Foto dari akun Twitter jurnalis Iran menunjukkan Kedutaan Besar Arab Saudi yang dibakar pengunjuk rasa di Teheran, Iran, Ahad (3/1).
Hubungan Saudi dan Iran memburuk setelah Riyadh mengeksekusi ulama Syiah Nimr al-Nimr. Kedutaan besar Saudi di Teheran dirusak
Demonstran menghancurkan barang-barang dan menyalakan api sebelum dipadamkan polisi. Sejumlah pengunjuk rasa jug sempat melepaskan bom molotov. Serangan tersebut mendapat kecaman dari Saudi. Riyadh pun memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Seperti dikutip Reuters, konflik Iran dan Saudi bukanlah pertama kali terjadi. Berikut hubungan politik kedua negara setelah Revolusi 1979.
Selanjutnya baca disini: http://abnsnews.blogspot.com/2016/01/sebelum-para-demonstran-tiba-kedubes.html
Revolusi Iran 1979
1979, Revolusi Iran
Arab Saudi terkejut mendengar sekutunya di Iran Mohammad Reza Pahlevi dikudeta oleh ulama Syiah. Riyadh menyalakan alarm, dan menganggap revolusi tersebut akan ditularkan ke Saudi.
Kapal Perang Iran
1980-1988, Perang Iran-Irak
Iran marah setelah Saudi mendukung Irak dalam perang 1980-1988. Baghdad dituding menggunakan senjata kimia selama pertempuran. Irak saat itu masih di bawah kepemimpinan rezim Saddam Hussein.
Pemandangan kota suci Makkah dari udara.
1987, Insiden Makkah
Hubungan antara Saudi dan Iran memanas pada Juli 1987 ketika 402 jamaah, 275 di antaranya dari Iran terbunuh ketika terjadi bentrokan di Kota Suci Makkah. Insiden memicu aksi protes. Di Teheran, demonstran turun ke jalan dn menduduki kedutaan Saudi. Mereka juga membakar kedutaan Kuwait. Diplomat Saudi Mousa'ad al-Ghamdi terbunuh di Teheran akibat luka setelah jatuh dari kedutaan.
Mantan presiden Iran Moh Khatami
1999, Hubungan Membaik
Hubungan Iran dan Saudi sedikit mencair. Raja Fahd memberikan selamat setelah Mohammad Khatami terpilih menjadi presiden Iran pada 2001. Fahd menilai Khatami akan memberlikan kebijakan reformis. Khatami berupaya untuk memulihkan hubungan dengan Riyadh setelah sebelumnya menang pada pemilihan 1997. Khatami pun mengunjungi Saudi.
Saddam Hussein
2003-2011, Meningkatnya Ketegangan di Kawasan.
Pada 2003 AS melakukan invasi ke Irak, dan menyebabkan presiden Saddam Hussein jatuh. Jatuhnya Saddam membuat peta perpolitikan berubah. Irak yang mayoritas Syiah perlahan mendekati Iran.
Pada 2006 pecah perang Israel dan milisi Lebanon, Hizbullah. Iran menyuplai senjata ke Hizbullah. Saudi curiga Iran mencoba membangun aliansi baru untuk mengancam kepentingan Saudi.
Tak hanya itu, pada periode ini perselisihan nuklir Iran kian mengkhawatirkan Saudi. Saudi meyakini Iran di bawah Mahmoud Ahmadinejad hendak mendominasi negara-negara Teluk.
Kaum syiah Bahrain menggelar aksi demonstrasi menentang Arab Saudi yang ikut campur dalam urusan negara mereka.
2011, Pertaruhan di Bahrain
Saudi semakin khawatir dengan gerakan pro demokrasi yang menyapu Tunisia, Mesir, dan Bahrain. Kericuhan di Bahrain membuat Saudi takut negara sekutunya itu akan jatuh dan beralih ke Iran. Saudi menurunkan pasukannya ke Bahrain untuk meredam gejolak demonstran Syiah.
Saudi menuduh sejumlah kelompok Syiah di provinsi sebelah timur telah berkerja sama dengan Iran. Ini menyusul pecahnya bentrokan antara polisi dan Syiah. AS mengungkap rencana Iran membunuh duta besar Saudi di Washington.
Presiden Suriah Bashar al-Assad saat wawancara dengan televisi Italia, Rai.
2011- sekarang, Perang Suriah, ISIS, dan Houthi
Saudi mendukung oposisi Suni, dan menginginkan Presiden Suriah Bashar al-Assad turun. Iran membela Assad, dengan mengirimkan bantuan militer. Iran bekerja sama dengan kelompok bersenjata Syiah Lebanon, Hizbullah. Saudi juga menuding Iran membekingi milisi Syiah Houthi yang menguasai ibu kota Yaman Sanaa pada September 2014. Tak hanya itu, Saudi dan Negara Teluk khawatir dengan ribuan milisi Syiah Iran yang terlibat dalam perang melawan pemberontak ISIS di Tikrit. Mereka menilai Iran hendak mengambil alih Irak.
Gerilyawan Houthi (ilustrasi)
2015, Serangan Houthi
- Koalisi Saudi menyerang kelompok Houthi di Yaman. Saudi tetap berkeinginan agar Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi kembali menjabat. Riyadh menuding Iran berada di belakang kelompok Houthi.
2016, Ekeskusi Nimr
- Saudi mengeksekusi ulama Syiah Nimr al-Nimr. Iran protes keras atas sikap Saudi.
(Reuters/Republika/Dana-News/Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar