Perseteruan Iran dan Arab Saudi meletus setelah Syaikh Nimr Al-Nimr dieksekusi mati. Kasus ini pun menuai pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh Riyadh.
Keputusan gegabah Arab Saudi ini telah memunculkan efek-efek negatif di pasar negeri petrodolar ini. Efek yang paling jelas adalah penurunan harga mata uang riyal dan kekisruhan pasar Arab Saudi.
Gelombang efek negatif ini pun terus menggelora dan mencapai industri gaz Saudi. Menurut pengakuan Muhammad Husain Adili, Sekjen Asosiasi Negara-negara Pengekspor Gaz, lantaran kekurangan gaz, 50 persen pabrik petrokimia Arab Saudi kosong dan tak terpakai. Untuk itu, guna mengalokasikan budget sebesar 100 milyar dolar di bidang petrokimia, Riyadh tidak memiliki jalan lain kecuali harus mengimpor gaz dari Qatar atau Iran.
Fars dalam sebuah analisa menegaskan, hubungan diplomatik dengan Iran bisa memaksakan kerugian sebesar 3 milyar dolar kepada Riyadh. Apabila pemutusan hubungan diplomatik ini mencegah jamaah haji Iran masuk, maka Arab Saudi terpaksa harus menguras kocek sendiri sebesar milyaran dolar. Untuk setiap tahun, 100 ribu kepala memasuki Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Lebih dari itu, 500 ribu orang juga memasuki negara ini guna menunaikan ibadah umrah. Pada tahun 2015 lalu, Iran memegang saham sebesar 5 persen dari 2 juta jamaah haji.
Menurut pengakuan seorang ekonom Saudi, pada tahun 2015 lalu, Arab Saudi mengantongi pendapatan sebesar 18,6 milyar dolar dari ibadah haji. 8,5 milyar dari seluruh pendapatan ini diperoleh dari haji tamatu‘. Jumlah ini sama dengan 10 persen pengasilan minyak Arab Saudi.
Menurut Kantor Dagang Makkah, setiap jamaah haji harus mengeluarkan rata-rata 5 ribu dolar. Dengan demikian, Arab Saudi akan kehilangan pendapatan sebesar 500 juta dolar apabila jamaah haji Iran dilarang masuk. Jika biaya umrah dan haji juga ditambahkan, maka kerugian Kerajaan Arab Saudi akan mencapai 3 milyar dolar dalam setahun.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar