Rasis Kepada Muslim, Cabut Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi!

Aung San Suu Kyi diwawancarai oleh Mishal Husain Husain untuk program Radio 4’s Today. (Foto: dailymail.co.uk)

Sebuah petisi meminta yang dukungan untuk dicabutnya penghargaan Nobel Perdamaian untuk pemimpin gerakan demokrasi di Myanmar, Aung San Suu Kyi, 70 tahun. Suu Kyi dalam pernyataannya dinilai rasis usai diwawancarai presenter muslim untuk acara BBC Today, Mishal Husain.
“Tak ada yang memberi tahu bahwa saya akan diwawancarai oleh seorang muslim,” kata Suu Kyi.

Petisi yang digulirkan oleh Emerson Yuntho telah mendapatkan sebanyak 20.345 pendukung. Petisi ditujukan kepada panitia Nobel di Norwegia, diantaranya, Chair of the Nobel Committee, Kaci Kullman Five dan Deputy Chair of the Nobel Committee Berit Reiss-Andersen.

Menurut Emerson, meski pernyataan Suu Kyi hanya satu kalimat, namun maknanya sangat mendalam bagi setiap orang yang mencintai perdamaian.

“Banyak orang yang terkejut bahwa kata-kata itu keluar dari mulut Suu Kyi, seorang pejuang demokrasi dari Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian tahun 2012. Pernyataan Suu Kyi yang bernada rasis barangkali hanya satu kalimat namun maknanya sangat mendalam bagi setiap orang yang mencintai perdamaian,” kata Emerson.

Menurutnya, tidak sedikit orang di sejumlah negara termasuk Indonesia yang kagum terhadap sosok Suu Kyi yang selama ini dikenal sebagai figur penyabar, berjuang dalam damai dan hingga akhirnya dapat merebut kekuasaan di Myanmar. Namun pernyataan Suu Kyi mempermasalahkan seorang jurnalis Muslim pada akhirnya membuat banyak orang kecewa dan marah. Hal ini juga membuka kembali pertanyaan dunia internasional tentang sikap Suu Kyi terhadap kaum minoritas Muslim di Myanmar.

Suu Kyi dinilai tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dialami oleh etnis minoritas Muslim Rohingya. Selama tiga tahun terakhir lebih dari 140 ribu etnis Muslim Rohingya hidup sengsara di kamp pengungsi di Myanmar dan di berbagai negara.

“Apa yang salah dari seorang Muslim, Suu Kyi? Bukankah Demokrasi dan Hak Asasi Manusia mengajarkan untuk menghormati setiap perbedaan keyakinan dan menjunjung tinggi persaudaraan. Apapun agamanya, harusnya Suu Kyi dan kita semua harus tetap saling menghormati setiap orang dan tidak bertindak diskriminatif sebagai sesama manusia,” ujarnya.

Menurut Emerson, sebagai pejuang demokrasi maka pernyataan bersifat rasis sungguh tidak pantas diucapkan karena merusak nilai-nilai demokrasi yang menghargai perbedaan keyakinan dan perbedaan. Sebagai peraih perdamaian pernyataan rasis justru membuat perdamaian menjadi semu, memunculkan sikap saling curiga bahkan konflik.

Nobel Perdamaian adalah penghargaan tertinggi yang diberikan khusus ‘untuk orang-orang yang memberikan upaya terbesar atau terbaik bagi persaudaraan antar bangsa…’ Nilai-nilai perdamaian dan persaudaraan ini harus tetap dijaga para penerima Nobel Perdamaian – termasuk Suu Kyi- hingga akhir hayatnya. Jika penerima Nobel tidak bisa menjaga ‘perdamaian’ maka demi perdamaian dan persaudaraan sudah selayaknya perhargaan yang diterimanya harus dikembalikan atau dicabut oleh Komite Nobel, “ tegasnya.

“Kami meminta Ketua Komite Nobel untuk mencabut Nobel Perdamaian yang diberikan untuk Suu Kyi. Hanya mereka yang sungguh-sungguh menjaga kedamaian yang layak menerima hadiah Nobel Perdamaian,” sambungya.

Dilansir dari Dailymail.co.uk, 24 Maret 2016, Suu Kyi tak dapat menahan emosinya setelah diwawancara oleh presenter BBC dalam Today Programme, Mishal Husain.

Kekesalan Suu Kyi disebabkan pertanyaan yang diajukan Husain kepada Suu Kyi mengenai penderitaan yang dialami umat muslim di Myanmar. Suu Kyi juga diminta mengecam mereka yang antimuslim dan melakukan berbagai tindak kekerasan sehingga umat muslim terpaksa meninggalkan Myanmar.

Pemimpin perlawanan junta militer Myanmar yang mendekam sebagai tahanan rumah selama 15 tahun itu menolak permintaan Husain. “Saya pikir di sana banyak, banyak orang Buddha yang juga meninggalkan negaranya untuk berbagai alasan. Ini penderitaan kami di bawah rezim diktator,” kata Suu Kyi.

Beberapa kali Husain mengajukan pertanyaan yang meminta Suu Kyi mengecam anti-Islam di Myanmar, tapi ia tetap menolaknya.

Peristiwa Suu Kyi marah setelah wawancara diungkapkan oleh Peter Popham, jurnalis dan penulis sejumlah buku, dalam buku terbarunya berjudul The Lady and the Generals: Aung San Suu Kyi and Burma’s Struggle for Freedom.

Mishal Husain merupakan presenter muslim pertama yang dimiliki BBC. Ibu tiga anak berdarah Pakistan ini mewawancarai Suu Kyi pada Oktober 2013. Namun kisah Suu Kyi marah atas wawancara itu baru terungkap dalam buku yang ditulis Popham.

Untuk mendukung pencabutan Nobel Perdamaian yang telah diberikan kepada Suu Kyi, silakan klik petisi ini” “Cabut Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi

(Daily-Mail/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Rabu, 03 Agustus 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Rasis Kepada Muslim, Cabut Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi!. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/08/rasis-kepada-muslim-cabut-nobel.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS