Akhir-akhir ini tersebar berita bahwa kelompok teroris ISIL di wilayah Fallujah, Iraq, mengeluarkan sebuah surat dengan judul besar “Persiapan untuk Sebuah Perang Besar”. Mereka meminta kepada seluruh anggota untuk mempersiapkan diri guna menyerang dan menghancurkan makam suci para imam Syiah.
Untuk mengupas perjalanan sejarah penentangan para penentang Ahlul Bait Rasulullah saw ini, kami melakukan wawancara dengan Hujjatul Islam Sayyid Ali Ridha Husaini seorang ahli hukum dan teologi berikut ini:
KBS: Mengapa makam suci para pembesar agama kita senantiasa mengalami ancaman dari para penentang di sepanjang sejarah?
Husaini: Makam suci para imam Ahlul Bait as dan para wali Allah memiliki tiga efek dan fungsi. Para penentang memahami efek dan fungsi ini. Untuk itu, mereka berusaha untuk mementahkannya.
Pertama, para penguasa lalim tahu bahwa para imam dan wali Allah adalah figur masyarakat. Makam suci mereka menjadi tempat berkumpul guna meniru sirah dan jejak langkah mereka, serta simbol persatuan di tengah masyarakat luas.
Kedua, para wali Allah itu senantiasa dilalimi oleh para penguasa lalim. Makam suci itu adalah pengingat terhadap seluruh kelaliman yang mereka alami.
Ketiga, makam suci itu adalah simbol ajaran Ahlul Bait as.
Lantaran tiga efek krusial ini, para penguasa tidak mengizinkan simbol-simbol yang bisa menyingkap kelaliman mereka tersisa di muka bumi ini.
Dengan demikian, makam-makam tersebut sedikit banyak telah menciptakan batasan-batasan dalam ruang gerak mereka untuk mengumbar hawa nafsu.
Dalam sejarah, kita menyaksikan Mutawakkil Abbasi berusaha untuk memusnahkan makam suci Imam Husain as. Ia malah menciptakan area makam tersebut sebagai lahan pertanian.
Dalam rangka ini, Mutawakkil juga menciptakan hadis-hadis palsu yang melarang membangun kuburan.
KBS: Bisakah Anda sebutkan satu contoh hadis dalam hal ini?
Husaini: Dalam kitab Al-Muwaththa’ karya Malik bin Anas terdapat sebuah riwayat bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah! Janganlah Engkau jadikan makamku sebagai patung yang disembah. Allah murka terhadap sebuah kaum yang menjadikan makam para nabi mereka sebagai masjid.”
Jelas, hadis ini dibuat atas pesanan dinasti Bani Abbasiah yang sangat memusuhi Ahlul Bait Rasulullah saw.
Kepalsuan hadis-hadis semacam ini sangat jelas. Di sepanjang sejarah, kita tidak pernah mengenal sebuah umat yang memperoleh siksa Ilahi lantaran menghormati para nabi mereka. Sebaliknya, Allah yang telah menjadikan Ka‘bah sebagai kiblat Muslimin ini meletakkan makam-makam suci para nabi di sekelingnya, termasuk makam Nabi Ismail di Hijir Ismail.
Dengan demikian, para penguasa lalim itu melakukan kejahatan seperti ini hanya guna melawan Ahlul Bait as. Setiap kali mereka berkuasa, mereka pasti memusnahkan kuburan para wali Allah.
Sebagai lawan mereka, masyarakat muslim dunia tidak pernah mengindahkan hadis-hadis palsu tersebut. Mereka tetap setia menghormati makam suci Rasulullah saw dan para pembesar Islam.
Lebih dari itu, makam suci Rasulullah saw terletak di dalam Masjid Nabawi. Pembangunan makam beliau ini terwujud pada abad kedua dan ketiga Hijriah. Jika hal ini termasuk manifestai penyembahan berhala atau menentang Sunnah beliau, tentu Muslimin tidak lagi pernah menghormati makam beliau.
KBS: Sampai di manakah kelompok takfiri mengikuti jejak Bani Abbasiah dalam hal ini?
Husaini: Di kalangan salafi, Ibn Taimiah dan para muridnya meyakini bahwa kuburan harus dimusnahkan. Tetapi, mereka tidak pernah memegang kekuasaan sehingga mampu melakukan keyakinan ini. Murid Ibn Taimiah yang bernama Ibn Qayyim juga menekankan masalah ini. Hal ini bisa kita lihat dalam kitab Zād Al-Ma‘ād, hlm. 661.
Orang-orang ini sangat berani menilai Sunnah Nabawi sebagai bid’ah dan malah menyebutnya sebagai penyembahan berhala. Tujuan utama mereka hanyalah mewujudkan penyelewengan di tengah masyarakat.
Untuk itu, setelah Muhammad bin Abdul Wahhab berhasil memegang tampuk kekuasaan dengan bantuan Inggris dan nenek moyang Al Saud juga berjabatan tangan dengan Inggris, mereka berani melakukan kejahatan-kejahatan tersebut.
KBS: Apakah aksi-aksi tersebut berhasil membuahkan hasil yang mereka inginkan?
Husaini: Sebaliknya. Malah efek negatif yang mereka tuai. Sekarang, ketika kita berziarah ke Madinah, kita akan menyaksikan gerombolan Muslimin berkumpul di sisi makam suci Rasulullah saw. Mereka juga berasal dari kalangan Ahli Sunnah. Ketika pintu pekuburan Baqi‘ dibuka, para jamaah datang berduyun-duyun untuk berziarah.
Berkenaan dengan kelompok takfiri seperti ISIL, mereka terbagi dalam tiga kelompok:
Pertama, kelompok yang bermain di belakang layar dan menafsirkan hadis-hadis sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Kedua, kelompok yang hanya bermain sebagai alat bagi kelompok pertama.
Ketiga, kelompok yang menjadi kaki tangan mereka lantaran disinformasi.
Sekalipun mereka berusaha untuk menguasai kawasan ini, mereka tidak pernah berhasil mewujudkan cita-cita mereka. Para pecinta Ahlul Bait as hari demi hari semakin membludak untuk berziarah ke makam suci para imam Ahlul Bait as.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar