Warga Kristen Pakistan yang tewas oleh teror bom teroris Taliban
Gerombolan teroris yang berafiliasi dengan Taliban Pakistan, TTP, Jamatuh Ahrar melakukan serangan mematikan dengan mengebom dua gereja di Lahore, Pakistan Barat, tepat saat ibadah minggu sedang berlangsung, 15 Maret 2015. Dilaporkan sekitar 50 orang tewas seketika dan puluhan lainnya terluka.
Dirilis Al Jazeera, juru bicara kepolisian Punjab, Nabila Ghanzafar, mengatakan bahwa gereja tersebut adalah Gereja Katolik Roma dan Gereja Kristus. “Kelompok sempalan Taliban Pakistan (TTP) mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut,” ucapnya.
Pihaknya menduga bahwa serangan ini terjadi setelah perundingan damai diantara pemerintah dan teroris Taliban mengalami jalan buntu. Dan kelompok teroris itu terus menyasar umat Kristen sebagai target untuk dibunuh.
Paus Fransiskus menyatakan turut merasakan kepedihan besar korban bom bunuh diri di dua geraja Pakistan pada Ahad.
“Itu gereja Kristen, umat Kristiani dibunuh, saudara-saudara kami menumpahkan darah hanya karena keyakinan mereka sebagai pemeluk Kristiani,” kata Paus.
Kepada jamaah, yang berkumpul di lapangan St Peter di Vatikan, Fransiskus mengatakan bahwa dia berdoa untuk Pakistan dan “untuk berakhirnya pembunuhan terhadap kelompok Kristen”.
Kaum Kristen di Pakistan adalah kelompok minoritas yang hanya berjumlah dua persen dari keseluruhan populasi yang mencapai 180 juta penduduk.
Sejak 2013 lalu, kelompok teroris ini telah melakukan pembunuhan besar-besaran dengan melakukan serangan bom di sebuah gereja di Peshawar dan menewaskan 80 orang. Serangan tersebut hingga saat ini merupakan yang terbesar dalam sejarah umat Kristen di Pakistan.
Bom bunuh diri pada Minggu adalah insiden terburuk sejak serangan serupa pada 2013 di Peshawar pada September 2013 yang menewaskan 82 orang.
Serangan pada 2013 itu muncul setelah lebih dari 3.000 Muslim membakar sekitar 100 rumah di kawasan Joseph Colony yang merupakan perumahan penduduk Kristen di Lahore.
Bom bunuh diri pada Minggu merupakan serangan besar pertama oleh Taliban setelah tiga dari faksi besar pada Kamis menyatukan diri.
Dari sisi pemerintah, pihak Pakistan tengah melancarkan operasi besar-besaran untuk memberantas kelompok garis keras sejak serangan kelompok bersenjata di sekolah Peshawar pada Desember tahun lalu yang menewaskan 150 nyawa–sebagian besar di antara mereka adalah anak-anak.
Sejak saat itu, memoratorium hukuman mati langsung dicabut dan militer diberi kekuasaan untuk melakukan pengadilan mandiri demi mempercepat penyelesaian kasus terorisme.
Demonstrasi
Ledakan bom di luar dua gereja di Kota Lahore, Pakistan, saat ibadah Minggu menewaskan 14 orang dan melukai 80 orang lain.
Ledakan di luar dua gereja di timur Lahore tersebut, terjadi berselang beberapa menit. Kepolisian mengatakan pengebom mengincar kedua gereja tersebut, satu gereja Katolik dan yang lain Protestan, yang jaraknya berdekatan.
Setelah peristiwa tersebut, penduduk yang marah, menggantung dua orang, yang diduga terlibat dalam pengeboman tersebut, kata sumber kepolisian.
Selain itu, mereka juga menghancurkan toko dan menyerang kendaraan. Polisi dan beberapa politisi juga berada dalam kekacauan tersebut.
Milisi bersenjata di Pakistan menyerang penganut Kristen dan agama kecil lain dalam sepuluh tahun belakangan. Banyak yang menyalahkan pemerintah karena tidak memberikan perlindungan maksimal kepada mereka.
Kepolisian Pakistan diketahui tidak terlatih dengan baik dan kurang pendanaan.
Lahore adalah Ibu Kota Provinsi Punjab, provinsi paling kaya dan paling padat penduduk di Pakistan. Di sini juga menjadi pusat pemerintahan negara, di mana Perdana Menteri Nawaz Sharif berada.
Keadaan Lahore secara umum aman bila dibandingakan dengan daerah lain di Pakistan, namun kekerasan meningkat setelah pemerintah gagal mengadakan pembicaraan perdamaian dengan Taliban pada 2014.
Setelah dialog tersebut gagal, tentara pemerintah melancarkan serangan ke wilayah barat laut terpencil, Waziristan Utara di sepanjang perbatasan Afganistan untuk mengusir pasukan Taliban dari wilayah utama terakhir yang mereka kuasai.
Pada saat ini, pemerintah menguasai wilayah utama di Pakistan, namun menurut masyarakat hal itu tidak lepas karena para milisi melarikan diri sebelum serangan dilakukan dan yang lainnya tetap berada di daerah pedesaan, demikian dilaporkan Reuters.
Sementara itu, pada Minggu, demonstrasi dari kelompok Kristen juga muncul di sejumlah kota lain di Pakistan, termasuk yang terbesar, yaitu Karachi di mana sekitar 200 pengunjuk rasa membakar ban dan menutup jalanan utama.
Serangan bom bunuh diri itu kemudian memicu demonstrasi dari 40.000 pemeluk Kristiani di wilayah yang sama. Sebagian besar di antara mereka melakukan aksi kekerasan dengan merusak sejumlah kendaraan dan bus kota.
Akibat kerusuhan tersebut, dua orang yang diduga anggota kelompok garis keras tewas.
Bom bunuh diri itu terjadi di dua gereja yang terpisah sejauh setengah kilometer di kota Youhanabad, tempat tinggal lebih dari 100.000 pemeluk agama Kristen.
“Kami menerima 14 mayat dan 70 pasien luka-luka,” kata Dokter Muhammad Said Sohbin dari rumah sakit umum setempat tanpa menambahkan dua terduga anggota kelompok garis keras yang tewas akibat kerusuhan dan dua pelaku bom bunuh diri.
Juru bicara kepolisian Nabila Ghafanzar mengatakan bahwa para demonstran memukuli dua orang yang mereka duga terkait dengan pengeboman.
Terkait pelaku faksi dari kelompok Pakistan Taliban, Jamaat-ul-Ahrar, mengaku bertanggung jawab atas serangan dan menyebut bom bunuh diri pada Minggu sebagai bagian dari penegakan Syariah Islam.
Secara umum di Pakistan, sebanyak dua persen dari 180 juta penduduk adalah pemeluk agama Kristen.
(Al-Jazeera/Satu-Islam/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar