Jubir Kemenlu Iran Hossein Jaber Ansari dalam konferensi pers di Teheran, Iran, 14 Desember 2015. (Foto: AFP/ATTA KENARE)
Kementerian Luar Negeri Iran menuding Arab Saudi mengobarkan ketegangan di Timur Tengah, setelah kerajaan padang pasir itu memutuskan hubungan diplomatik dan mengusir seluruh diplomat Iran.
Pemutusan hubungan diplomatik terjadi setelah gedung Kedutaan Besar Saudi di Teheran diserang warga, yang memprotes keras eksekusi mati ulama Syiah Nimr al-Nimr pada awal tahun 2016.
"Arab Saudi tidak hanya mengedepankan kepentingannya saja, tapi juga eksistensinya dalam mengobarkan krisis serta berusaha menyelesaikan masalah internal mereka dengan mengekspornya ke luar," ujar juru bicara Kemenlu Iran Hossein Jaber Ansari, seperti dilansir AFP, Senin (4/1/2016).
Ansari menegaskan dengan pemutusan hubungan diplomatik, Saudi "melanjutkan kebijakan politik yang meningkatkan ketegangan dan bentrokan di kawasan.
"Apa yang terjadi dengan misi diplomatik ini, bukan kali pertamanya terjadi di dunia ini," sambung dia.
Pernyataan Ansari muncul tak lama setelah Menlu Saudi Adel al-Jubeir mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik. Al-Jubeir memberikan waktu 48 jam agar semua diplomat Iran pergi dari Saudi.
Eksekusi terhadap ulama Nimr al-Nimr memicu protes di negara-negara yang didominasi Muslim Syiah di Timur Tengah. Di Iran, pendemo menyerang Kedutaan Besar Saudi dan sebuah gedung konsulat di Mashhad.
Wakil Presiden pertama Iran, Eshaq Jahangiri, menilai keputusan Saudi "terlalu terburu-buru dan tidak logis."
"Justru Anda (Saudi) yang akan rugi dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Irak," lapor kantor berita IRNA yang mengutip ucapan Jahangiri.
Pemutusan hubungan diplomatik terjadi setelah gedung Kedutaan Besar Saudi di Teheran diserang warga, yang memprotes keras eksekusi mati ulama Syiah Nimr al-Nimr pada awal tahun 2016.
"Arab Saudi tidak hanya mengedepankan kepentingannya saja, tapi juga eksistensinya dalam mengobarkan krisis serta berusaha menyelesaikan masalah internal mereka dengan mengekspornya ke luar," ujar juru bicara Kemenlu Iran Hossein Jaber Ansari, seperti dilansir AFP, Senin (4/1/2016).
Ansari menegaskan dengan pemutusan hubungan diplomatik, Saudi "melanjutkan kebijakan politik yang meningkatkan ketegangan dan bentrokan di kawasan.
"Apa yang terjadi dengan misi diplomatik ini, bukan kali pertamanya terjadi di dunia ini," sambung dia.
Pernyataan Ansari muncul tak lama setelah Menlu Saudi Adel al-Jubeir mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik. Al-Jubeir memberikan waktu 48 jam agar semua diplomat Iran pergi dari Saudi.
Eksekusi terhadap ulama Nimr al-Nimr memicu protes di negara-negara yang didominasi Muslim Syiah di Timur Tengah. Di Iran, pendemo menyerang Kedutaan Besar Saudi dan sebuah gedung konsulat di Mashhad.
Wakil Presiden pertama Iran, Eshaq Jahangiri, menilai keputusan Saudi "terlalu terburu-buru dan tidak logis."
"Justru Anda (Saudi) yang akan rugi dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Irak," lapor kantor berita IRNA yang mengutip ucapan Jahangiri.
(Metro-TV-News/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar