Kelompok teroris Da‘isy melarang khatib Jumat untuk membacakan khutbah di Masjid Baha’uddin yang terletak di kawasan Al-Najjar, barat Mosul, lantaran menolak berbaiat kepada Da‘isy.
Sebagai ganti khatib tersebut, Da‘isy menggantikannya dengan militan Da‘isy yang lain.
Khatib resmi itu tetap meneriakkan khutbah dengan lantang sembari menyatakan penentangan terhadap Da‘isy. Pihak keamanan Da‘isy pun tidak memiliki jalan lain kecuali menurunkannya dari mimbar.
Khatib kedua tidak panjang lebar membacakan khutbah. Khutbahnya hanya berlangsung selama 5 menit. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat supaya bersedia berperang untuk Da‘isy.
Para saksi mata menyatakan, tindakan ini membuat masyarakat jijik kepada Da‘isy. Mereka mengambil keputusan untuk tidak mengikuti salat Jumat di masa mendatang. Mereka menegaskan, dosa salat Jumat ini lebih besar daripada pahalanya.
Menurut sorang warga Mosul, masjid-masjid kota ini telah berada dalam cengkeraman orang-orang yang berlumuran darah masyarakat.
Saluran televisi Mushaliyyun mengajak seluruh penduduk untuk bersatu dan menyatakan slogan “tidak untuk Baghdadi dan gangnya”, “tidak untuk para pengkhianat”, dan lain-lain.
Menurut penduduk Mosul, Atsil An-Nujaifi mantan gubernur Mosul adalah penyebab utama keruntuhan kota dan sekarang dikuasai oleh Da‘isy. Ketika Da‘isy menyerang, ia memerintahkan kepada seluruh aparat yang berwenang supaya jangan melakukan perlawanan. Sebaliknya, mereka harus melarikan diri dengan cara apapun.
(Al-Masallah/Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar