Dari sejak dahulu kala, hubungan Arab Saudi dengan negara tetangga di area selatan, Yaman, mengalami banyak pasang dan surut. Sudah berkali-kali kedua negara ini memasuki medan perang. Sekarang ini, Riyadh dengan disertai para sekutunya telah menyerang Yaman demi kepentingan-kepentingannya sendiri, sekalipun Riyadh mengklaim demi kepentingan kawasan Timur Tengah.
Menurut pandangan para analis, hubungan Arab Saudi dan Yaman termasuk salah satu hubungan terpelik di kawasan Timur Tengah, dan bahkan di dunia. Dari sejak dibentuk untuk pertama kali, Riyadh menilai Yaman berada di atas segala prioritas. Para raja Saudi senantiasa mengkhawatirkan setiap jenis perubahan dan perkembangan di perbatasan selatan mereka. Hal ini bisa dibaca dengan jelas dalam wasiat Abdul Aziz Al Sa‘ud sebagai pendiri dinasti untuk para keturunannya, “Kebaikan dan keburukan kalian berasal dari Yaman.”
Wasiat ini bisa menginterpretasi dan menganalisa setiap bentuk agresi yang dilakukan oleh Riyadh atas Yaman. Data-data sejarah membuktikan, para penguasa Saudi akan merasa tenteram dan tenang ketika Yaman menjadi sebuah negara lemah. Untuk itu, mereka selalu melakukan campur tangan dalam setiap pertikaian etnis dan kabilah. Campur tangan ini sampai pada sebuah campur tangan militer.
Banyak informasi dan data dari Arab dan Barat yang menganalisa faktor ketakutan dan kekhawatiran Riyadh terhadap Yaman serta seluruh perang yang pernah terjadi dari sejak puluhan tahun lalu hingga agresi militer yang terjadi baru-baru ini.
Beberapa tahun lalu, Gregory Gause seorang dosen ilmu politik di Universitas Fairmont Amerika pernah menulis, Arab Saudi memiliki dua tujuan di Yaman:
Pertama, mencegah setiap persatuan di Yaman. Tindakan ini bertentangan dengan Perjanjian Tha’if pada tahun 1934 antara kedua negara ini. Dalam perjanjian ini ditekankan masing-masing pihak mengakui kemerdekaan dan kedaulatan masing-masing negara.
Kedua, Arab Saudi berusaha keras supaya tak satu pun kekuatan asing memiliki pusat pertahanan yang berpengaruh di Yaman. Riyadh lebih memilih supaya seluruh rezim di benua ini memiliki sistem kerajaan dan hubungannya dengan Yaman tidak berbeda dengan hubungan dengan emirat-emirat kecil yang eksis di Teluk Persia.
Faktor-faktor yang pernah menyebar beberapa tahun lalu ini bisa menjadi jawaban untuk banyak pertanyaan tentang agresi militer Saudi ke Yaman dan alasan program-program Iran atau agama yang selalu diklaim oleh Riyadh. Riyadh tidak akan pernah bersedia mengizinkan sebuah kekuatan kokoh berdiri di Yaman.
Banyak variabel tentang agresi militer ini menunjukkan bahwa nasib campur tangan militer Arab Saudi ini sangat gelap. Untuk itu, Reuters menulis, jika Hautsi (Ansharullah) berhasil menguasai Aden sekalipun serangan membabi-buta koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi itu dilancarkan, maka mereka pasti akan mencegah Manshur Hadi kembali memasuki Yaman dan tujuan koalisi ini akan menjadi mentah.
Kekalahan pasti tengah menunggu para agresor. Mengapa? Para penguasa rezim Teluk Persia telah mengumumkan kepada Kantor Berita Prancis bahwa agresi ini akan memakan waktu selama enam bulan. Padahal sebelum ini, mereka memprediksikan bahwa agresi akan usai dalam satu bulan.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar