Massa di New York, AS, mengecam eksekusi ulama Syiah oleh Saudi. – Foto: Reuters
Memanasnya perselisihan Iran dan Saudi menyusul pemutusan hubungan diplomatik oleh Arab Saudi dengan Iran yang dipicu oleh eksekusi ulama Syiah Nimr Baqir Al-Nimr oleh aparat pada Sabtu 2 Januari 2016 pekan lalu membuat Amerika Serikat angkat bicara.
Sebagaimana diberitakan, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir menuntut misi diplomatik Iran dan entitas terkait untuk hengkang dari Saudi dalam tempo 48 jam menyusul serangan dan pembakaran Kedubes Saudi di Teheran pada Sabtu 2 Januari 2015 malam lalu.
Amerika Serikat (AS) telah merespons keputusan Arab Saudi yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. AS juga mendesak pemimpin negara-negara kawasan Timur Tengah menenangkan kedua negara yang perselisihannya kian memanas tersebut.
”Kami menyadari laporan bahwa Kerajaan Arab Saudi memerintahkan penutupan misi diplomatik Iran di Kerajaan,” kata seorang pejabat pemerintahan Obama.
”Kami percaya bahwa keterlibatan diplomatik dan pembicaraan langsung tetap penting dalam bekerja melewati perbedaan dan kami akan terus mendesak para pemimpin di seluruh wilayah (Timur Tengah) untuk mengambil langkah afirmatif guna meredam ketegangan,” lanjut pejabat Obama yang menolak diidentifikasi, seperti dikutip Reuters, Senin 4 Januari 2016.
Langkah AS rupanya tak membuat Saudi puas. Saudi jengkel kepada AS yang dianggap selalu mundur jika Iran “berulah”. Saudi benar-benar tidak peduli jika Gedung Putih marah.
Seorang sumber Pemerintah Saudi yang berbicara dengan Reuters dengan syarat anonim mengatakan, Riyadh tidak hanya kecewa dengan Teheran. Tapi, juga jengkel dengan Washington. Alasannya, AS gagal merespons sikap campur tangan Iran di negara-negara Timur Tengah.
”Cukup sudah. Lagi dan lagi Teheran telah membolak hidung mereka di Barat. Mereka terus mensponsori terorisme, peluncuran rudal balistik dan tidak ada yang melakukan sesuatu tentang hal itu,” kata sumber itu mengacu pada bungkamnya AS atas sepak terjang Iran.
”Setiap kali Iran melakukan sesuatu, AS mundur. Sementara itu, Saudi benar-benar melakukan sesuatu tentang hal itu di Suriah, di Iran dan di Yaman,” imbuh sumber itu, yang dilansir Senin 4 Januari 2016.
Memanasnya perselisihan Iran dan Saudi dipicu oleh eksekusi ulama Syiah Nimr Baqir Al-Nimr oleh aparat berwenang Saudi pada Sabtu 2 Januari 2016 pekan lalu. Nimr merupakan bagian dari 47 orang yang dieksekusi massal oleh otoritas Saudi yang sebagian besar dari mereka dituduh terlibat aksi terorisme. Eksekusi itu memicu kemarahan Iran, Irak, Libanon dan negara lain di Timur Tengah.
Beberapa negara Eropa seperti Inggris, Prancis dan Jerman juga mengecam eksekusi yang dilakukan Saudi.
(Satu-Islam/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar