Saudara Raja Arab Saudi seraya mengecam sikap Mesir dan Pakistan yang lemah, mengungkapkan bahwa saudaranya Salman bin Abdul Aziz tidak cakap dalam mengatur negara.
Sebuah sumber informasi yang mengutip ungkapan saudara Raja Arab Saudi, Amir Thalal bin Abdul Aziz, mengatakan kepada Al-Manar, sengketa-sengketa kuat sedang terjadi di dalam kubu-kubu pemerintahan Al Saud, sedemikian sehingga Amir Thalal menegaskan bahwa perselisihan ini akan menggoncang pilar-pilar kekuasaan Al Saud.
Amir Thalal menjelaskan bahwa Raja sekarang ini tidak pandai mengelolah pemerintahan dan tidak ada kekuatan yang mampu menghadapi anaknya Muhammad bin Salman, Menteri Pertahanan, dan sang pangeran Muhammad bin Nayef. Kedua sosok ini tidak memiliki kelayakan dan keahlian, dan sangat mungkin kedua orang ini saling bentrok di masa yang akan datang.
Amir Thalal berkeyakinan bahwa Raja Abdullah bin Abdul Aziz, mantan raja Arab Saudi, berada dalam pengaruh kuat kubu Bandar bin Sultan dan Saud Faisal.
Sumber itu mengungkapkan, Talal bin Abdul Aziz telah mengirim surat kepada saudaranya Raja Salman sebelum operasi "Badai Mematikan" yakni serangan terhadap Yaman, supaya memperkuat pemerintahan dan menghilangkan konflik internal keluarga sebelum melakukan serangan terhadap Yaman.
Thalal memandang Yaman sebagai bahaya dan ancaman bagi stabilitas Arab Saudi, tapi pertama-tama harus memastikan keseriusan Pakistan dan Mesir dalam perang melawan Yaman.
Saudara Raja Salman Malik mengeritik Pakistan dan Mesir. “Dua negara ini lemah dan tidak tegas,” katanya. Tentang Rajab Tayyip Erdogan, Presiden Turki, dia mengatakan, “Erdogan adalah saudaraku dan dia tergesa-gesa menarik pemerintah Saudi ke medan perang.”
Sumber ini menegaskan, Talal khawatir tentang hubungan tegang antara anak-anak Raja Abdullah, Salman, dan Nayef bin Abdul Aziz. Sementara dia percaya bahwa anak-anak Sultan bin Abdul Aziz lebih berbahaya untuk semua keluarga.
Dia berharap Jordan, Amerika, Inggris, dan Perancis mendukung secara aktif politik Arab Saudi dan menentang kemajuan hubungan antara Tel Aviv dan Riyadh.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar