”
Velayati menandaskan, “Republik Islam Iran senantiasa mendukung Suriah di hadapan negara-negara pembela kelompok teroris. Kita berharap dapat diambil sebuah sikap tegas internasional untuk menangani para militan teroris dan negara-negara pembela teroris.”
Seorang wartawan menanyakan campur tangan Iran dalam operasi pembebasan Mosul dengan menggunakan Tank T-72, misil Rudal Syahab, Fajr, dan lain-lain, serta kendaran-kendaraan berlapis baja. Velayati menegaskan, “Informasi ini tidak benar. Apa yang sedang terjadi di Mosul adalah perjuangan rakyat dan Pemerintah Iraq untuk melawan kelompok-kelompok teroris serta para pendukung mereka.”
Menurut Velayati, campur tangan Iran dalam urusan Iraq hanyalah bersifat advisor dan itu pun setelah ada permintaan dari pihak Iraq.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar