Putri Ashraf Pahlavi pada tahun 1954. (Foto: Getty Images via NY Times)
Putri Ashraf Pahlavi, saudari kembar dari shah Iran yang terakhir dan terkenal karena kemampuan diplomasi serta insting politiknya yang tajam, meninggal pada Kamis (7/1) kemarin dalam usia 96 tahun.
Menurut penasihatnya, Robert F Armao, putri meninggal karena "usia lanjut".
Armao mengatakan Putri Ashraf meninggal saat tidur di rumahnya di Eropa, namun dia tidak bersedia menyebutkan nama negara demi alasan keselamatan keluarga mendiang.
Sang putri adalah sekutu dekat dan pendukung utama saudara kembarnya, Shah Mohammed Reza Pahlavi, yang tersingkir pada revolusi 1979 dan kekuasaan kerajaan digantikan oleh pemerintahan Repubik Islam.
Menurut dokumen sejarah CIA, sang putri juga memainkan peran krusial dalam kudeta militer yang dibantu Inggris dan Amerika untuk menggulingkan Perdana Menteri Mohammed Mossadegh pada 1953 dan mengembalikan saudaranya ke singgasana kerajaan.
Putri Ashraf dikenal sebagai "pribadi yang sangat tangguh dan tokoh feminis yang sangat kuat," kata Andrew Cooper, dosen hubungan Amerika-Iran di Columbia University.
Perjuangannya untuk hak-hak perempuan dan anak-anak membuatnya memiliki banyak pengagum di kalangan generasi muda Iran, kata Cooper, yang juga menulis buku tentang kerajaan Iran.
Sedangkan Armao, yang mengaku telah menjadi penasihat putri selama hampir 40 tahun, menggambarkannya sebagai seorang diplomat berprestasi, yang membangun hubungan Tiongkok dengan Iran, dan menjabat sebagai kepala delegasi Iran di PBB selama lebih dari satu dekade.
Dia meninggalkan seorang putra, Pangeran Chahram Pahlavi; lima cucu; dan sejumlah cicit. Putra keduanya, Shahriar Pahlavi, dibunuh di sebuah jalan di Paris pada 1979.
(Berita-Satu/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar