Siapa Pangeran Arab Saudi? Berikut Ulasannya


Tidak lama setelah memegang tampuk kekuasaan Arab Saudi, Raja Salman perlahan-lahan mulai memperkuat kekuatan yang sekarang berada dalam genggamannya itu. Ia memilih dua orang dari generasi ketiga keluarga kerajaan Saudi guna memperkokoh kekuasaan itu: Pangeran Muhammad bin Nayef yang sekarang berada dalam posisi pengganti putra mahkota dan menteri negara dan Muhammad bin Salman, anaknya sendiri.

Muhammad bin Salman sekarang menjabat sebagai menteri pertahanan dan kepala dewan kerajaan. Selama ini, kekuasaan Arab Saudi tersebar dalam puluhan kekuatan politik. Tetapi, sekarang setelah kekuasaan disatukan dalam genggaman Salman, hal ini tentu akan membulkan banyak perseteruan di kalangan anggota kerajaan. Pergantian-pergantian ini juga memunculkan beberapa pertanyaan penting. Salah satunya adalah bagaimanakan hubungan Arab Saudi-Amerika yang sempat keruh lantaran beberapa masalah seperti peristiwa 11 September, perang Iraq, Arab Spring, dan lain-lain akan dimanajemen kembali pada era kekuasaan Salman ini?


Kerajaan dengan Seribu Keturunan

Dari sejak Raja Faishal berkuasa (1961-1975), kekuasaan yang berpengaruh dalam mengambil setiap keputusan di Arab Saudi dibagi-bagi di antara saudara-saudara tiri yang membela Faishal melawan seorang saudara yang lebih besar di kalangan kerajaan Saudi (1953-1964) kala itu. “Partai Faishal” ini dari sejak saat itu memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan raja yang harus berkuasa: Khalid (1975-1982), Fahd (1982-2005), Abdullah (2005-2012), dan sekarang Salman.

Partai Faishal ini juga memiliki kekuatan kontrol atas posisi-posisi penting di kerajaan, seperti Kementerian Pertahanan (pada masa Pangeran Sultan) dan Kementerian Negara (pada masa Pangeran Nayef). Tetapi, kedua pangeran ini telah keburu menyambut ajal sebelum sempat mencicipi kemanisan posisi menjadi raja.

Dari seluruh saudara tiri Abdullah, Salman memiliki usia yang lebih tua. Tetapi, seluruh anggota partai, melalui kontrol atas posisi-posisi penting birokrasi dan proses penentu keputusan yang ambigu tapi sangat berpengaruh masih memiliki kekuatan yang tidak bisa dihitung.

Tetapi, usia partai Faishal sudah mulai berakhir. Salman adalah anggota terakhir partai ini. Muqran, putra mahkota Salman, masih sangat muda sehingga ia tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi desas-desus politik; desas-desus yang mampu mengantarkan partai tersebut ke puncak kekuasaan di era 1960-an.

Setelah kemusnahan satu generasi, Salman menghadapi kesempatan untuk merenovasi proses pengambilan keputusan di negaranya. Daripada harus mereproduksi sistem kuno pengambilan keputusan di kalangan generasi berikut yang terdiri dari para pengeran yang berpengaruh, ia malah memfokuskan kekuasaan di tangan dua orang anggota generasi ketiga melalui sebuah hukum kerajaan pada tanggal 29 Januari lalu.

Mungkin kita tidak terlalu heran menyaksikan keberadaan dua orang kuat baru di piramida kekuasaan Arab Saudi ini.

Muhammad bin Nayef (55 tahun) dari sejak ayahnya mati pada tahun 2012 lalu telah menjabat sebagai menteri negara; yakni kepala kepolisian. Sebelum itu, ia memegang jabatan sebagai wakil menteri dan penanggung jawab badan strategi anti terorisme di paruh era 2000-an. Ia dikenal sebagai seorang manajer yang memiliki skill dan seorang ahli strategi yang sangat berpengaruh. Tetapi, ia juga dikenal sebagai “lawan para penentang politik”.

Dari sejak Arab Spring meletus, Muhammad bin Nayef memanajemen aksi pembasmian para aktifis politik, baik dari kalangan Islamis maupun liberal. Ia bekerja sama erat dalam bidang intelegen dengan Amerika Serikat untuk memerangi terorisme, dan memiliki posisi yang tinggi di Washington.

Untuk itu, sangat beralasan mengapa Salman memilih Muhammad bin Nayef sebagai wakil untuk putra mahkota dan menunjuknya sebagai seorang pemimpin pertama dari kalangan para pangeran satu generasi. Sekalipun penunjukan ini bukanlah jaminan ia pasti menjadi raja, karena Salman bisa saja menghapus posisi tersebut dan Muqran juga bisa melakukan hal yang sama, tetapi paling tidak dapat memposisikan Muhammad Nayef sebagai kemungkinan pewaris setelah Muqran. Jika kondisi ini berjalan mulus sebagaimana yang ada sekarang ini, Muhammad bin Nayef dapat memusnahkan problem yang mungkin terjadi dalam proses perpindahan kekuasaan kepada generasi mendatang.

Salman juga menunjuk Muhammad bin Nayef sebagai kepala Komite Urusan Politik dan Keamanan yang baru saja dibentuk. Komite ini baru dibentuk oleh Salman dalam rangka memuluskan pelaksanaan proses politik negara.

Orang kedua yang ditunjuk dalam piramida kekuasaan baru Salman lebih menakjubkan dan—dalam beberapa kasus—lebih bisa menciptakan problem. Salman memberikan banyak kekuasaan dan sayap kepada anaknya yang masih muda ini.

Pangeran Muhammad bin Salman (34 tahun) jauh lebih muda dibandingkan dengan misanannya sendiri, Muhammad bin Nayef. Berbeda dengan anggota kerajaan yang segenerasi dengannya, Muhammad bin Salman tidak melanjutkan studi di luar negeri. Ia tidak pernah menduduki posisi penting di jajaran kerajaan. Setelah Salman dipilih sebagai putra mahkota, Muhammad dipilih sebagai kepala kantor ayahnya. Sekarang, pangeran muda dan belum berpengalaman ini memiliki tiga posisi penting: menteri pertahanan yang mengontrol seluruh kekuatan militer Arab Saudi, kepala Dewan Kerajaan yang sejajar dengan kepala para pegawai Gedung Putih di Amerika; dialah orang yang menentukan siapakah yang berhak bertemu dengan ayahnya dan siapa yang tidak boleh bertemu, dan kepala Komite Ekonomi dan Pembangunan yang bertugas melakukan koordinasi ekonomi di dalam tubuh kerajaan ini.

Dengan memberikan kekuasaan penuh kepada dua pangeran itu, Salman telah memotong tangan para pengeran yang lain. Dalam hukum kerajaan pada tanggal 29 Januari lalu, dua Raja Abdullah yang sedang sakit diberhentikan dari posisi penting kenegaraan di Riyadh dan Makkah. Pangeran Bandar bin Sultan yang merupakan duta untuk Washington selama bertahun-tahun dan bisa menuntaskan setiap problem kerajaan ditunjuk sebagai kepada Dewan Kemanan Nasional yang kemudian dibubarkan. Khalid al-Faishal anak Abdullah yang sudah renta dipecat dari Kementerian Pendidikan dan dikembalikan ke posisi sebelum itu sebagai gubernur Makkah. Ini bukan penurunan jabatan, tetapi sebuah usaha untuk menjauhkannya dari ibukota.


Amerika Ketar-ketir
Untuk Amerika, masalah yang paling urgen dalam masa transisi ini adalah kerja sama militer. Kerja sama bidang inteligen yang selama ini dimanajemen oleh Muhammad bin Nayef sekarang dipegang oleh Muhammad bin Salman sebagai Menteri Pertahanan. Pandangannya sehubungan dengan masalah hubungan Amerika-Arab Saudi belum diketahui masyarakat umum. Tetapi, tidak harus ia merubah bentuk kerja sama Riyadh-Washington yang telah berlansung selama bertahun-tahun secara radikal. Hubungan dekat dengan Amerika adalah salah satu bagian dari kesepakatan politik yang telah berhasil mempersatukan partai Faishal selama bertahun-tahun. Sangat mustahil siasat ini akan berubah secepat itu.

(Shabestan/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Selasa, 12 Januari 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Siapa Pangeran Arab Saudi? Berikut Ulasannya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : https://abnsnews.blogspot.com/2016/01/siapa-pangeran-arab-saudi-berikut.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS