Pengakuan Mossad Ungkap Hubungan Gelap Arab Saudi – Israel yang Merugikan Umat Islam.
Arab Saudi tidak akan pernah memberikan dukungan keuangan dan senjata kepada Palestina, karena Raja Ibn Saud memandang gerakan nasional Palestina sebagai ancaman bagi stabilitas di kawasan Timur Tengah.
*****
Mantan Kepala Intelijen Luar Negeri Israel “Mossad”, Efraim Halevy dalam pernyataannya secara blak-blakan mengungkap aspek terselubung dari peran Arab Saudi dalam konflik Arab – Israel, keengganannya dalam memberikan bantuan kepada Palestina, dan hubungan tersembunyi dengan Arab Saudi selama dekade terakhir.Kantor berita al-Alam News melaporkan Efraim Halevy dalam videonya yang dipublikasikan di sosial media, mengatakan kami sudah terbiasa menduga bahwa Al Saud akan menentang pendudukan Yahudi di tanah Palestina dan Arab Saudi. Tapi baru-baru ini buku yang ditulis “Mikhail Khanuv” sebagai tesis Doktoralnya menunjukkan fakta menakjubkan tentang kebijakan politik Arab Saudi terhadap Palestina pada dekade ketiga dan keempat pada abad 19.
Halevy mengatakan “Mikhail” adalah sahabatku, dan seorang pemberani, yang mengabdikan hidupnya untuk penelitian, dan menulis sebuah buku yang membuktikan teorinya. Bab terakhir bukunya diberi judul, “Hubungan Arab Saudi dengan Yudaisme dan Zionisme”.
Dalam bukunya ia menjelaskan tidak mengherankan jika Ben Gurion dan Moshe Shertok pada tahun 80 an mengadakan pertemuan dengan beberapa penasihat senior Saudi di London. Dalam pertemuan itu, Ben Gurion kepada “Hafiz Wahbah” salah satu penasihat senior yang notabenenya berasal dari Mesir (kebanyakan penasihat raja-raja Saudi adalah warga negara non-Saudi, untuk mencegah konspirasi) mengatakan, “Saya yakin anda tahu bahwa hanya Raja Saudi yang dapat mempengaruhi rekonsiliasi bersejarah antara Arab dan Israel.
Hubungan Mesra Raja Salman dan Netanyahu
Penulis lebih lanjut menyatakan bahwa Arab Saudi dengan kekeyaan yang berlimpah tidak akan memberi bantuan keuangan dan senjata kepada Palestina, mereka hanya menawarkan rancangan perdamaian, yang penting rencana Abdullah (sewaktu menjabat sebagai putra mahkota, dan saat Efraim Halevy mengungkap ini, ia telah menjadi raja) dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Tapi yang paling aneh dari itu, ia tidak mengisyaratkan penyelesaian pengungsi Palestina yang saat itu dalam kondisi memprihatinkan.
Efraim Halevy menegaskan bahwa ini adalah politik nyata Saudi dalam kasus yang paling optimis. Raja Salman kurang dari sebulan lalu, mengatakan kebijakan politik Arab Saudi di Timur Tengah terangkum dalam dua kata; keamanan dan stabilitas di dalam dan stabilitas di luar, ini hal yang ditunggu dan dicari oleh PM Israel Netanyahu.
Raja Fahd Berobat di Israel
Mikhail dalam bukunya tentang perang dunia II mengungkap bahwa Raja Fahd mengadakan pertemuan dengan kedua putra Raja Ibn Saud (pendiri House of Saud) ketika menjalani pengobatan di rumah sakit Hadassah Jerusalem.
“Berdasakan pengakuan, Raja Fahd melakukan perjalanan ke Israel untuk pengobatan”
Salah satunya adalah Amir Mansour, yang kemudian menjadi Menteri Pertahanan Arab pertama dan yang kedua dengan secarik kertas yang lengkap dengan kop surat kerajaan Arab Saudi, mengirimkan ucapkan terima kasih dan penghormatan kepada para perawat dan dokter rumah sakit Hadassah, yang lengkap dengan tanda tangan Raja Fahd. Raja Fahd memimpin kerajaan Arab Saudi mulai tahun 1985-2002 sebelum akhirnya kedudukan ini diserahkan kepada Raja Abdullah bin Abdul Aziz, si pengirim surat itu. Tentu dua pangeran ini tanpa persetujuan Raja Ibn Saud tidak mungkin bisa pergi ke rumah sakit Hadassah di Jerusalem.
Ada banyak poin dalam buku itu yang membuktikan bahwa Arab Saudi tidak akan pernah memberikan dukungan keuangan dan senjata kepada Palestina, karena Raja Ibn Saud memandang gerakan nasional Palestina sebagai ancaman bagi stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Raja Abdullah pun sebelumnya berusaha memberangus masalah Palestina, dengan memberikan pengakuan resmi kepada negara Israel.
Lihat Video Pengakuan Mossad Ungkap Hubungan Gelap Arab Saudi-Israel Merugikan Kawasan Timur Tengah:
(Islam-Institute/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar